Keluarga pihak laki-laki melakukan persiapan sebelum berangkat menyambut pengantin perempuan (Foto: Koran "Suc khoe & Doi song') |
Bagi orang Dao Merah di Kabupaten Ham Yen, Provinsi Tuyen Quang, di masa lalu maupun sekarang, baik yang diatur oleh orang tua atau pasangan muda sendiri mencaritahu, saling emudian mengambil keputusan akan menikah, mereka selalu harus meminta bantuan dukun untuk mempertimbangkan apakah usia pasangan itu cocok atau tidak. Bapak Trieu Van Thanh dari Kecamatan Tan Thanh, Distrik Ham Yen, mengatakan:
“Mempertimbangkan apakah usia gadis ini cocok kalau menikah pemuda itu, bisakah pemuda ini menikah dengan gadis itu. Kalau cocok, acara pernikahan baru diselenggarakan, kalau tidak cocok, kedua mereka tidak bisa menikah.. Ada orang yang berusia 20 tahun atau 21 tahun tapi tidak bisa menikah, jadi tidak berani mengatur pernikahan untuknya”.
Mempertimbangkan kecocokan usia antara dua orang calon suami-istri adalah masalah biasa, jika tidak cocok tidak bisa menikah, jika cocok mereka akan melakukan prosedur-prosedur untuk pernikahan. Bapak Dang Cha Chiu di Kecamatan Phu Luu, Kabupaten Ham Yen memberitahukan bahwa dalam prosedur ini, keluarga pihak laki-laki juga harus mendatangi rumah pihak perempuan berkali-kali:
“Untuk mempersiapkan acara pertunangan , keluarga pihak laki-laki harus pergi ke rumah pihak perempuan 3 kali dan membawa sesajen yang terdiri dari ayam, babi dan uang. Kemudian keluarga pihak perempuan baru membolehkan anaknya datang ke rumah pihak laki-laki. Itulah tradisi yang sudah diwariskan dari generasi ke generasi”.
Menurut tradisi yang sudah ada sejak lama masyarakat Dao Merah di Kabupaten Ham Yen, keluarga pihak laki-laki tidak perlu membawa apa-apa untuk pertama kalinya. Mak comblang yang dipilih oleh orang tua anak laki-laki harus adalah orang yang memahami adat istiadat, bisa berbicara dengan lancar, dan harus adalah orang yang baik (yaitu, orang yang bermoral, tidak melakukan sesuatu yang buruk yang mempengaruhi penduduk desa).
Setelah menanyakan apakah keluarga pihak perempuan setuju, mereka akan kembali ke keluarga pihak laki-laki untuk mempersiapkan langkah kedua, yaitu acara pertunangan.
Kemudian dalam langkah ketiga, keluarga pihak laki-laki membawa sesajen yang terdiri dari daging babi, ayam, nasi, dan arak kepada keluarga pengantin perempuan untuk mempersiapkan upacara pernikahan. Selain itu, sesajen itu juga meliputi banyak benda lain dan bergantung pada kondisi ekonomi masing-masing keluarga.
Ciri yang paling unik dalam upacara pernikahan orang Dao Merah di Kabupaten Ham Yen, provinsi Tuyen Quang adalah upacara menyambut pengantin perempuan. Dalam upacara ini berlangsung banyak prosedur, setiap prosedur mengandung nilai-nilai kutural dan spiritual, serta sejarah orang Dao Merah.
Pernikahan orang Dao Merah di Ham Yen pada pokoknya berlangsung di keluarga pengantin laki-laki, sedangkan di pihak pengantin perempuan, mereka hanya melakukan satu hidangan makan sederhana untuk membawa si perempuan itu ke rumah suaminya. Dahulu, pernikahan orang Dao Merah biasanya berlangsung 2-3 hari. Pham Ngoc Hiep, personel Pusat Kebudayaan Provinsi Tuyen Quang, mengatakan:
“Menurut adat istiadat, pernikahan orang Dao Merah diadakan selama sekitar 2 hari, tetapi dalam kehidupan modern saat ini, warga juga mempersingkat dan memodernisasi adat itu, tetapi tetap berdasarkan padaciri-ciri budaya tradisional, dan waktunya dikurangi menjadi satu hari.”
Upacara penyambutan pengantin perempuan dimulai dari rumah pengantin laki-laki. Jumlah anggota rombongan untuk menyambut pengantin perempuan selalu haruslah angka ganjil, termasuk mak comblang, pengantin laki-laki, pendamping pengantin laki-laki, para pelayan yang membawa sesajen, mahar, dan kelompok pemain terompet, gendang, bonang, ... pergi ke rumah pengantin perempuan itu. Dalam perjalanan melewati dukuh-dukuh, pemain terompet membawakan lagu-lagu untuk memberi salam kepada para warga di dukuh-dukuh itu.
Setibanya di pintu gerbang rumah pengantin perempuan, mak comblang dari keluarga pengantin laki-laki berpesan untuk meminta izin masuk ke dalam rumah untuk melakukan ritual pernikahan. Setelah mendapat persetujuan keluarga pengantin perempuan, rombongan fihak keluarga pengantin laki-laki akan masuk untuk melakukan upacara penyambutan pengantin perempuan ke rumah suaminya.
Pengantin perempuan ditutupi dengan selendang merah (Foto: VOV) |
Menurut adat, dalam perjalanan membawa pengantin perempuan ke rumah suaminya, pengantin perempuan ditutupi dengan selendang merah hitam. Bagi orang Dao, pengantin perempuan tidak boleh melihat matahari karena takut kehilangan jiwanya, dan tidak akan beruntung dalam kehidupan di kemudian hari.
Pengantin laki-laki juga tidak diperbolehkan melihat wajah pengantin perempuan sampai dia menyelesaikan ritual pemujaan leluhur. Sebelum tiba di rumah pengantin laki-laki, pengantin perempuan harus melalui upacara ruwatan yang diselenggarakan oleh keluarga pengantin laki-laki. Pham Ngoc Hiep, personel Pusat Kebudayaan Provinsi Tuyen Quang, mengatakan:
“Upacara penyambutan pengantin perempuan merupakan salah satu ciri yang paling khas dalam adat pernikahan masyarakat Dao Merah. Di antaranya yang patut diperhatikan ialah busana kain ikat tradisional pengantin perempuan dengan banyak motif yang dibuat oleh masyarakat sendiri. Itulah kristalisasi nilai-nilai budaya yang paling unik dari warga etnis Dao”.
Sesampainya di rumah pengantin laki-laki, rombongan tersebut harus menunggu waktu yang baik dan menunggu dukun untuk membuat laporan kepada leluhur sebelum memasuki rumah.
Pada saat melaksanakan ritual, pengantin perempuan berdiri di depan altar menunggu pengantin laki-laki yang diajak oleh wakil keluarga pengantin laki-laki dengan penutup kepala yang sama dengan penutup kepala pengantin perempuan.
30 hari setelah upacara pernikahan, pasangan muda itu akan membawa ayam dan arak ke rumah keluarga pihak pengantin perempuan. Menurut adat, dalam waktu 30 hari itu, pengantin perempuan hanya bekerja di rumah, tidak boleh berkunjung ke semua keluarga lain dalam marga, di dukuh, apalagi tidak boleh pulang ke rumah ibu kandungnya./.