Rob Bauer, Ketua Komite Militer NATO (Foto: Daily Messenger) |
Memperluas skala dan ambisi
Pada tanggal 4 April 1949, di Washington, DC (AS), Presiden AS Harry Truman dan pemimpin Kanada beserta 10 negara Eropa, yaitu: Perancis, Inggris, Italia, Belgia, Belanda, Luksemburg, Denmark, Norwegia, Islandia dan Portugal menandatangani perjanjian untuk membentuk aliansi militer pertama antara negara yang terletak di dua sisi Samudera Atlantik. Pada bulan September tahun itu, Perjanjian tersebut secara resmi mulai berlaku. Pada tahun 1995, NATO berturut-turut mempromosi lagi Turki, Yunani (1952) dan Republik Federal Jerman (Jerman Barat).
Skala NATO meningkat pesat setelah berakhirnya Perang Dingin pada awal tahun 90-an dari abad yang lalu, dengan dikeluarkan Strategi Timur yang mempromosi serangkaian negara-negara Eropa Tengah dan Eropa Timur yang merupakan bagian dari blok Perjanjian Warsawa dulu. Dari tahun 1999 hingga 2009, NATO menerima 12 anggota lagi di Eropa Tengah, Eropa Timur, dan Balkan. Proses ekspansi ini mencatat titik balik baru setelah merebaknya konflik Rusia-Ukraina pada bulan Februari 2022, dengan perihal dua negara di Eropa Utara yaitu Finlandia dan Swedia, meninggalkan politik netral selama abad-abad untuk bergabung dengan NATO, sehingga meningkatkan jumlah total anggota aliansi militer NATO menjadi 32 anggota. Menurut Robert Benson, analis politik di Center for American Progress (CAP), NATO menghimpun sebagian besar negara di Eropa dan Amerika Utara, di antaranya banyak negara yang bermusuhan pada masa lalu, bergabung dalam aliansi politik-militer yang paling bersifat mengikat melalui Pasal 5 Konvensi tentang "pertahanan kolektif", yang merupakan pencapaian sejarah terbesar dari blok ini:
“Sejarah Eropa adalah sejarah konflik yang terus-menerus, hingga berdirinya NATO pada 75 tahun yang lalu (tahun 1949). Sejak itu, perdamaian yang relatif berkesinambungan telah dipertahankan di kawasan Eropa, yaitu Euro-Atlantik. Oleh karena itu, saya pikir bahwa ini adalah pencapaian bersejarah yang lebih besar dari apa pun yang lain dari NATO.”
Saat ini, dengan menyumbang 70% dari anggaran pertahanan global, NATO terus menjadi blok militer terbesar di dunia dan NATO bermaksud untuk memperluas hubungan kemitraan keamanan ke luar ruang geografi tradisional di kawasan Euro-Atlantik yang sedang menimbulkan kekhawatiran tertentu dari banyak negara mengenai ketidakseimbangan situasi keamanan global.
NATO memperluas skala dan ambisi (Foto: AP) |
NATO dan ketidakamanan dari arena politik AS
Sebagai negara adikuasa militer terbesar di NATO dan menyumbang hampir dua pertiga anggaran operasional dari aliansi, Amerika Serikat adalah negara yang punya suara menentukan di NATO. Oleh karena itu, setiap perubahan politik luar negeri dan keamanan pemerintah AS akan berdampak besar pada organisasi dan operasi NATO. Menurut Nicholas Lokker, peneliti di Center for a New American Security (CNAS), Presiden AS sekarang ini, Joe Biden, adalah politisi tipikal yang menganut paham Atlantisisme, maka dia sangat mementingkan peranan NATO. Namun, Nicholas Lokker percaya bahwa para sekutu Amerika di NATO mungkin akan merasa tidak aman mengenai masa depan blok militer ini jika mantan Presiden Donald Trump memenangkan pemilihan presiden AS pada akhir tahun ini.
Namun hampir semua pengamat berpendapat bahwa pemilihan presiden AS tahun ini sangat sulit diprediksi dan dalam konteks keamanan global yang tidak stabil saat ini, peranan NATO masih sangat diperlukan bagi AS. Selain itu, menurut Ketua Komite Militer NATO, Jenderal Rob Bauer, ketika meninjau beberapa aspek, perihal mantan Presiden AS Donald Trump meminta negara-negara anggota NATO untuk meningkatkan anggaran pertahanannya adalah hal yang masuk akal.
“Aliansi ini telah mengalami beberapa periode yang penuh tantangan dalam sejarahnya. Sedangkan bagi Presiden Trump, komentarnya bukan bertujuan untuk menentang NATO, namun menentang negara-negara yang dianggapnya tidak memberikan kontribusi yang cukup kepada NATO. Saya pikir bahwa kritiknya bahwa negara-negara Eropa dan Kanada perlu berbuat lebih banyak untuk pertahanannya sendiri adalah benar.
Menurut data NATO, sebagian besar negara anggota blok kini telah mengajukan peta jalan yang jelas untuk mencapai tujuan memberikan sedikitnya 2% dari Produk Domestik Bruto (PDB) untuk pertahanan. Selain itu, sejak tahun 2014 hingga saat ini. NATO telah menerima tambahan kontribusi sebesar 600 miliar USD dari Kanada dan anggota-anggota Eropa./.