Bagi warga etnis minoritas Kho Mu, api melambangkan daya hidup, oleh karena itu, posisi dapur di dalam keluarga etnis minoritas Kho Mu harus mematuhi aturan-aturan fengsui dan ketentuan-ketentuan pantangan yang ketat. Bapak Quang Van Ca, di Kecamatan Ang To, Kabupaten Muong Anh, Provinsi Dien Bien, mengatakan:
“Setelah membangun rumah baru, tuan rumah akan memilih dan mengundang sanak keluarga di pihak istri, biasanya kakak atau adik laki-laki dari istrinya untuk turut membangun dapur. Hal ini menunjukkan penghormatan terhadap pihak keluarga istri, dengan keinginan akan mendatangkan hal-hal yang paling baik bagi keluarganya”.
Dapur di ruangan paling dalam merupakan tempat pantangan dan sakral bagi masyarakat Kho Mu. (Foto: Tong Duc Anh / VOV) |
Di rumah panggung tradisional dari warga etnis Kho Mu, tidak bisa kurang dua dapur kayu api. Satu dapur ditempatkan di ruang paling dalam dari rumah, yang lain diletakkan di tengah rumah dimana di atasnya altar nenek-moyang, yang menjadi tempat pantangan terhadap orang di luar keluarga, sehingga hanya anggota keluarga yang diperbolehkan datang. Bapak Quang Van Ca di Kecamatan Ang To, Kabupaten Muong Ang, Provinsi Dien Bien, menambahkan:
“Dapur yang berada di tengah rumah digunakan untuk memasak makanan dan mendidih air, kecuali nasi dan nasi ketan. Namun, di samping dapur ini adalah altar nenek moyang, jadi tamu tidak boleh duduk di sini, hanya tuan rumah yang boleh duduk. Tuan rumah tidak boleh membakar daging di dapur api yang dekat dengan altar”.
Untuk membangun satu dapur, pertama-tama tuan rumah memilih kiblat, dengan menggunakan 4 batang kayu untuk membentuk rangka persegi yang kokoh. Mereka akan menggali untuk mengambil tanah di tepat di bawah lantai tempat, di mana rangka dapur diletakkan untuk menutupi rangka yang sudah dipasang sebelumnya hingga rangka kayu tersebut penuh dengan tanah. Kemudian, mereka meletakkan 3 buah batu di tengahnya sebagai pengganti alat masak besi untuk memasak. Quang Thi Vu di Kecamatan Ang To, Kabupaten Muong Ang, Provinsi Dien Bien, mengatakan:
“Dapur di ruangan paling dalam merupakan tempat pantangan dan sakral bagi masyarakat Kho Mu. Dapur ini hanya digunakan untuk menanak nasi, nasi ketan menanak arak dan tempat melahirkan anak. Setelah melahirkan, warga akan merebus air untuk memandikan bayi. Dan dapur kayu itu selalu menyala untuk menghangatkan ibu dan bayinya setelah bayi dilahirkan.”
Dapur yang berada di tengah rumah digunakan untuk memasak makanan dan mendidih air, kecuali nasi dan nasi ketan. (Foto: Tong Duc Anh/VOV) |
Menurut adat istiadat masyarakat Kho Mu, apabila pria dalam keluarga meninggal dunia, maka pemasakan harus dilakukan di dapur yang paling dalam. Sebaliknya, jika wanita dalam keluarga meninggal, maka tidak boleh memasak di dapur api ini, tetapi hanya boleh memasak di dapur yang berada di tengah rumah.
Selain digunakan untuk keperluan masak-memasak sehari-hari, dapur api juga menjadi tempat berkumpulnya para anggota keluarga etnis Kho Mu untuk berdiskusi tentang urusan rumah tangga, sekaligus tempat bagi perempuan memanfaatkan api untuk memintal sutra dan menenun pada malam hari. Konsep memuja “dewa api”, dewa dapur yang membawa keberuntungan dan mengusir risiko dalam kehidupan, sudah terukir dalam pikiran bawah sadar masyarakat Kho Mu. Ini adalah adat-istiadat tersendiri dari warga etnis minoritas Kho Mu yang tidak bisa disamakan dengan etnis lainnya./.