Ilustrasi (Foto: politico.eu) |
Pada KTT Tiongkok-Uni Eropa ini kedua belah pihak secara komprehensif meninjau agenda bilateral, termasuk hubungan perdagangan dan investasi, tindakan untuk menghadapi perubahan iklim, digitalisasi, hak asasi manusia, pemulihan ekonomi pasca pandemi, dan masalah-masalah regional. Selain hubungan Tiongkok-Rusia dan konflik di Ukraina, agenda KTT Uni Eropa-Tiongkok juga mencakup sengketa perdagangan dengan Lithuania, tuduhan-tuduhan Barat terhadap masalah Xinjiang dan Taipei (Tiongkok).
Tantangan-Tantangan Tidak Kecil
Dalam konteks saat ini, Tiongkok berusaha mencari kesamaan dengan Eropa dalam menangani hubungan dengan Rusia, agar perbedaan antara kedua belah pihak tidak mempengaruhi hubungan Tiongkok-Uni Eropa secara keseluruhan. Tiongkok selalu menganggap bahwa tidak pantas untuk berusaha menghubungkan posisi Tiongkok dalam krisis Ukraina dengan masa depan hubungan Tiongkok-Uni Eropa. Dengan demikian Beijing berusaha membuat Uni Eropa memahami hal-hal yang menjadi perhatian bersama antara dua pihak agar tidak berdampak negatif terhadap perkembangan hubungan bilateral.
Dalam hubungan ekonomi, perjanjian investasi bilateral antara Tiongkok dan Uni Eropa yang ditandatangani pada akhir 2020 terhenti; masalah antara kedua belah pihak tentang masalah Taipei (Tiongkok)... adalah hambatan nyata yang harus diatasi oleh kedua belah pihak. Hubungan Uni Eropa-Tiongkok semakin memburuk pada 2021 lalu karena keputusan untuk saling mengenakan sanksi terkait tuduhan-tuduhan tentang masalah Xinjiang. Uni Eropa telah meminta Tiongkok untuk segera menghapus sanksi terhadap para anggota parlemen dan sarjana Eropa, sehingga secara bertahap memecahkan kebuntuan dalam proses meratifikasi Perjanjian Investasi Uni Eropa-Tiongkok. Selain itu, permasalahan dalam hubungan antara Tiongkok dengan satu negara anggota Uni Eropa, yaitu Lithuania, menyebabkan Uni Eropa mengajukan gugatan terhadap Tiongkok ke WTO. Eropa juga ingin Tiongkok mengubah pasal-pasal terkait pembukaan pasar, mekanisme persaingan, kerja sama menanggulangi perubahan iklim, dan perlindungan keanekaragaman hayati.
Tren Kerja Sama, Saling Percaya
Secara umum, meskipun ada banyak perbedaan pendapat, masih banyak ruang untuk dialog dan kerja sama antara Uni Eropa dan Tiongkok. Kedua belah pihak sangat menghargai hubungan bilateral saat ini, terutama dalam bidang ekonomi. Eropa tidak ingin ada lagi ketegangan ekonomi-diplomatik dengan Tiongkok ketika blok tersebut berada dalam konfrontasi besar-besaran dengan Rusia.
Sementara itu Tiongkok juga tidak ingin merugikan mitra dagang besar terkemuka seperti Uni Eropa, apalagi menerapkan kebijakan yang dapat membuat Eropa benar-benar condong ke Amerika Serikat dalam persaingan strategis jangka panjang dengan Tiongkok. Beijing sangat menghargai KTT dengan Uni Eropa kali ini. Kementerian Luar Negeri Tiongkok menganggap bahwa dalam situasi internasional seperti saat ini, Tiongkok dan Uni Eropa harus menjadi kekuatan yang melindungi perdamaian dunia dan mendorong perkembangan bersama pasar Tiongkok dan Eropa. Kedua belah pihak harus memperkuat pertukaran strategis dan saling percaya, melakukan dialog atas dasar saling menghormati dan saling menguntungkan, dan menambah energi positif dan stabilitas untuk situasi global yang sedang mengalami banyak kekacauan saat ini.
Fakta bahwa tanpa memedulikan kesulitan dalam hubungan politik dan diplomatik, kerja sama ekonomi dan perdagangan antara Tiongkok dan Eropa terus berkembang. Nilai perdagangan antara Uni Eropa dan Tiongkok pada 2021 mencapai hampir 700 miliar Euro. Dalam dua bulan pertama tahun 2022, Uni Eropa melampaui ASEAN untuk menjadi mitra dagang terbesar Tiongkok setelah kehilangan posisi ini pada 2021. Perdagangan bilateral antara Tiongkok dan Uni Eropa meningkat 14,8% dibandingkan masa yang sama tahun lalu, yaitu mencapai 137,16 miliar USD. Oleh karena itu, kedua belah pihak dapat bekerja sama untuk menghadapi beberapa kesulitan ekonomi global.
Josep Borrell, pejabat senior Uni Eropa urusan kebijakan luar negeri dan keamanan (Foto: Xinhua / VNA) |
Josep Borrell, pejabat senior Uni Eropa urusan kebijakan luar negeri dan keamanan, pada Januari 2022 mengatakan bahwa KTT ini "merupakan momen penting untuk menilai, sampai dimana hubungan kami (Eropa) dengan Tiongkok." Sementara Wakil Presiden Komisi Eropa merangkap Komisaris Perdagangan Uni Eropa, Valdis Dombrovskis, pada 28 Februari, menganggap bahwa KTT dengan Tiongkok pada 1 April adalah upaya untuk meredakan ketegangan yang meningkat antara kedua belah pihak.
Secara umum, kalangan pakar tidak terlalu berharap pada hasil KTT ini, tetapi fakta bahwa kedua belah pihak mengadakan dialog tingkat tinggi juga menunjukkan iktikat baik untuk bekerja sama dalam memecahkan perselisihan saat ini. ./.