Rusia-RDRK Meningkatkan Hubungan dalam Hadapi Tekanan dari Barat

Quang Dung
Chia sẻ
(VOVWORLD) - Seiring dengan menghadapi keamanan dan sanksi-sanksi berat dari Barat, selama ini Federasi Rusia dan Republik Demokratik Rakyat Korea (RDRK)  secara terus menerus melakukan gerak-gerik untuk memperkuat hubungan komprehensif, menciptakan situasi geopolitik baru yang patut diperhatikan di Asia Timur Laut.

Pada tanggal 21 Januari, Kantor Berita Sentral Korea (KCNA) menyampaikan keterangan dari Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) negara ini yang memberitahukan bahwa Presiden Rusia, Vladimir Putin berniat segera mengunjungi RDRK, menegaskan ini merupakan indikasi terkini yang menunjukkan bahwa hubungan Rusia-RDRK sedang berkembang kuat. 

Motivasi Baru bagi Hubungan Rusia-RDRK

Keterangan tersebut disampaikan KCNA hanya beberapa hari setelah kunjungan Menteri Luar Negeri (Menlu) RDRK, Choe Son Hui di Rusia (dari tanggal 15 sampai 17 Januari). Menurut penilaian dari pihak RDRK, kunjungan Ibu Shoe Son Hui merupakan sebagian dalam proses penggelaran kesepakatan  yang sudah dicapai antara Pemimpin RDRK Kim Jong-un dan Presiden Rusia, Vladimir Putin pada Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) RDRK-Rusia yang bersejarah pada bulan September tahun 2023 di Timur Jauh, Rusia. Bersamaan dengan itu, ini merupakan langkah penting untuk mendorong perkembangan tepercaya dalam hubungan strategis dan mengarahkan masa depan hubungan antara RDRK dan Rusia. Juga menurut pihak RDRK, kedua pihak telah membahas banyak masalah regional dan internasional, di antaranya Semenanjung Korea dan Asia Timur Laut, dan mencapai kesepakatan pandangan terhadap masalah-masalah ini. Kedua pihak menyatakan tekad untuk memperkuat kerja sama strategis dan taktis guna menjaga kepentingan inti masing-masing negara, bersamaan dengan itu membentuk satu ketertiban internasional multipolar yang baru. 

Rusia-RDRK Meningkatkan Hubungan dalam Hadapi Tekanan dari Barat - ảnh 1Presiden Rusia, Vladimir Putin menyambut Pemimpin RDRK, Kim Jong-un dalam kunjungannya di Rusia pada September 2023 (Foto: KCNA)

Pesan-pesan yang disampaikan Rusia juga menegaskan motivasi baru dalam hubungan negara ini dengan RDRK. Menurut Juru bicara Istana Presiden Rusia, Dmitry Peskov, dalam kunjungan Ibu Choe Son Hui di Rusia kali ini, Presiden Rusia, Vladimir Putin telah bersama dengan para pejabat RDRK menyinggung semua potensi kerja sama antara dua negara: 

“Presiden dan Menlu RDRK telah membahas hubungan bilateral pada umumnya dan situasi di Semenanjung Korea, serta pandangannya tentang isu-isu internasional yang menonjol. Tetapi, yang paling penting ialah perkembangan hubungan bilateral dan seperti yang sudah kami nyatakan bahwa RDRK merupakan mitra yang sangat penting bagi Rusia, dan kami ingin mengembangkan hubungan di semua bidang, termasuk bidang-bidang sensitif”.

Menurut para pakar, Rusia dan RDRK memperkuat hubungan bilateral dianggap sebagai satu pilihan “alami” pada latar belakang kedua negara harus menghadapi tekanan keamanan serta sanksi-sanksi sepihak yang berskala besar dari Barat. Bagi Rusia, penguatan hubungan dengan RDRK sesuai dengan strategi pergeseran hubungan politik-ekonomi Rusia ke Timur setelah runtuhnya hubungan dengan Barat. Sementara itu, bagi RDRK, kerja sama dengan Rusia turut meningkatkan posisi, memenuhi kebutuhan keamanan, energi dan pangan dari negara ini. 

Kecemasan dari Pihak Ketiga

Perkembangan kuat hubungan Rusia-RDRK selama ini sedang menciptakan satu situasi geopolitik baru yang patut diperhatikan. AS dan dua sekutunya di Asia Timur Laut yaitu Jepang dan Republik Korea semakin menyatakan banyak kecemasan atas kerja sama antara Rusia dan RDRK. Dari akhir tahun lalu, para pejabat Pemerintah AS telah mengumumkan informasi-informasi yang menganggap bahwa RDRK membantu Rusia dalam konflik di Ukraina, meskipun Rusia dan RDRK menolak. Sementara itu, Republik Korea dan Jepang menyatakan kecemasan bahwa Rusia mungkin akan mentransfer teknologi pertahanan mutakhir kepada RDRK, membantu negara ini menyelesaikan program-program satelit dan rudal balistik yang lebih canggih. Peluncuran satelit pengintai yang sukses dan peningkatan uji coba rudal oleh RDRK selama ini semakin membuat  AS, Jepang dan Republik Korea lebih hati-hati terhadap skenario ini. Pada tanggal 18 Januari, para utusan khusus AS, Jepang, dan Republik Korea telah melakukan rapat untuk membahas situasi baru, di satu sisi mengutuk RDRK, di sisi lain menyampaikan pesan untuk mengimbau dialog.  Wakil Perwakilan Khusus AS urusan RDRK, Jung Pak, menyatakan: 

“Seperti yang sudah berkali-kali kami singgung, AS tidak berniat mempertahankan permusuhan dengan RDRK. Kami bersedia menemui pihak RDRK tanpa prasyarat mana pun, untuk membahas sebagian atau semua masalah yang menjadi kecemasan kedua pihak” .

Rusia-RDRK Meningkatkan Hubungan dalam Hadapi Tekanan dari Barat - ảnh 2Menlu Rusia, Sergei Lavrov (ke-2) dan sejawatnya dari RDRK, Choe Son Hui (kiri) pada pembicaraan di Moskow, 16 Januari 2024 (Foto: AFP / VNA) 

Latar belakang keamanan dunia yang rumit sekarang membuat banyak pakar beranggapan bahwa kecenderungan Rusia-RDRK memperkuat hubungan akan berlangsung lama. Lee Ho-ryung, pakar peneliti di Institut Analisis Pertahanan Republik Korea, mengatakan bahwa kalau dari sudut RDRK, negara ini meningkatkan hubungan dengan Rusia adalah hal yang tidak mengherankan karena RDRK sedang menilai latar belakang lingkungan internasional kini sedang mengalami kerumitan, sehingga harus memilih mitra potensial. Sementara itu, Joseph Dempsey, seorang analis pertahanan di Institut Internasional untuk Studi Strategis (IISS) menganggap bahwa RDRK mendapat kepentingan yang jelas apabila mendorong kerja sama dengan Rusia.

Komentar