Kisah tentang Seorang Penjahit yang Asyik Menjaga Keindahan Dari Ao Dai Tradisional dengan Lima Lembar

Hong Phuong - Vinh Phong
Chia sẻ
(VOVWORLD) - Untuk melestarikan  ciri tradisional dari baju panjang (Ao Dai) Vietnam, di Kota Can Tho, Vietnam Selatan, ada seorang penjahit laki-laki yang sepenuh hati demi kejuruan menjahit Ao Dai dengan lima lembar-busana tradisional dari Vietnam. Dengan keganderungan itu, dia telah turut mengembangkan dan menyebarkan identitas kebudayaan Ao Dai Vietnam pada masa dulu kepada banyak pemuda.

Ketika tiba di rumah Bapak Tran Thanh Tong (berusia 52 tahun), pemilik toko  penjahit Thanh Tong di Jalan Huynh Cuong, Kecamatan Kota An Cu, Distrik Ninh Kieu, Kota Can Tho bertepatan dengan saat-saat dia sedang menyelesaikan proses terakhir untuk membuat baju panjang “Nhat Binh” dengan warna merah. Ini merupakan pakaian di Istana Kerajaan  yang dibuat untuk wanita bangsawan dan juga merupakan pakaian sehari-hari  dari permaisuri dan  para putri raja di zaman kuno. Adalah pecinta kebudayaan tradisional kampung halaman, sejak tahun 2018,  dia telah secara berani berpindah menjahit baju lima lembar, baju “Nhat Binh” untuk memenuhi kebutuhan pelanggan sambil menyosialisasikan keindahan busana bangsa kepada sahabat dari semua penjuru tanah air dan internasional.

Kisah tentang Seorang Penjahit yang Asyik Menjaga  Keindahan Dari Ao Dai Tradisional dengan Lima  Lembar - ảnh 1Bapak Tran Thanh Tong (Foto: VOV)

Bapak Tran Thanh Tong memberitahukan, dia memulai kerajinan menjahit sejak berusia 18 tahun, sampai berusia 20 tahun, dia menjadi penjahit profesional dan hanya membuat pakaian Barat dalam hampir 30 tahun. Tetapi pada beberapa tahun bekalangan ini, ia melihat bahwa kalangan muda berkecenderungan mengenakan pakaian tradisional Vietnam untuk membuat foto pernikahan, bertamasya pada musim semi,  atau pada Hari Raya Tahun Baru Tradisional Imlek (Hari Raya Tet). Untuk membuat Ao Dai tradisional berhasil menjahit satu stel  Ao Dai dengan lima lembar, dia mencurahkan  tenaganya dari proses memotong kain, menjahit lapis utama dan lapis dalam sampai membuat kancing dan sebagainya. Semua proses tersebut dikerjakan dengan teliti dan hati-hati serta harus dilaksanakan secara manual. Meskipun adalah seorang penjahit yang berpengalaman, tetapi pada waktu mulai menjahit pakaian tradisional, dia juga menghadapi tidak sedikit kesulitan. Dia mengatakan: 

 “Semua busana juga begitu, bagian leher selalu dianggap sebagai bagian depan, bagian yang mencolok mata orang, maka harus indah,  harus dikerjakan secara berhati-hati dan cermat. Kemudian ialah kancing, kancing kian indah, kian cermat, kian kecil maka busana itu kian tampak indah, kalau terbesar, baju itu akan tidak lembut.”

Kisah tentang Seorang Penjahit yang Asyik Menjaga  Keindahan Dari Ao Dai Tradisional dengan Lima  Lembar - ảnh 2Bapak Tran Thanh Tong (kanan) dan Saudara Nguyen Duy Linh memeriksa kancing baju panjang Nhat Binh (Foto: VOV)

Di samping mencari tahu dan memupuk pengetahuan sendiri, Bapak Tran Thanh Tong juga berkoordinasi dengan saudara Nguyen Duy Linh di Kabupaten Binh Tan, Provinsi Vinh Long – seorang pemuda yang bergairah meneliti kebudayaan daerah Nam Bo untuk berhasil menjahit beberapa Ao Dai yang sesuai dengan standar masa dulu. Setiap kali bisa menyelesaikan satu Ao Dai, saudara Linh merasakan semangat dan keseriusan dari penjahit Tran Thanh Tong.

“Ketika Bapak Tong menjahit satu baju, dia sangat mempertimbangkan garis-garis jahitannya, motif atau ciri khasnya. Dia adalah salah seorang yang sedang meneruskan proses pengembangan Ao Dai agar para pemuda dapat mendekatinya dan banyak orang juga mau menemui Bapak Tong. Para pemakai  akan menjadi para unsur yang turut menyosialisasikan Ao Dai tradisional.”

Kisah tentang Seorang Penjahit yang Asyik Menjaga  Keindahan Dari Ao Dai Tradisional dengan Lima  Lembar - ảnh 3Ao Dai dengan lima lembar - Nhat Binh banyak disukai oleh para pemuda (Foto: VOV)

Ketika menganalisis nilai Ao Dai tradisional dengan lima lembar, Bapak Nham Hung, peneliti kebudayaan Nam Bo mengatakan, Ao Dai tradisional merupakan busana yang berstandar gaya Vietnam yang sudah ada sejak 200 tahun ini dengan banyak kriterium. Kehalusannya dimanifestasikan dalam teknik menjahit. Dan bisa dikatakan bahwa penjahit Tran Thanh Tong telah meniupkan jiwa cinta terhadap kampung halaman ke dalam hasil jahitannya agar kekhidmatan, jiwa  bangsa dan corak khas Vietnam dapat dilihat orang.

“Para penjahit yang sepenuh hati membuat busana-busana kuno dan busana tradisional meskipun keuntungan ekonominya tidak seberapa, tapi bisa dikatakan pertama-tama, demi keasyikannya pada kejuruan, kedua ialah penjahit itu sepenuh hati melestarikan ciri-ciri busana tradisional. Saya sangat menyambut hal itu. Mudah-mudahan akan ada banyak penjahit yang bisa mewariskan kejuruan kepada para pemuda yang bisa membuat busana tradisional sehingga  arus kebudayaan bangsa  terus mengalir untuk selama-lamanya.”

Menurut Bapak Tran Thanh Tong, sekarang mayoritas pelanggan yang mengirimkan pesanan secara online adalah para pemuda yang  menjaga tradisi dan mencintai kebudayaan bangsa. Setiap produk baju selain memberikan pendapatan bagi dia sendiri sekaligus juga bisa mengukir secara mendalam nilai kebudayaan dan semangat yang ingin dia sampaikan kepada para pemuda.

“Saya berencana memasukkan Ao Dai tradisional ini ke dalam kehidupan dan diterapkan lebih banyak dalam kehidupan, agar ketika dikenakan para pemuda tidak dilihat tua, sebaliknya sangat dinamis dan gembira. Selain itu, saya juga turut membawa nilai kebudayaan dan tradisi bangsa lebih dekat dengan para pemuda supaya mereka mendapatkan syarat untuk mencari tahu tentangnya”.

Kecenderungan para pelanggan dewasa ini, khususnya generasi muda suka memakai busana tradisional Vietnam dalam kesempatan-kesempatan khidmat – inilah satu sinyal yang sangat menggembirakan. Begitu juga Bapak Tran Thanh Tong, dia merasa gembira karena itulah cara  yang dia sebar-luaskan. Dia menegaskan bahwa “meskipun Ao Dai lima lembar berulang kali dibarui, tetapi ia tidak hilang melainkan sedang kembali dengan motif asli dan akan hidup bersama-sama dengan zaman.”

Komentar