Pertemuan puncak Tiongkok-Amerika Serikat: Mendorong hubungan demi kestabilan global

Anh Huyen
Chia sẻ
(VOVworld) - Presiden Tiongkok Xi Jinping yang sedang melakukan perlawatan penting di Amerika Serikat. Menurut rencana, pada Jumat (7 Juni) (Waktu Amerika Serikat), pemimpin Tiongkok ini akan mengadakan pertemuan puncak dengan Presiden Amerika Serikat, Barack Obama. Meskipun ini bukanlah kunjungan kenegaraan yang resmi, tapi pertemuan puncak ini sedang mendapatkan harapan dari opini umum agar dua pihak  memperkuat saling pengertian dan membina kepercayaan untuk menyingkirkan  sengketa-sengketa

(VOVworld) - Presiden Tiongkok Xi Jinping yang sedang melakukan perlawatan penting di Amerika Serikat. Menurut rencana, pada Jumat (7 Juni) (Waktu Amerika Serikat), pemimpin Tiongkok ini akan mengadakan pertemuan puncak dengan Presiden Amerika Serikat, Barack Obama. Meskipun ini bukanlah kunjungan kenegaraan yang resmi, tapi pertemuan puncak ini sedang mendapatkan harapan dari opini umum agar dua pihak  memperkuat saling pengertian dan membina kepercayaan untuk menyingkirkan sengketa-sengketa, dari situ memperkokoh selangkah hubungan kerjasama, sekaligus hubungan persaingan untuk bersama-sama berupaya demi perdamaiandan dan kestabilan di seluruh dunia. 

Tiongkok dan Amerika Serikat adalah dua  perekonomian terbesar  di dunia, GDP dua negara  menduduki hampir 1/3 GDP global, nilai perdagangan bilateral direncanakan  melampaui kira-kira USD 500 miliar pada tahun ini.  Oleh karena itu,  semua gejolak  kecil  dalam perekonomian dan keuangan di masing-masing negara punya dampak besar yang satu terhadap yang lain dan juga terhadap perekonomian dunia. Lebih-lebih lagi,  dua negara  adalah sama-sama anggota tetap Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (DK PBB), memainkan peranan penting dalam menyeimbangkan hubungan-hubungan internasional, oleh karena itu terhadap “tempat-tempat panas” yang  meledak di dunia, kebulatan pendapat antara Tiongkok dan Amerika Serikat sangat signifikan untuk membantu masalah bisa dipecahkan secara konsekuen dan positif.  Di samping itu,  Tiongkok dan Amerika Serikat juga merupakan dua negara  terbesar di kawasan Asia-Pasifik. -  tempat  yang dianggap sebagai tenaga pendorong perkembangan di dunia, oleh karena itu, hubungan Beijing-Washington telah dan sedang dianggap memainkan peranan dominan  dalam membentuk  perubahan politik dan ekonomi di kawasan ini,  memutuskan masa depan  di kawasan dan di dunia. Oleh karena itu, kalau ditinjau dari semua sudut, hubungan Amerika Serikat-Tiongkok telah jauh melampaui kategori dua negara dan mempunyai arti internasional yang luas. Pengokohan dan pengetatan  kerjasama antara dua pihak selalu menjadi tema yang dibahas dan diharapkan oleh opini umum.

Pertemuan puncak Tiongkok-Amerika Serikat: Mendorong hubungan demi kestabilan  global - ảnh 1
Presiden Tiongkok, Xi Jinping dan Presiden Amerika Serikat, Barack Obama
(Foto:vov.vn)

Namun, dalam waktu lalu,  hubungan Tiongkok-Amerika Serikat terjadi tidak sedikat  pasang-surut  yang bersangkutan dengan kebangkitan  kuat Tiongkok dan strategi memindah poros keamanan Amerika Serikat dari Barat ke Timur. Persaingan dan  saling mengekang antara Amerika Serikat dan Tiongkok telah menciptakan satu pusaran geo-politik dan keamanan baru di Asia –Pasifik, membuat banyak tempat panas meledak di kawasan, bersamaan itu menciptakan kompetisi kekuatan dan memperkuat potensi militer dari banyak negara. Pada saat Washington menggelarkan kuat politik “menyeimbangkan kembali” dan  memperluas pengaruh  di kawasan Asia-Pasifik, Beijing  juga berupaya  memperkuat pengaruh di kawasan Amerika Latin yang selama ini dianggap sebagai “halaman belakang”  Amerika  Serikat. Hal itu termanifestasikan jelas karena  kunjungan Presiden Tiongkok,  Xi Jinping di tiga negara Trinidad dan Tobago, Costa Rika serta Meksiko pada Mei 2013. Kunjungan ini berlangsung  beberapa hari setelah Presiden Amerika Serikat, Barack Obama  menerima Presidan Myanmar, U Thein Sein- pemimpin satu negara dimana selama ini Tiongkok mempunyai pengaruh yang ekstensif dan intensif. Melalui kunjungan ini, Beijing ingin menegaskan bahwa bersedia memperluas hubungan  dengan negara-negara kecil di samping negara-negara adi kuasa seperti Amerika Serikat.  Satu hal yang cukup interesan ialah pemimpin Tiongkok akan disambut di Trinidad dan Tobago hanya beberapa hari setelah kunjungan Wakil Presiden Amerika Serikat,  Joe Biden di negara Amerika Tengah ini.

Masalah keamanan siber baru –baru ini juga menjadi  hal yang merusak  hubungan Tiongkok-Amerika Serikat. Bukan kebetulan, pada Rabu (5 Juni), Direktor Pusat Adaptasi Darurat jaringan komputer  nasional (CNCERT) dari Tiongkok, Huang Chengqing memberitahukan: Beijing punya  “segunung  data”  yang menunjukkan  jelas aktivitas-aktivitas  serangan terhadap siber Amerika Serikat yang menyasar pada Tiongkok, opini umum beranggapan bahwa gerak-gerik ini telah menanggapi  tuduhan yang  diajukan oleh Kementerian Pertahanan  Amerika Serikat  pada awal Mei 2013. Menurut itu, Pentagon mengumumkan laporan tahunan dengan nama: “Laporan pengembangan militer dan keamanan yang bersangkutan dengan Tiongkok-2013” yang diantaranya  untuk pertama kalinya resmi menuduh Pemerintah dan tentara Tiongkok telah melakukan serangan-serangan terhadap siber Amerika Serikat. Dalam laporan kepada Kongres Amerika Serikat, badan ini  beranggapan bahwa  pada tahun 2012, beberapa sistim komputer di dunia,  diantaranya ada  sistim – sistim milik Pemerintah  terus menjadi sasaran yang diserang, diantaranya ada beberapa kasus yang tampaknya bisa melemparkan tanggung jawab langsung kepada Pemerintah dan tentara Tiongkok. Kontradiksi ini telah dan sedang  menciptakan  rintangan terhadap  hubungan kerjasama bilateral. Ini juga merupakan  tema  yang menurut rencana akan diajukan pada pertemuan puncak antara Presiden Barak Obama dan Presiden Xi Jinping.

Oleh karena itu,  pertemuan puncak antara  pemimpin  dua negara adi kuasa ini sangat signifikan. Menurut kalangan analis, pada pertemuan ini, dua pemimpin akan menyinggung secara terus terang  problematik-problematik antara dua negara, dari keamanan siber, ketidakseimbangan perdagangan, kurs Renminbi, keamanan, keselamatan maritim di Laut Timur dan Laut Hoatung, masalah nuklir  Republik Demokrasi Rakyat Korea sampai  “kepercayan  strategis” yang  selama ini belum mantap dalam hubungan dua negara.  Hanya berlangsung selama dua hari saja, tapi  dua pemimpin   akan punya cukup  waktu untuk mengembangkan hubungan pribadi dan membahas masalah-masalah penting dalam dua negara. Xi Jinping akan memanifestasikan  citra seorang pimimpin  baru di Tiongkok  yang percaya diri dan kuat dalam hubungan sama derajat dengan Amerika Serikat pada latar belakang  Beijing sedang mendorong kuat  penggelaran politik  diplomasi yang komprehensif dengan semua negara dan kawasan. Sedangkan Washington akan lebih mengerti  pemimpin yang akan mengendalikan Tiongkok dalam tahun-tahun mendatang,  bersamaan itu  bisa menenangkan para sekutu di Asia-Pasifik tentang  satu masa depan yang damai dan stabil melalui perbaikan hubungan Amerika Serikat-Tiongkok - salah satu diantara  poros-poros  hubungan utama di papan catur dunia pada abad ke-21 ini./. 


Komentar