Kunjungan Presiden Prancis ke AS: Perkuat Hubungan Lintas Atlantik dalam Isu-Isu Global

Ba Thi
Chia sẻ
(VOVWORLD) - Pada 29 November, Presiden Prancis, Emmanuel Macron, memulai kunjungan selama empat hari ke Amerika Serikat (AS). Dengan posisi Prancis sebagai salah satu lokomotif Eropa, kunjungan tersebut dinilai tidak hanya turut memperbaiki hubungan aliansi Prancis-AS yang sedang berada di level cukup rendah, tetapi juga merupakan langkah penting bagi keseluruhan hubungan Eropa - AS, sekaligus dapat memberikan dampak yang signifikan pada banyak persoalan internasional yang muncul.
Kunjungan Presiden Prancis ke AS: Perkuat Hubungan  Lintas Atlantik dalam Isu-Isu Global - ảnh 1Presiden Prancis, Emmanuel Macron (kiri) dan Presiden AS, Joe Biden dalam konferensi pers bersama di  Gedung Putih (Foto: Ludovic Marin/AFP/ Getty Images)

Menurut para analis dan komentator internasional, makna penting kunjungan tersebut  tercermin dari pemilihan waktu, yang merupakan konteks yang sangat khusus tidak hanya untuk hubungan antara kedua negara, tetapi juga keseluruhan hubungan  lintas Atlantik dan lebih lagi.

 

Latar Belakang Istimewa

 

Dengan kunjungan ini, Presiden Emmanuel Macron menjadi pemimpin asing pertama yang mengunjungi Washington sejak Joe Biden memimpin  AS pada Januari 2021.

Namun, yang paling memprihatinkan opini umum ialah hal itu terjadi dalam konteks situasi dunia yang mengalami perkembangan kompleks dan keadaan hubungan  lintas Atlantik pada umumnya, dan hubungan AS-Prancis pada khususnya, yang sedang tidak benar-benar stabil. Pada September 2021, Prancis bereaksi keras, termasuk memanggil duta besarnya di Washington untuk pulang ke negaranya untuk berkonsultasi setelah AS mengumumkan kesepakatan untuk menjual kapal selam nuklir ke Australia dalam kerangka aliansi AUKUS.

Dalam kasus itu, Australia telah membatalkan kontrak pembelian kapal selam Prancis senilai puluhan miliar USD untuk beralih membeli kapal selam nuklir dari AS dan Inggris. Pada bulan Oktober, prahara dalam hubungan antara dua sekutu lama itu terus mengemuka ketika Presiden Prancis Emmanuel Macron mengkritik AS memberikan "standar ganda" dengan menjual bahan bakar ke Eropa dengan harga yang jauh lebih tinggi daripada pasar domestik.

Namun, dalam banyak isu internasional yang patut diperhatikan seperti konflik Rusia-Ukraina, nuklir Iran, strategi Indo-Pasifik yang bebas dan terbuka, dan sebagainya, aliansi AS-Prancis pada khususnya, dan aliansi AS-Eropa pada umumnya, tengah berbagi pandangan yang cukup sejalan  dan menggelar banyak  kegiatan, koordinasi, dan kerja sama praktis. Dalam konflik Rusia-Ukraina, AS, Prancis, dan para sekutu Eropa setuju untuk bertindak dengan para sekutu dan mitra lain untuk mengenakan sejumlah sanksi terhadap Moskow, dan memberikan banyak  paket bantuan besar  dalam bentuk pendanaan, senjata, dan peralatan tempur untuk Ukraina. AS dan Eropa juga berpartisipasi dalam negosiasi untuk memulihkan kesepakatan nuklir Iran; bekerja sama dengan para sekutunya untuk melaksanakan strategi Indo-Pasifik yang bebas dan terbuka; menangani persoalan nuklir di semenanjung Korea; mendorong proses perdamaian Timur Tengah dan sebagainya.

 

Agenda penting

 

Latar belakang di atas menjelaskan mengapa agenda pertemuan dalam kunjungan Presiden Prancis ke AS kali ini tidak hanya berfokus pada hubungan bilateral, hubungan antara kedua pesisir Atlantik, tetapi juga mencakup berbagai isu internasional yang menonjol. Di antara agenda pertemuan puncak antara Presiden Emmanuel Macron dan Presiden Joe Biden pada 1 Desember (waktu AS),  yaitu: program nuklir Iran, meningkatnya pengaruh Tiongkok di Indo-Pasifik, kecemasan atas situasi keamanan dan stabilitas di kawasan Sahel (Afrika), dan  yang menjadi fokus pembahasan yakni kampanye militer Rusia di Ukraina.

Sebelum pertemuan puncak dengan Presiden Joe Biden, Presiden Emmanuel Macron, pada 29 November, telah melakukan pertemuan dengan Wakil Presiden AS Kamala Harris. Dalam pertemuan ini, Wakil Presiden AS menegaskan bahwa Prancis adalah sekutu penting AS dan kunjungan ini menunjukkan kuatnya hubungan kemitraan kedua negara.

Kemudian, setelah pertemuan antara Menteri Pertahanan AS, Lloyd Austin, dan Menteri Pertahanan Prancis, Sebastien Lecornu, di Pentagon pada tanggal 30 November, Kementerian Pertahanan AS  mengemukakan pernyataan yang mengatakan: “Kedua belah pihak menjunjung tinggi pentingnya mempertahankan hubungan kerja sama bilateral dan telah menandatangani sebuah pernyataan tentang rencana sistematisasi prinsip-prinsip umum antara kedua belah pihak. Dua pihak juga membahas dukungan untuk Ukraina, potensi Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO), dan kerja sama di kawasan Indo-Pasifik."

Menurut para analis, kunjungan Presiden Prancis ke AS kali ini menandai kemajuan baru dalam proses memperkokoh dan memperbaiki hubungan bilateral AS-Prancis serta keseluruhan  hubungan AS-Eropa. Terlebih lagi, opini umum juga mengharapkan bahwa kunjungan tersebut dapat memberikan efek  positif bagi  upaya menangani konflik Rusia-Ukraina saat ini ketika Prancis berulang kali menegaskan prioritasnya untuk meredakan  peperangan dan mengakhiri konflik. Pekan lalu, seorang penasihat Presiden Prancis membocorkan bahwa setelah kunjungan ke AS kali ini, Presiden Emmanuel Macron akan segera melakukan pembahasan dengan Presiden Rusia Vladimir Putin untuk mendorong ke arah tersebut.

Komentar