Diselenggarakan oleh Kementerian Pangan dan Pertanian Federasi Jerman, Forum GFFA yang diadakan tahunan merupakan satu gagasan untuk menciptakan ruang diskusi tentang masalah-masalah utama tentang kebijakan pangan dan pertanian di dunia. Tema Forum ke-16 GFFA tahun ini ialah “Sistem-sistem pangan untuk masa depan: Bersinergi demi satu dunia tanpa kelaparan”.
Mempercepat laju realisasi SDGs
Dalam pesan yang diajukan menjelang Forum tahun ini, para panitia penyelenggara mengatakan bahwa hanya tinggal 7 tahun lagi bagi dunia untuk merealisasikan target-target pembangunan yang berkelanjutan (SDGs) dari Perserikatan Bangsa-Bangsa, di antaranya salah satu target terpenting (SDG 2) ialah mengentas dari kelaparan pada tahun 2030, tetapi dengan situasi saat ini, kemampuan mencapai target-target ini sedang terancam. Ibu Reena Ghelani, Koordinator PBB urusan pencegahan dan tanggapan terhadap kelaparan, menilai:
“Konflik-konflik bersenjata merusak sistem pangan, menyabot mata pencaharian dan memojokkan warga ke luar dari rumahnya, sehingga membuat banyak orang jatuh dalam situasi rentan ekstrem dan kelaparan. Kadang-kadang dampak-dampak ini merupakan akibat sampingan dari perang, namun seringkali dampak-dampak tersebut juga disebabkan dengan sengaja dan ilegal, dengan menggunakan kelaparan sebagai taktik perang.”
Ilustrasi (Foto: AFP / VNA) |
Pada latar belakang itu, GFFA di Berlin tahun ini menargetkan mendorong dialog-dialog konstruktif, menuju ke masa depan, membangkitkan kesadaran para penyusun kebijakan di berbagai negara mengenai tingkat darurat dalam mempercepat laju pelaksanaan semua SDGs. Forum tahun ini fokus membahas empat topik utama, yaitu: mendorong produksi yang berkelanjutan dan kedaulatan pangan; mendukung rantai pasokan yang fleksibel dan berkelanjutan; mengurangi kehilangan dan keborosan pangan; memperkokoh kelompok-kelompok rentan. Sekitar 2.000 penyusun kebijakan, ilmuwan, pemimpin badan usaha dan anggota komunitas sipil menghadapi sesi-sesi pembahasan dan konektivitas.
Pertanian dan Perubahan Iklim
Bagi negara tuan rumah Jerman, GFFA tahun ini diselenggarakan pada saat masalah pertanian sedang menjadi salah satu kekhawatiran besar bagi Pemerintah negara ini, dengan puluhan ribu petani Jerman yang melakukan demonstrasi, memblokir lalu lintas selama beberapa pekan lalu di Kota Berlin dan berbagai tempat lainnya. Demonstrasi-demonstrasi itu pada awalnya fokus menuntut kelanjutan subsidi bahan bakar, kemudian adalah masalah-masalah lain, di antaranya kekecewaan terhadap beberapa kebijakan tentang perubahan iklim. Menurut kalangan pengamat, akan semakin banyak petani negara-negara Eropa memprotes kebijakan-kebijakan lingkungan yang dilakukan negara-negara Eropa dengan alasannya kebijakan-kebijakan ini sangat boros, berdampak negatif terhadap bidang pertanian.
Kaum tani melakukan demonstrasi di satu jalan tol di dekat Kota Rijssen, Belanda (Foto: Getty) |
Sebelum petani Jerman, petani Belanda, Prancis, Spanyol, Irlandia, dan lain-lain telah melakukan demonstrasi-demontrasi dan blokade dengan skala besar selama beberapa tahun ini guna memprotes kebijakan-kebijakan seperti: menuntut memangkas gas emisi nitrogen (Belanda); membatasi pengambilan air irigasi dari sungai-sungai (Spanyol); melarang penggunaan insektisida dalam pertanian (Prancis). Menurut FAO, tantangan-tantangan yang ditetapkan dalam mengharmoniskan pengembangan pertanian dan penanggulangan perubahan iklim semakin besar. Namun, hal pertama yang penting ialah perlu mengubah pemahaman. Kaveh Zahedi, Direktur Kantor Perubahan Iklim, Keanekaragaman Hayati dan Lingkungan FAO, menilai:
“Lahan-lahan usaha tani tidak hanya menjadi tempat produksi bahan makanan, tetapi juga bisa menjadi tempat menciptakan energi terbarukan. Energi itu akan digunakan di lahan usaha tani itu, di rumah-rumah kaca, dan sebagianya. Selain itu, bisa mengubah limbah pertanian menjadi bahan bakar hayati. Semuanya merupakan solusi pertanian cerdas dan merupakan hal yang sedang digelar FAO dan negara-negara”.
Menurut data-data dari FAO, sistem-sistem pangan pertanian menduduki sekitar 1/3 volume emisi gas rumah kaca di dunia setiap tahun, oleh karena itu, permintaan untuk mengubah metode-metode produksi pertanian tradisional menurut arah hijau dan berkelanjutan semakin mendesak. Oleh karena itu, di GFFA tahun ini, FAO mendorong program kemitraan antara FAO dengan Mekanisme lingkungan global (GEF) guna membantu negara-negara mengembangkan sistem pangan pertanian, yang beradaptasi dengan lingkungan. Sekarang, FAO sedang menggelar program ini di lebih dari 120 negara, dengan sumber keuangan senilai 1,5 miliar USD lebih, turut memangkas 500 juta ton emisi dan mengelola secara berkelanjutan 100 juta hektare lahan pertanian.