KTT SCO – Mencari Kerja Sama dan Keseimbangan Kepentingan

Anh Huyen
Chia sẻ
(VOVWORLD) - Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Organisasi Kerja Sama Shanghai (SCO) berlangsung dari 15 sampai 16 September, di Kota Samarkand, Uzbekistan, dengan kehadiran dari 15 pemimpin negara dan pemimpin berbagai organisasi internasional yang bekerja sama dengan SCO. Dalam konteks situasi geopolitik di kawasan dan di dunia yang tengah mengalami banyak gejolak, para peserta konferensi hadir dengan keadaan emosi dan perhitungan strategis yang berbeda, namun semuanya menjunjung tinggi kerja sama organisasi regional ini.
KTT SCO – Mencari Kerja Sama dan Keseimbangan Kepentingan - ảnh 1 Pada puncak acara yaitu KTT SCO di Samarkand terjadi pertemuan pertama antara pemimpin Rusia dan Tiongkok (Foto: Reuters)

Konferensi SCO kali ini dipenuhi sejumlah hal yang patut menjadi perhatian, yaitu: pertemuan tatap muka pertama antara pemimpin negara-negara anggota SCO sejak pandemi Covid-19 mulai merebak pada 2020, untuk pertama kalinya Presiden Tiongkok, Xi Jinping melakukan kunjungan ke negara asing sejak awal tahun 2020, dan pertemuan tatap muka pertama antara pemimpin Tiongkok dan India sejak bentrokan terjadi di daerah perbatasan pada 2020, dan khususnya, pada puncak acara yaitu KTT SCO di Samarkand terjadi pertemuan pertama antara pemimpin Rusia dan Tiongkok sejak Rusia mulai melakukan operasi militer di Ukraina. Pertemuan ini mempunyai makna yang sangat penting jika memperhitungkan sifatnya situasi internasional saat ini.

Rusia-Tiongkok Menegaskan Aliansi

Kalangan analis menganggap, ini merupakan kesempatan bagi Tiongkok untuk menunjukkan pengaruhnya dan bagi Rusia untuk menegaskan kebijakan memprioritaskan Asia, pada saat Moskow dan Bejing sedang mengalami hubungan yang menegang dengan Amerika Serikat (AS). Presiden Vladimir Putin menegaskan bahwa pembicaraan menciptakan motivasi bagi hubungan kemitraan strategis Rusia-Tiongkok dalam segi bilateral dan di kancah internasional. Sementara itu, Presiden Xi Jinping menegaskan bahwa sebagai negara besar, Tiongkok bersedia untuk bersama Rusia, membawa dunia yang sedang mengalami perubahan-perubahan  besar ke tahap pembangunan yang berkelanjutan dan positif.

KTT SCO – Mencari Kerja Sama dan Keseimbangan Kepentingan - ảnh 2Presiden Rusia, Vladimir Putin (kiri) dan Presiden Tiongkok, Xi Jinping (Foto: AP)

Ketika menilai pertemuan tersebut, kalangan ahli menganggap, kedua pemimpin sedang menunjukkan banyak hal. Pertemuan puncak Rusia-Tiongkok sangat penting dalam konteks ketegangan dengan Barat. Tiongkok dengan gigih menolak untuk mengutuk serangan yang dilakukan Rusia terhadap Ukraina dan memprotes sanksi-sanksi yang dikenakan Barat terhadap Rusia. Sementara itu, Rusia mendukung kuat Tiongkok dalam ketegangannya dengan AS setelah kunjungan Ketua DPR AS, Nancy Pelosi di Taiwan (Tiongkok). Bagi Rusia, Tiongkok telah memilih pendekatan yang seimbangan dalam krisis di Ukraina. Bagi Vladimir Putin, KTT SCO merupakan kesempatan yang menunjukkan bahwa Rusia tidak bisa diisolasi di kancah internasional, pada saat bentrokan Rusia-Ukraina sedang berlangsung. Selain itu, Rusia dinilai sedang mencari pasar baru bagi produknya, atau mencari pemasok baru bagi berbagai jenis komoditas yang tidak bisa lagi mereka impor dari Eropa. Bagi Presiden Xi Jinping, ini merupakan kesempatan untuk memperkokoh citranya menjelang Kongres Nasional ke-20 Partai Komunis Tiongkok pada Oktober nanti.

Hubungan Rusia-Tiongkok meski masih mengalami perselisihan, namun kesepahaman antara kedua pihak kian mendalam terkait target-target strategis bersama, khususnya dalam membendung pengaruh AS di Asia. Oleh karenanya, pertemuan antara Presiden Xi Jinping dan Presiden Putin kali ini merupakan kesempatna bagi keduanya untuk membuktikan kepada dunia tentang aliansi mereka.

Peranan Potensial SCO dalam Konteks Baru

Didirikan pada 2001, SCO terdiri dari negara-negara anggota India, Kazakhstan, Tiongkok, Kyrgyzstan, Rusia, Tajikistan, Pakistan, Uzbekistan. Sementara Afghanistan, Belarus, Iran, dan Mongolia berstatus pengamat; lalu Armenia, Azerbaijan, Kamboja, Nepal, Sri Lanka dan Turki adalah negara-negara mitra.

Dalam konteks sekarang, SCO dianggap sebagai sebuah kekuatan baru yang kian meningkat, mencakup 25% populasi dunia dan 60% luas area Asia dan Eropa. Oleh karena itu, SCO tengah mendapat perhatian banyak negara untuk meminta untuk bergabung dengan status sebagai anggota resmi, pengamat atau mitra dialog. KTT kali ini juga ditandai dengan penandatanganan resmi naskah MoU ileh Iran untuk masuk SCO.

Ketika bergabung dalam SCO, setiap negara anggota, pengamat atau mitra mengejar kepentingannya masing-masing. Memperkuat kerja sama dalam SCO bisa memfasilitasi Tiongkok dan Rusia menyelesaikan berbagai kesulitan politik, ekonomi, dan keamanan yang diakibatkan kebijakan permusuhan yang dilakukan pihak tertentu terhadap mereka. Sementara itu, bagi SCO dan negara-negara anggotanya, partisipasi negara-negara baru sama artinya memperluas pengaruh tidak hanya di bidang perdagangan dan ekonomi saja, tetapi juga di bidang politik dunia. SCO kian mengembangkan perannya dalam menjaga keamanan dan stabilitas di kawasan, mendorong kerja sama antar-negara anggota, dan bersamaan dengan itu terus menerus meningkatkan pengaruh di kancah internasional./.

Komentar