Dua pekan setelah gempa bumi yang terkuat dalam seabad di Turki Selatan terjadi, selain jumlah korban jiwa yang telah dilaporkan, kalangan otoritas Turki dan Suriah serta organisasi-organisasi internasional belum bisa memberikan penilaian terakhir atas taraf kerugian ekonomi yang diakibatkan bencana ini terhadap kedua negeri tersebut. Akan tetapi, menurut penilaian-penilaian umum, taraf kerugian sangatlah besar dan usaha rekonstruksi pasti akan memakan waktu bertahun-tahun, mengkonsumsi sejumlah uang besar di luar kemampuan yang sedang dimiliki kedua negara yang terkena dampak.
Pada 19 Februari, otoritas Turki mengumumkan penghentian kampanye SAR di hampir semua kawasan yang terkena dampak gempa bumi untuk memulai rekonstruksi. Foto: VOV-Kairo |
Usaha Rekonstruksi yang Penuh dengan Tantangan
Menurut penilaian sementara, di Turki, gempa bumi tersebut mengakibatkan sekitar 345.000 apartemen di 11 provinsi dan kota hancur, 105.000 gedung runtuh atau rusak parah. Selain itu, ribuan kilometer jalan dan ratusan infrastruktur listrik, air bersih, telekomunikasi, irigasi hancur atau rusak. Federasi Badan Usaha Turki memprakirakan, gempa bumi menimbulkan kerugian sebesar 84,1 miliar USD terhadap negara ini, di antaranya 70,8 miliar USD kerugian perumahan, 10,4 miliar USD kerugian karena hilangnya pendapatan nasional, dan 2,9 miliar USD kerugian karena kehilangan hari kerja.
Beberapa organisasi internasional juga menilai bahwa kerugian materiil akibat gempa bumi di Turki mencapai puluhan miliar USD, berkali-kali lebih tinggi dari kerugian di Suriah. Di antaranya, Bank JPMorgan dari Amerika Serikat memprakirakan, kerugian langsung terhadap infrastruktur yang hancur di Turki mungkin mencapai 25 miliar USD, sama dengan 2,5% PDB negara ini. Ankara mungkin membutuhkan waktu 3-5 tahun untuk mengatasi akibat dan menyelesaikan rekonstruksi. Tetapi bagi Suriah, kondisi ekonomi yang sulit bersama dengan situasi peperangan yang rumit sekarang akan membuat proses rekonstruksi menghadapi banyak rintangan dan mungkin memakan waktu puluhan tahun.
Namun banyak pakar internasional khawatir bahwa rekonstruksi baik di Turki maupun Suriah mungkin mengkonsumsi lebih banyak uang dan waktu daripada yang diprakirakan. Di Turki, perekonomian nasional masih belum sungguh-sungguh mengatasi dampak krisis inflasi serius yang berlangsung selama berbulan-bulan, sementara itu latar belakang politik juga sedang berkembang kompleks. Bagi Suriah, kenyataan lebih mengkhawatirkan ketika APBN sudah habis setelah lebih dari satu dekade berlangsung perang saudara, bersamaan dengan itu negara ini sedang harus menghadapi banyak sanksi yang keras dari Barat.
Warga Turki berterima kasih atas bantuan yang antusias dari pasukan SAR Vietnam (Foto: VOV Kairo) |
Membutuhkan Sinergi dan Bantuan dari Komunitas Internasional
Bisa dilihat bahwa tantangan terhadap rekonstruksi dan upaya mengatasi akibat gempa bumi di Turki dan Suriah telah diperhitungkan oleh banyak negara dan organisasi internasional sejak bencana terjadi. Oleh karena itu, hanya tiga hari setelah gempa bumi, Bank Dunia (WB) telah memulai proses memberikan paket bantuan dan pemulihan keuangan senilai 1,78 miliar USD kepada Turki. Di samping itu, puluhan negara, di antaranya ada Vietnam, dan beberapa lembaga keuangan internasional juga telah segera mengumumkan paket-paket bantuan dengan skala-skala yang berbeda untuk membantu Turki dan Suriah melaksanakan rekonstruksi dan mengatasi akibat gempa bumi.
Namun, menurut para pakar dan organisasi internasional, dengan skala bencana yang terlalu besar, rekonstruksi dan upaya mengatasi akibat gempa bumi di Turki dan Suriah membutuhkan komitmen-komitmen yang lebih kuat dan murah hati lagi dari komunitas internasional. Khususnya bagi Suriah, komunitas internasional perlu segera mengusahakan solusi yang layak untuk menghentikan perang saudara, bersamaan dengan itu menimbulkan tekanan terhadap Barat untuk mencabut sanksi-sanksi yang keras terhadap negara ini.
Khususnya, dalam usaha rekonstruksi, solusi yang efektif untuk memberikan bantuan tentang mata pencaharian untuk puluhan juta warga yang terkena dampak gempa bumi baik di Turki maupun Suriah perlu diprioritaskan. Yang mendesak ini, sumber daya yang layak perlu dicurahkan untuk pekerjaan bantuan kemanusiaan terhadap penduduk yang terkena dampak bencana. Dalam upaya ini, pada tgl 16 Februari, Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa, Antonio Guterres mencanangkan kampanye untuk mengumpulkan dana senilai satu miliar USD guna membantu para korban dan orang-orang yang terkena dampak gempa bumi. Pada hari yang sama, Lembaga Palang Merah Internasional mengimbau bantuan darurat sebesar 700 juta USD lebih kepada korban gempa bumi di Turki dan Suriah./.