Pertempuran meledak pada 27 September ketika tentara dua negara saling menuduh telah mengarahkan serangan yang lebih dini terhadap target-target di Nagorno-Karabakh, kawasan yang dipersengketakan dua pihak selama bertahun-tahun ini. Serangan udara dan tembakan meriam satu sama lain dianggap telah menimbulkan banyak kerugian terhadap kedua negara. Dalam pengumuman tanggal 28 September, Kementerian Pertahanan (Kemhan) Azerbaijan menegaskan telah membasmi 550 serdadu, 22 mobil berlapis baja, 15 kompleks penangkis udara, 18 drone, 8 posisi meriam dan 3 gudang amunisi Armenia. Pada pihaknya, tentara Armenia memberitahukan bahwa lawannya kehilangan sekitar 200 serdadu beserta 30 mobil berlapis baja, sementara itu menolak jumlah korban dan kerugian yang diumumkan oleh Azerbaijan, mengakui hanya terdapat 16 serdadu yang tewas dan 100 serdadu lainnya cedera. Tentara dua negara juga mengumumkan banyak video dan foto tentang serangan-serangan terhadap kekuatan lawannya sebagai bukti atas penegasan-penegasan tentang kerugian yang diderita lawannya.
Ketegangan antara tentara Azerhaijan dan Armenia meningkat pada 27/9 tentang kawasan Nagorno-Karabakh yang disengketakan (Foto: vtc.vn) |
Pertempuan yang sengit dan bahaya ekskalasi bentrokan
Menurut berbagai sumber berita dan kalangan analis, pertempuran-pertempuran antara Azerbaijan dan Armenia pada tanggal 27 September ini memiliki taraf yang lebih sengit dibandingkan bentrokan-bentrokan pada Juli lalu, karena kedua belah pihak telah menggunakan banyak senjata dan peralatan militer kelas berat. Akan tetapi, yang lebih patut dicemaskan ialah saat ini dua pihak sedang tetap menunjukkan pandangan-pandangan yang sangat keras dan bisa menyeriusi krisis sekarang ini.
Menurut itu, baik Armenia maupun Azerbaijan saling menuduh lawannya telah mengerahkan partisipasi kekuatan dari luar ke dalam baku hantam. Konkretnya, Armenia menuduh Turki telah mengerahkan sekitar 4.000 militan Suriah, banyak dron dan pakar militer ke Nagorno-Karabakh untuk membantu tentara Azerbaijan, tapi tidak mengeluarkan bukti. Pada pihaknya, kalangan otoritas Azerbaijan telah menolak informasi ini, sementara itu mengeluarkan tuduhan sebaliknya bahwa Armenia sedang menggunakan tentara bayaran dari Suriah dan beberapa negara Timur Tengah lainnya dalam sengketa di Nagorno-Karabakh, tapi juga tidak memberikan bukti konkret.
Khususnya, pada tanggal 28 September, Duta Besar Armenia untuk Rusia, Vardan Toghanyan memperingatkan bahwa negara ini akan menggunakan rudal balistik Iskander kalau Turki mengerahkan pewasat tempur F-16 ke Nagorno-Karabakh untuk membantu Azerbaijan. Segera itu, Menteri Luar Negeri (Menlu) Azerbaijan, Jeyhun Bayramov menyatakan bahwa negara ini akan menggunakan langkah balasan yang setimpal kalau Armenia mengikutsertakan rudal Iskander ke dalam pertempuran. Sementara itu, Presiden Turki, Tayyip Erdogan, pada Minggu (27 September), menegaskan akan terus memihak Azerbaijan dalam bentrokan dengan Armenia seperti yang pernah dilakukannya.
Komunitas internasional merasa cemas
Menghadapi eskalasi-eskalasi yang serius di kawasan Nagorno-Karabakh, banyak negara adi kuasa telah menunjukkan pandangannya, mengimbau kepada semua pihak supaya menahan diri. Pada Minggu (27 September), Presiden Rusia, Vladimir Putin mengeluarkan pernyataan yang isinya menunjukkan kecemasan yang mendalam, mengimbau kepada Armenia dan Azerbaijan supaya melakukan semua hal yang bisa dilakukan untuk mencegah eskalasi bentrokan dan menghentikan sikap permusuhan. Pada hari itu pula, Presiden Amerika Serikat, Donald Trump memberitahukan sedang mempelajari masalah ini, menyatakan keinginan agar dua negara menghentikan baku hantam. Dengan pandangan yang sama, Uni Eropa memperingatkan bahwa ketegangan di Nagorno-Karabakh ada bahaya mengalami reskalasi dan menimbulkan akibat yang serius, mengancam kestabilan kawasan. Uni Eropa mengimbau kepada semua pihak supaya segera melakukan gencatan senjata, menghentikan tindakan permusuhan, mengurangi ketegangan dan semua negara adi kuasa di kawasan supaya jangan melakukan intervensi.
Gambar tersebut dianggap sebagai tank Azerbaijan yang terkena peluru dan terbakar (Foto: AP) |
Khususnya, sumber-sumber berita diplomatik pada Senin (28 September) memberitahukan bahwa Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa berencana akan mengadakan perdebatan-perdebatan mendesak secara tertutup pada Selasa (29 September) untuk membahas masalah Nagorno-Karabakh. Dua negara Jerman dan Perancis telah meminta penyelenggaraan sidang tersebut, sementara itu, negara-negara Eropa lainnya yang sedang merupakan anggota Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa yaitu Belgia, Inggris dan Estonia juga mendukung gerak-gerik ini.
Kalangan analis percaya bahwa walaupun bahaya eskalasi bentrokan di kawasan Nagorno-Karabakh tetap tinggi, tetapi keterlibatan cepat yang dilakukan oleh komunitas internasional adalah teramat perlu, bisa membantu mengurangi ketegangan sekarang ini. Khususnya, dengan posisi dan hubungan kepentingan yang istimewa di kawasan, negara Rusia pimpinan Presiden Vladimir Putin akan berupaya keras untuk mencegah merebaknya satu bentrokan yang berbahaya di dekat garis perbatasannya.