Sinyal-sinyal yang Tidak Pasti dari Perekonomian Dunia

Quang Dung
Chia sẻ
(VOVWORLD) -Pertumbuhan ekonomi Tiongkok yang kurang prospektif pada kuartal kedua, serta ketidakpastian dalam kebijakan moneter Amerika Serikat (AS) dan Uni Eropa (EU), membuat banyak pakar memprakirakan perekonomian dunia pada paro kedua tahun ini akan menghadapi banyak faktor yang sulit diduga.
Sinyal-sinyal yang Tidak Pasti dari Perekonomian Dunia  - ảnh 1Data PDB Tiongkok (Foto:  NBS)

Perekonomian Tiongkok: Stabil namun tumbuh lambat

Dalam laporan yang diumumkan pada tgl 15 Juli, Direktorat Jenderal Statistik Nasional (NBS) Tiongkok menyatakan bahwa Produk Domestik Bruto (PDB) negara tersebut pada paro pertama tahun ini meningkat sebesar 5% dibandingkan dengan masa yang sama tahun lalu. Pemulihan sektor manufaktur merupakan motivasi utama dan penopang terbesar bagi pertumbuhan perekonomian Tiongkok, yang sebagian didorong oleh kuatnya permintaan eksternal. Pada paro pertama tahun ini, indeks produksi industri meningkat sebesar 6% dibandingkan dengan masa yang sama tahun lalu. Pemulihan sejumlah sektor lain, terutama pariwisata, juga berkontribusi secara signifikan dalam  mendorong permintaan konsumsi dalam negeri. Liu Aihua, juru bicara NBS, berkata:

“Secara keseluruhan, perekonomian Tiongkok beroperasi dengan stabil dan mengalami kemajuan secara teratur. Produksi bertumbuh secara merata dan kebutuhan pasar terus pulih. Lapangan kerja dan harga pada dasarnya tetap stabil sementara pendapatan masyarakat terus meningkat. Motivasi-motivasi pertumbuhan baru berkembang lebih cepat, dan pembangunan berkualitas tinggi mencapai kemajuan baru.”

Namun menurut kalangan pengamat, yang patut diperhatikan ialah pertumbuhan Tiongkok pada kuartal II hanya mencapai 4,7%, turun dibandingkan dengan taraf 5,3% pada kuartal pertama dan lebih rendah dari prakiraan sebelumnya. Perlambatan pertumbuhan ini memberikan sinyal ketidakpastian terhadap prospek perekonomian pada paro kedua tahun ini. Harry Murphy, ekonom dari Moody's Analytics, mengatakan bahwa Tiongkok harus menangani dua tantangan besar tentang pengeluaran konsumen dan lesunya pasar real estate untuk mencegah tren pertumbuhan melambat pada paro kedua tahun. Karena Tiongkok memainkan peranan sebagai motivitasi pertumbuhan besar dari dunia dan mempunyai posisi terdepan dalam perdagangan internasional, semua sinyal ketidakpastian dari negara dengan perekonomian yang besarnya kedua di dunia ini bisa berdampak pada pertumbuhan global.

Keraguan Fed

Dalam konteks perekonomian Tiongkok yang belum mencapai terobosan sesuai harapan, negara dengan perekonomian yang besarnya nomor satu di dunia, juga menghadapi sinyal yang tidak jelas dari para pengelola ekonomi AS. Berbicara dalam acara interpelasi di hadapan Senat AS pada tanggal 9 Juli, Ketua Federal Reserve System (The Fed), Jerome Powell mengatakan bahwa ekonomi AS diprakirakan akan tumbuh stabil sekitar 2% pada tahun ini, tetapi targetnya adalah membawa inflasi ke 2% tetapbelum diharapkan dapat dicapai dalam waktu dekat. Oleh karena itu, Jerome Powell mengatakan The Fed harus mempertimbangkan perubahan kebijakan dengan hati-hati pada waktu mendatang.

Sinyal-sinyal yang Tidak Pasti dari Perekonomian Dunia  - ảnh 2Ketua Federal Reserve System (The Fed), Jerome Powell  (Foto: Bloomberg)

“Saya akan berusaha untuk menghindari mengirimkan sinyal spesifik mengenai waktu penurunan suku bunga karena semuanya akan bergantung pada data. Selain itu, apa yang terjadi pada pasar tenaga kerja sangatlah penting karena kami telah mengatakan bahwa jika pasar tenaga kerja melemah melebihi ekspektasi, hal tersebut dapat menjadi alasan untuk melonggarkan kebijakan moneter. Kami sedang mempertimbangkan kedua faktor tersebut."

Berbagi kecemasan lainnya mengenai perekonomian AS, Direktur Pelaksana Dana Moneter Internasional (IMF), Ibu Kristalina Georgieva menilai bahwa meskipun AS adalah satu-satunya perekonomian di kelompok negara berkembang terkemuka kelompok G20 dengan pertumbuhan yang lebih tinggi dari taraf sebelum pandemi Covid-19, rasio utang publik negara yang terus meningkat merupakan faktor yang mengkhawatirkan dalam jangka panjang, oleh karena itu, AS perlu memanfaatkan saat pertumbuhan ekonomi yang stabil seperti saat ini untuk mengurangi utang publik dan melakukan restrukturisasi ekonomi. Namun terkait penurunan suku bunga, Ketua IMF tetap menyarankan agar AS mempertahankan suku bunga tetap tinggi hingga akhir tahun ini./.

Komentar