Kecemasan dari peningkatan belanja pertahanan negara-negara besar (Foto :VNA) |
Menurut kalangan analis, ketika perekonomian secara berangsur-angsur menjadi pulih, negara-negara di dunia semakin lebih banyak mengelontorkan uang pada berbagai strategi-strategi pertahanan besar.
Serentetan negara mengumumkan peningkatan belanja pertahanan
Undang-Undang tentang Pemberian Izin Pertahanan Nasional tahun 2018 diesahkan dengan dukungan besar mutlak di Senat AS, yang dikontrol oleh Partai Republik. UU tersebut membolehkan AS menaikkan belanja untuk membeli berbagai jenis pesawat tempur F-35, kapal perang dan tank M1 Abrams, meningkatkan gaji tentara tambah lebih dari 2% dan memberikan kira-kira 5 miliar USD bagi pasukan-pasukan yang berkedudukan di Afghanistan. Juga menutut RUU ini, 8,5 miliar USD akan diinvestasikan untuk mengupgrade sistem pertahanan rudal AS- lebih tinggi dari pada rekomendasi Presiden Donald Trump sebanyak 630 juta USD, pada latar belakang ketegangan antara AS dan Republik Demokrasi Rakyat Korea (RDRK) pada masa belakangan ini bersangkutan dengan program nuklir dan rudal dari Pyong Yang. Paket anggaran tersebut juga memberikan 60 miliar USD bagi berbagai operasi reaksi cepat di luar negeri dan bantuan keuangan bagi beberapa program keamanan AS dengan para sekutu Eropa. Ketua Komisi Militer Senat, Senator John McCain menganggap bahwa peningkatan belanja pertahanan adalah perlu untuk membantu menjamin suaya semua operasi militer dari AS punya cukup sumber anggaran guna beraktivitas secara lancar.
Peningkatan belanja pertahanan tahun 2018 oleh Senat AS yang melampaui rekomendasi awal dari Presiden AS, Donald Trump menunjukkan tekat AS dalam memeprkokoh posisi dan meningkatkan pengaruhnya di bidang pertahanan. Kita masih ingat, ketika menjalankan kampanye pilpres, Presiden Donald Trump berkomitmen memperkuat keamanan dan pertahanan, menyerukan untuk merekrut lagi 90.000 serdadu profesional; membangun Angkatan laut yang meliputi 350 buah kapal perang dan membeli lagi 100 pesawat tempur serta memperkuat potensi nuklir. Pandangan Presiden Donald Trump yalah menggunakan berlanja pertahanan untuk merangsang perekonomian. Pada latar belakang sekarang ini, kalangan analis tidak mengecualikan kemungkinan perbelanjaan militer AS bisa naik mencapai taraf maksimal 1 triliun USD pada zaman Presiden Donald Trump.
Sebelumnya, pada awal bulan September ini, Perdana Menteri (PM) Perancis, Edouard Philippe memberitahukan: Negara ini juga akan meningkatkan belanja pertahanan pada tahun mendatang sebanyak 1,6 miliar Euro. Ini merupakan tarap peningkatan terbesar dalam waktu 6 bulan ini dan Perancis akan tidak berhenti di situ. PM Edouard Philippe menegaskan peningkatan belanja pertahanan akan terus berlangsung pada tahun 2019 dan 2020. Sebabnya ialah dunia dewasa ini sedang sungguh-sungguh berbahaya. Sementara itu, di Asia, pada akhir bula Agustus lalu, Kementerian Pertahanan Jepang merekomendasikan anggaran pertahanan hampir mendekati 48 miliar USD untuk tahun fiskal 2018 (mulai dari April 2018) – tarap anggaran keuangan terbesar selama ini. Rekomendasi Kementerian Pertahanan Jepang ini menunjukkan tujuan meningkatkan kemampuan pertahanan rudal dari negara ini. Republik Korea-negara tetangga Jepang juga berkomitmen akan meningkatkan anggaran pertahanan dari 2,4% GDP sekarang menjadi 2,9% dalam waktu 5 tahun mendatang.
Membina perdamaian lebih perlu dari pada meningkatkan belanja pertahanan.
Alasan peningkatan kembali belanja militer di dunia cukup bisa dimengerti. Yaitu ketegangan yang sedang meningkat di banyak kawasan di dunia, pada pokoknya peningkatan perjuangan menentang terorisme internasional, peningkatan persaingan global dan kontradiksi-kontradiksi dalam hubungan internasional karena masalah-masalah yang belum bisa dipecahkan. Namun, banyak ahli mengatakan bahwa peningkatan belanja pertahanan barulah merupakan satu bagian dalam membela keamanan nasional. Tentang masalah ini, Sekretaris Jenderal (Sekjen) Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Antonio Guterres, pada tanggal 16 Maret lalu, pernah menyatakan: Untuk bisa menghadapi ancaman-ancaman terorisme, hal yang lebih banyak diperlukan ialah “harus memecahkan secara efektif sebab-musabab yang menimbulkan terorisme global” dari pada meningkatkan belanja militer. Sementara itu, juru bicara PBB, Stephane Dujarric menekankan bahwa alih-alih membeli lagi rudal, senjata nuklir, pesawat jet, helikopter dan kapal induk, negara-negara perlu melakukan investasi dalam mencegah kemungkinan terjadinya bentrokan, mengusahakan solusi atas bentrokan-bentrokan, menentang kekerasan ekstrimis, ikut menjaga dan menegakkan perdamaian, mendorong perkembangan yang komprehensif dan berkesinambungan, menghormati hak asasi manusia dan memecahkan secara tepat waktu krisis-krisis kemanusiaan.
Dunia sedang menyaksikan peningkatan anggaran pertahanan dari banyak negara yang punya potensi ekonomi. Setiap negara mempunyai alasan sendiri dalam memodernisasi militer-nya, namun akibat tindakan ini ialah menciptakan kecurigaan dan berjaga-jaga satu sama lain, mendorong negara-negara ke satu persaingan tentang kekuatan militer. Hal ini juga berpengaruh terhadap perdamaian dan stabilitas di dunia.