Pilpres AS: Masih Ada Perkembangan-Perkembangan yang Sulit Diduga (Foto: Reuters) |
Presiden AS, Joe Biden pada tgl 21 Juli mengumumkan penarikan diri dari kompetisi untuk mencalonkan kembali pada posisi kepala negara AS, bersamaan itu menominasikan Wakil Presiden, Kamala Harris sebagai pengganti.
Situasi Baru dari Partai Demokrat
Reaksi dari kalangan politikus AS, para cendekiawan di AS dan seluruh dunia, serta warga AS menunjukkan bahwa mayoritasnya mendukung keputusan Joe Biden untuk mundur, menilai hal ini sebagai pilihan yang sulit namun berani dari Petahana Presiden AS dalam mengedepankan kepentingan AS dan Partai Demokrat di atas kepentingan pribadi. Namun, keputusan ini juga menempatkan Partai Demokrat dan politik AS pada situasi yang belum pernah terjadi sebelumnya dalam waktu 56 tahun ini, sejak mantan Presiden Lyndon Johnson mengundurkan diri dari pilpres AS tahun 1968. Keputusan Joe Biden menciptakan situasi yang lebih rumit lagi, karena Joe Biden telah memenangkan seluruh pemilihan Partai Demokrat sebelumnya dan hanya menunggu untuk menerima nominasi resmi dari partainya. Ibu Barbara Perry, Profesor yang khusus meneliti pemilihan Presiden AS di Universitas Virginia (AS), menilai:
“Situasi ini berasal dari fakta bahwa AS memiliki Presiden yang lanjut usia belum pernah ada selama ini . Saya pikir bahwa itu adalah salah satu alasannya, bahkan mungkin alasan utama, yang menyebabkan pengunduran Biden dari pencalonan. Tapi saya juga berpendapat bahwa keputusan ini ada hubungannya dengan Donald Trump, karena dia kini menjadi kandidat tertua yang mencalonkan diri sebagai Presiden AS."
Penilaian ini sama dengan kekhawatiran beberapa anggota Partai Republik. Menurut Ibu Rina Shah, mantan ahli strategi Partai Republik, setelah Joe Biden mundur, Partai Demokrat merebut kembali inisiatif dengan menciptakan momentum baru untuk pilpres, menyerap banyak dukungan dari pemilih muda, pemilih kulit berwarna, pemilih dari Amerika Latin atau Komunitas Asia Selatan, kekuatan yang secara inheren bersimpati kepada Ibu Kamala Harris. Oleh karena itu, Donald Trump akan menghadapi tantangan baru
Peluang mana untuk Kamala Harris?
Pada saat ini, gelombang dukungan dari Partai Demokrat dan pemilih AS terhadap Kamala Harris semakin meningkat. Hanya dalam waktu 24 jam saja setelah menerima nominasi, Ibu Kamala Harris mengumpulkan dana kampanye sebesar 81 juta USD, jumlah yang hampir sama dengan seluruh jumlah dana dukungan yang telah diterima Joe Biden selama beberapa bulan ini (96 juta dolar). Khususnya, Petahana Wakil Presiden AS saat ini mendapat dukungan secara terbuka dari sebagian besar politisi yang paling berpengaruh di Partai Demokrat serta calon lawan yang bersaing untuk mendapatkan nominasi resmi dari Partai Demokrat.
Menurut Profesor Mark Shanahan, pakar penelitian politik AS di Universitas Surrey (Inggris), tugas terpenting Ibu Kamala Harris adalah menciptakan konsensus besar di dalam Partai Demokrat, dari sekarang hingga Kongres Nasional Partai Demokrat yang akan berlangsung dari 19-22 Agustus di Chicago.
Pakar ini juga menilai bahwa ibu Kamala Harris memiliki keunggulan luar biasa dibandingkan dengan pesaing lain untuk menerima nominasi resmi dari Partai Demokrat, namun menyatakan bahwa dibandingkan dengan Donald Trump, waktu Ibu Kamala Harris dan Partai Demokrat masih terlalu sedikit untuk beraksi.
“Ketika Lyndon Johnson mengundurkan dari kompetisi untuk kembali menjadi Presiden AS pada tahun 1968, dia mengajukan keputusan pada bulan Maret. Sekarang sudah akhir bulan Juli. Saya pikir bahwa sebenarnya harus lebih dini agar supaya ibu Kamala Harris atau kandidat manapun dari Partai Demokrat bisa menciptakan momentum dan memiliki lebih banyak peluang untuk melawan Donald Trump.”
Hasil jajak pendapat publik terbaru di AS menunjukkan tidak ada perubahan besar dalam dukungan pemilih AS terhadap kandidat utama partai Republik dan Demokrat setelah Joe Biden mundur. Konkretnya, meskipun dukungan terhadap Ibu Kamala Harris telah meningkat, tapi sekarang masih kurang 2-3 poin dibandingkan dukungan untuk Donald Trump./.