Suhu ketegangan AS-Turki belum turun

Hong Van
Chia sẻ
(VOVWORLD) - Hubungan antara dua sekutu NATO yaitu Amerika Serikat (AS) dan Turki masih tenggelam dalam kontradiksi dan perselisihan setelah kedua fihak tidak bisa menemukan suara bersama dalam membebaskan pastor AS, Andrew Brunson. Alih-alih mendorong dialog, sekarang, Turki mendorong kerjasama dengan para mitra yang mengimbangi dengan AS, sementara itu Washington menggunakan troef menyasar pada perekonomian sekutunya yang sedang mengalami krisis.

Dua pekan sejak skandal tentang pastor AS meledak, sampai sekarang, hubungan AS- Turki belum ada tanda-tanda membaik. Pertemuan-pertemuan meski digalakkan, tetapi tampaknya belum cukup, baik secara kuantitas maupun tingkatan.

Mengorek kontradiksi dalam-dalam

Opini umum mengira Washington akan berhenti setelah mengeluarkan sanksi terhadap dua pejabat Turki yaitu Menteri Kehakiman, Abdulhamit Gul dan Menteri Dalam Negeri Suleyman Soylu pada 1/8 karena bersangkutan dengan pengadilan terhadap pastor AS, Andrew Brunson, orang yang dituduh Ankara sebagai teroris dan mata-mata. Akan tetapi, dua pekan setelah itu, Presiden AS, Donald Trump memutuskan menaikkan dua kali lipat tarif terhadap produk-produk aluminium dan baja impor dari Turki. Keputusan Presiden Donald Trump yang baru ini telah membuat pasar keuangan Turki mengjadi terhuyung-huyung dan membuat mata uang Lira  merosot nilai-nilainya secara drastis, setelah telah turun 30% sejak awal tahun ini. Peningkatan tarif yang dilakukan Donald Trump mungkin akan tidak membuat Turki terhuyung-huyung seperti itu kalau negara ini tidak mengalami kesulitan tentang ekonomi. Oleh karena itu, keputusan Washington seperti “tetesan air yang menumpahkan gelas”, sehingga membuat Turki yang sedang mengalami kesulitan, menjadi sekamin lebih sulit. Dan tampaknya Presiden Donald Trump sedang menuju ke usaha mendominasi Turki dengan kekuatan ekonomi. Tidak hanya begitu, pada awal pekan ini, Presiden Donald Trump juga menandatangani undang-undang tentang anggaran belanja pertahanan AS tahun 2019, di antaranya ada usaha mencegah serah-terima pesawat-pesawat terbang F-35 kepada Turki.
Tidak respek terhadap perilaku dari sekutunya di NATO, Turki menganggap keputusan tentang pengenaan tarif dari Washington itu sebagai tohokan dari belakang, sebagai tindakan serangan yang bertujuan dari pemerintah AS terhadap perekonomian Turki. Ankara membalasnya dengan cara menaikkan tarif secara drastis terhadap beberapa barang impor dari AS seperti meningkatkan tarif terhadap bus impor dari AS sebanyak 120%, produk minuman beralkohol sebanyak 140% dan rokok sebanyak 60%. Selain itu, Ankara juga meningkatkan tarif terhadap beberapa barang yang lain terdiri dari barang kosmetik, beras dan batu bara. Turki akan mengenakan tarif tambahan senilai 533 juta USD terhadap barang impor dari AS.

Sementara itu, pengadilan di Kota Izmir, Turki Barat, Rabu (15/8), juga menolak surat permintaan naik banding baru yang menuntut pembebasan pastor AS, Andrew Brunson. Pengadilan ini memutuskan bahwa Brunson akan terus menjalani tahanan di rumah. Pasti gerak gerik Ankara ini akan membuat Washington ramah dan hubungan antara dua fihak masih mengalami banyak prahara.

Mencari mitra-mitra lain

Turki meski tidak memberikan banyak kepentingan ekonomi kepada AS, tetapi secara politik, negara ini memberikan banyak kepentingan strategis kepada AS. Kalau tidak ada dukungan dari Ankara, target yang dituju oleh Washington di Suriah, Rusia, Iran, bahkan Eropa sulit dicapai.

Akan tetapi tampaknya pemerintah pimpinan Presiden Donald Trump sedang meremehkan peranan Ankara. Gerak-gerik AS membuat hubungan antara dua negara menjadi buruk secara serius, mengancam hubungan persekutuan dan memubuat Turki mendekati Rusia seperti para mitra AS lainnya. Hal ini tidak menguntungkan kepentingan strategis Washington, khususnya terhadap pangkalan-pangkalan angkatan udar yang berkedudukan di Turki.

Dan kenyataannya memang pada beberapa hari belakangan ini, Rusia dan Turki telah memutuskan “mendorong hubungan kemitraan strategis”. Sebelumnya, Turki telah menolak ikut dalam langkah-langkah sanksi Barat terhadap Rusia. Ankara juga tidak punya maksud mendukung tindakan yang sama dari Washington terhadap Teheran. Sementara itu, Iran menyatakan bahu-membahu dengan Turki untuk menghadapi tekanan dari AS. Secara jangka panjang, persekutuan Rusia-Turki- Iran yang dibentuk di atas dasar masalah Suriah akan diperketat dan diperluas lebih lanjut lagi. Turki juga dianggap telah bersedia mencari sekutu-sekutu baru dan organisasi baru seperti Kelompok perekonomian baru muncul (BRICS) atau Organisasi Kerjasama Shanghai (SCO) untuk mengganti para sekutu-sekutu tradisional.

Bisa tampak bahwa kontak-kontak tingkat tinggi untuk memperbaiki hubungan bilateral antara AS dan Turki jauh lebih sedikit dari pada langkah saling membalas. Akan tetapi, untuk menangani masalah-masalah yang masih ada dalam hubungan bilateral, Turki dan AS harus kembali ke dialog. Ancaman dan tekanan sampai sekarang ini hanya memberikan pengaruh-pengaruh yang negatif.

Komentar