Pesawat yang mencegah rudal di langit ketika rudal dari Iran ke Israel (Foto: REUTERS/Jamal Awad) |
Untuk membalas tindakan militer Israel pada tgl 13 Juni, Iran melancarkan kampanye serangan balasan yang kuat terhadap banyak kota besar di Israel, yang menyebabkan kedua belah pihak meningkatkan serangan udara terhadap satu sama lain selama beberapa hari ini.
Balasan yang Bereskalasi
Ketika menjelaskan serangan awal terhadap Iran, Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu mengatakan bahwa Israel harus bertindak untuk mencegah Iran memiliki senjata nuklir, yang dianggap Israel sebagai "ancaman hidup-mati " bagi negaranya. Namun, Iran membantah niatnya untuk menjalankan senjata nuklir dan berpendapat bahwa Iran memiliki hak untuk mengembangkan kemampuan nuklir sipil, dan bahwa tindakan militer Israel merupakan pelanggaran yang jelas terhadap kedaulatan Iran.
Data statistik sementara hingga tgl 17 Juni menunjukkan bahwa sekitar 300 orang di pihak Iran dan hampir 40 orang di pihak Israel telah tewas, ribuan orang terluka, dan banyak infrastruktur penting di kedua belah pihak telah dihancur. Hal yang paling serius, menurut para pengamat, adalah eskalasi konflik yang terus-menerus, mendorong kedua negara pada kenyataan dekat dengan perang yang komprehensif, dengan risiko kehilangan kontrol yang sangat tinggi .
Tidak hanya mimbulkan bahaya di depan mata tentang satu perang komprehensif yang tersebar ke seluruh kawasan, konflik Israel-Iran saat ini juga membuat harapan untuk menyelesaikan masalah nuklir Iran melalui jalur diplomatik mẹnadi makin tipis. Andrew Miller, mantan Asisten Menteri Luar Negeri AS untuk Urusan Israel-Palestina yang sekarang menjadi peneliti di Pusat demi Progres AS (Center for American Progress -CAP), menilai:
“Saya tidak berpikir bahwa semua serangan ini akan memperngaruhi negosiasi tentang Gaza, tetapi akan merusak negosiasi tentang program nuklir Iran. Apa pun yang dapat dilakukan Israel, itu hanya bersifat sementara. Solusi jangka panjang untuk program nuklir Iran hanya dapat dicapai melalui diplomasi, tetapi Iran akan sangat sulit menerima untuk bernegosiasi dalam situasi dewasa ini.”
Apa peranan yang dimainkan AS?
Warga tersembunyi di tengah serangan rudal dari Iran di Tel Aviv (Foto: REUTERS/Ronen Zvulun) |
Tanda tanya besar, dan mungkin faktor penentu dalam situasi saat ini, adalah peranan AS, sekutu terpenting Israel. Menurut Brian Katulis, seorang analis di Institusi Timur Tengah AS, pemerintahan pimpinan Presiden Donald Trump menghadapi dua pilihan yang sulit: yaitu memberikan tekanan pada pihak-pihak untuk mengakhiri konflik dan melanjutkan negosiasi nuklir dengan Iran, atau ikut serta melakukan tindakan militer Israel. Dalam semua pernyataannya yang dikeluarkan beberapa hari terakhir, Presiden AS Donald Trump menekankan solusi diplomatik, mengimbau Iran menyetujui kesepakatan nuklir yang diusulkan AS sebelumnya. Namun, pada tgl 16 Juni, pemerintah AS juga memutuskan untuk mengirim lagi satu kelompok kapal induk ke Timur Tengah, bersamaan itu, Donald Trump juga mempersingkat jadwal waktunya untuk menghadiri KTT G7 guna kembali ke tanah air untuk membahas situasi di Timur Tengah. Pakar Brian Katulis menilai:
“Ketika kembali berkuasa awal tahun ini, Presiden Donald Trump menyatakan bahwa dia ingin mengakhiri konflik, seperti antara Rusia-Ukraina atau di Jalur Gaza, dan menghindari perang besar di Timur Tengah. Dia belum berhasil, dan tindakan Israel telah menunjukkan dengan jelas hal ini. Dia telah berharap dan banyak berupaya dalam diplomasi dengan Iran tetapi tidak mencapai hasil”.
Bagi banyak negara adi kuasa yang lain, solusi diplomatik juga merupakan satu-satunya pilihan untuk mencegah konflik Israel-Iran yang bereskalasi secara lebih berbahaya. Dalam pembicaraan telepon dengan Presiden AS pada akhir pekan lalu, Presiden Rusia Vladimir Putin menekankan perlunya segera mencapai gencatan senjata antara dua pihak, sementara itu juga membuka kemungkinan bahwa Rusia dapat bertindak sebagai mediator dalam dialog tersebut. Pada KTT G7, para pemimpin negara-negara Eropa (Prancis, Jerman, Inggris, Italia) juga menimbulkan tekanan kepada Presiden AS Donald Trump tentang perlunya mendorong solusi diplomatik antara Israel dan Iran.
Menurut Presiden Prancis, Emmanuel Macron, Presiden AS Donald Trump telah mengusulkan gencatan senjata dan negara-negara Eropa siap untuk berpartisipasi kembali dalam proses negosiasi mengenai program nuklir Iran, yang telah dibekukan selama bertahun-tahun setelah perjanjian P5+1 pada tahun 2015 (yang ditandatangani antara Iran dan AS, Inggris, Prancis, Jerman, Rusia, Tiongkok) yang dibatalkan oleh Donald Trump sendiri selama masa jabatan pertamanya sebagai Presiden AS (2016-2020). Namun, kalangan pengamat memperingatkan bahwa upaya diplomatik mana pun perlu dilakukan segera sebelum eskalasi saat ini antara Israel dan Iran mencapai taraf yang tidak terkontrol./.