Kisah tentang pernikahan rakyat etnis minoritas Mong di provinsi Dien Bien

Lan Anh
Chia sẻ
(VOVworld) – Rakyat etnis minoritas Mong di provinsi Dien Bien selalu menjaga identitas budaya etnisnya dalam berbaur pada kehidupan, diantaranya ada acara pernikahan.

(VOVworld) – Rakyat etnis minoritas Mong di provinsi Dien Bien selalu menjaga identitas budaya etnisnya dalam berbaur pada kehidupan, diantaranya ada acara pernikahan. Musim Semi adalah musim dimana para pasangan pemuda-pemudi etnis minoritas Mong memulai hidup bersama dalam satu rumah. 

Kisah tentang pernikahan rakyat etnis minoritas Mong di provinsi Dien Bien - ảnh 1
Persiapan meja talam untuk melaporkan kepada nenek moyang
(Foto: vietnamnet.vn)

Vang A Mua dan Thao Thi Van adalah warga etnis minoritas Mong putih, satu cabang dari etnis minoritas Mong di kecamatan Thanh Minh, kabupaten Dien Bien. Vang A Mua sekarang berusia 26 tahun, sedangkan Thao Thi Van berusia 20 tahun. Baru menikah maka mereka bagaikan pasangan burung merpati dan setiap pekan selalu serimbitan mengelilingi pasar pusat kota untuk membeli barang kebutuhan yang perlu untuk keluarga. Kisah asmara antara Mua dan Van tidak seperti nenek moyang mereka dulu. Mereka saling mencintai dan menghabiskan masa 3 tahun berpacaran dan mencaritahu satu sama lain. Vang A Mua ceritakan: “Saya ketemu istri saya di provinsi Lai Chau, langsung tanya apakah suka sama saya atau tidak. Setelah itu kami sering bertemu dan bicara tentang adat istiadat rakyat etnis minoritas Mong, tentang kehidupan atau keluarga, dll.

Mengenai adat istiadat menculik istri dari rakyat etnis minoritas Mong, Mua sambil tersenyum mengatakan: adat istiadat masa dulu masih ada. Di kecamatan Thanh Minh, tempat tinggal Mua, generasi sebelumnya tetap ingat adat istiadat tersebut. Bapak Vang A Sung, seorang warga etnis minoritas Mong di kecamatan Thanh Minh, memberitahukan: “Sekarang adat pernikahan rakyat etnis minoritas Mong sudah berubah dan tidak seperti dulu lagi. Dulu menurut adat istiadat kami ialah harus menculik calon, tetapi sekarang sudah tidak ada lagi. Dulu para pemuda-pemuda malu dan tidak ingin memberitahukan kepada orang tua, maka baru ada adat istiadat menculik calon istri kemudian mengadakan acara ritual memanggil roh istri yang berarti masuk keluarga, menjadi sanak keluarga dalam keluarga”.

Kisah tentang pernikahan rakyat etnis minoritas Mong di provinsi Dien Bien - ảnh 2
Pernikahan di rumah si Suami

Bapak Sung memberitahukan bahwa dulu para pemuda-pemudi menikah secara dini, tetapi sekarang mereka sudah menikah sesuai dengan ketentuan yaitu ketika pemudi genap 18 tahun dan pemuda genap 20 tahun, tapi semua adat dan acara ritual dalam pernikahan tetap dipertahankan misalnya acara ritual pulang ke rumah istri atau memilih hari untuk pernikahan. Bapak Sung memberitahukan: “Kami hanya memilih hari genap misalnya tanggal 2, tanggal 4, tanggal 16, dll karena itu hari bagus dengan maksud berpasangan untuk suami-istri”.

Sedangkan acara menyambut pengantin juga diadakan khidmat. Acara ini tidak terlalu megah tapi memanifestasikan kebaktian dan kehormatan kepada nenek moyang. Bapak Sung memberitahukan:  “Ketika anak perempuannya menikah, keluarga harus melaporkan kepada nenek moyang. Kami menyembelih babi dan menyiapkan satu piring daging, sedikit nasi dan satu cangkir arak untuk melaporkan kepada nenek moyang.

Rakyat etnis minoritas Mong biasanya mengenakan pakaian tradisional pada hari pernikahannya. Vang A Mua menceritakan: “Waktu itu ketika datang ke rumah istri, ibu mertua menyiapkan satu perangkat pakaian untuk anak perempuan dan satu peraengkat untuk menantu laki-laki. Pakaian ini akan dibuka ketika sampai di rumah suami. Keluarga saya akan menyiapkan 1 perangkat pakaian untuk pengantn perempuan baru”.

Pada masa kini, semua protokol ritual dalam pernikahan rakyat etnis minoritas Mong dilakukan secara lebih sederhana terbanding dengan masa dulu. Para pasangan suami-istri seperti Mua dan Van semuanya menyedari usaha menjaga identitas bangsanya, tapi juga tidak lupa menerima nilai-nilai dari kehidupan modern supaya kehidupan keluarga bisa menjadi stabil, bisa mengentas dari kelaparan dan kemiskinan, turut membangun kehidupan budaya kultiral di dukuh dan desa di daerah pegunungan./. 

Komentar