Covid-19 menantang perekonomian global

ANH HUYEN
Chia sẻ
(VOVWORLD) - Menurut pengumuman WHO, terhitung sampai tanggal 14 Februari 2020, wabah radang pernapasan akut akibat Virus Corona tipe baru (Covid-19) di Tiongkok dengan 64.000 orang yang terinfeksi dan 1.486 orang yang meninggal sedang melanda ke lebih dari 26 negara dan teritori. Walaupun masih terlalu dini untuk bisa mengumpulkan angka statistik yang lengkap tentang dampak yang ditimbulkan oleh Covid-19 terhadap ekonomi dunia, tapi wabah itu telah dan sedang menimbulkan akibat-akibat permulaan terhadap aktivitas produksi, bisnis dan rantai pemasokan global.
Covid-19 menantang perekonomian global - ảnh 1Ilustrasi  (Foto: dangcongsan.vn) 

Wabah Covid-19 yang terjadi pada  awal tahun 2020 dan juga merupakan kesempatan beristirahat Hari Raya Tahun Baru di Tiongkok dan beberapa negara Asia yang lain telah menimbulkan dampak-dampak negatif terhadap perekonomian negara-negara ini, yang tipikal ialah Tiongkok, terutama di bidang kesehatan, pariwisata, perhubungan, transportasi, perdagangan ritel, ekspor-impor, berbagai cabang produksi menurut rantai, jasa keuangan dan sebagainya.

Dampak-dampak segera

Hanya setelah satu malam saja setelah Tiongkok mengumumkan cara statistik baru tentang orang-orang yang terinfeksi dan meninggal telah melonjak jumlahnya, bursa efek di seluruh Asia menyaksikan taupan prahara warna merah di lantai. Taupan ini tidak terjadi di Asia saja, kontrak masa depan semua indeks utama di Wall Street juga mengalami kemerosotan harga pada kerangka waktu transaksi di pasar Asia.

Kasino-kasino di Makau telah harus menutup pintu, maskapai-maskapai penerbangan di dunia telah menghapuskan 25.000 misi penerbangan yang datang dan berangkat dari Tiongkok dan misi-misi penerbangan domestik di negara yang luas ini. Grup Penerbangan Sipil Hong Kong, Cathay Pacific harus membolehkan 27.000 personilnya beristirahat tanpa gaji. Perusahaan produksi mobil Hyundai untuk sementara menutup pintu semua pabrik di Republik Korea dalam waktu sepekan karena kekurangan onderdil yang dibawa dari Tiongkok. Kota Wuhan, Provinsi Hubei, Tiongkok adalah satu paru-paru industri, satu ibukota produksi mobil dan seluruh kota ini telah menghentikan aktivitas, semua pabrik harus tutup selama pekan-pekan ini. Dari Grup Pembuatan Pesawat Airbus di Eropa sampai perusahaan produksi mobil elektric Tesla atau Grup Apple dari Amerika Serikat semuanya mulai mengurangi laju produksi. Karena, banyak provinsi dan kota di Tiongkok memutuskan memperpanjang waktu istirahat untuk menghadapi wabah di mana semua provinsi dan kota itu menjamin sampai 80% GDP dan merupakan sumber produksi terhadap 90% jumlah barang ekspor Tiongkok ke dunia.

Dalam pada itu, cabang industri bahan makanan menderita pengaruh karena poros-poros perhubungan mengalami embargo. Di Perancis, cabang perhotelan mulai terhuyung-huyung ketika ada 80% jumlah kamar yang dipesan dulu dihapus pada bulan Januari 2020 dan menjadi 100% pada bulan Februari.

Google, IKEA dan sebagainya berangsur-angsur mengumumkan untuk sementara menutup pintu ranting-rantingnya di Tiongkok. Organisasi Negara-Negara Pengekspor Minyak (OPEC) mengadakan sidang darurat karena pasarnya yang terbesar yaitu Tiongkok sementara “dibekukan”. Rusia, Republik Demokrasi Rakyat Korea dan Mongolia menutup pintu garis perbatasan dengan Tiongkok pada saat negara-negara Barat dengan giat melakukan repatriasi bagi warga-nya. Banyak negara mengingat warga negaranya supaya jangan datang ke Tiongkok. Jelaslah, rantai pemasokan dunia  mengalami kekacauan karena mata rantainya Tiongkok diobrak-abrik oleh Covid-19.

Semua negara  meningkatkan sendiri daya tahan pertekonomiannya

Akan tetapi, menurut para pakar, masih terlalu dini untuk memberikan penilaian yang lengkap tentang dampak yang ditimbulkan oleh Covid-19 terhadap ekonomi dunia. Tapi, menurut beberapa penelitian belakangan ini yang dilakukan oleh organisasi-organisasi yang berkewibawaan seperti Moody’s, BNP Paribas Cadif, International SOS, karena Tiongkok merupakan perekonomian yang besarnya nomor 2 di dunia (setelah Amerika Serikat), menduduki persentase kira-kira 17% GDP global dan memberikan sumbangan sebesar 33% bagi total pertumbuhan ekonomi global, oleh karena itu, diprediksi, wabah ini bisa membuat GDP global turun dari 0,3-0,7% pada tahun ini. Oxford Economic memprakirakan bahwa Amerika Serikat akan  kehilangan 1,6 juta wisatawan dari Tiongkok daratan pada tahun ini.

Prospek pertumbuhan Eropa juga bisa ditantang. Benua ini telah menjadi destinati yang semakin populer terhadap wisatawan Tiongkok, khususnya pada latar belakang hubungan Amerika Serikat-Tiongkok mengalami keretakan pada tahun 2018. Sementara itu, Presiden Direktur Dana Moneter Internasional (IMF), Kristalina Georgieva, pada Kamis (13 Februari) menilai bahwa pertumbuhan ekonomi global akan menderita pengaruh yang “ringan” akibat Covid-19. IMF menilai bahwa dampak wabah ini akan menurut huruf V dengan aktivitas-aktivitas ekonomi di Tiongkok yang akan mengalami pemulihan kuat setelah tahap penurunan kuat, berarti dampaknya terhadap ekonomi global bisa ringan. Pada saat ini, banyak negara, terutama negara-negara Asia sedang mempersiapkan skenario untuk menghadapinya, melakukan kebijakan-kebijakan untuk membantu badan usaha secara tepat waktu, mengurangi pajak, memberikan bantuan kepada restoran, perhotelan, menjamin ketertiban dan kestabilan sosial, menstabilkan psikologi warga dan siap memulihkan produksi setelah wabah lewat.  

Komentar