Belum ada tanda-tanda turunnya suhu ketegangan di semenanjung Korea

Hong Van
Chia sẻ
(VOVworld) – Situasi di semenanjung Korea masih terus menegangkan setelah Amerika Serikat (AS) dan Republik Korea Rabu (26/4), membawa alat-alat dari Sistem pertahanan rudal jarak tinggi tahap terakhir (THAAD) dari AS ke kawasan penggelaran
  (VOVworld) – Situasi di semenanjung Korea masih terus menegangkan setelah Amerika Serikat (AS) dan Republik Korea Rabu (26/4), membawa alat-alat dari Sistem pertahanan rudal jarak tinggi tahap terakhir (THAAD) dari AS ke kawasan penggelaran  di kabupaten Seoungju, jauhnya 300km dari ibukota Seoul di sebelah Tenggara. Pada saat ini, latihan-latihan perang dengan menembakkan peluru sungguhan digelarkan oleh AS-Republik Korea- dan AS- Jepang. Gerak gerik tersebut memperlihatkan belum ada tanda-tanda turunya suhu ketegangan di semenanjung ini. 



Belum ada tanda-tanda turunnya suhu ketegangan di semenanjung Korea - ảnh 1
Ketegangan di semenanjung Korea
(Foto : Kantor Berita Vietnam/VNA)



Ketegangan tidak henti-hentinya meningkat di semenanjung Korea setelah Pyong Yang menyatakan akan mengadakan uji coba nuklir ke-6 dan akan secara permanen mengadakan uji coba misil balistik. Dalam menanggapinya, AS telah mengerahkan kapal perang dan kapal selam mendekati semenajung Korea, berkomitmen membela Jepang dan Republik Korea, bersamaan itu menyatakan akan membuka semua solusi yang terdiri dari embargo ekonomi, memberikan tekanan diplomatik dan tidak mengecualikan kemungkinan melakukan semua langkah militer terhadap Pyong Yang.


  Mengangkut semua alat-alat THAAD ke kawasan penggelaran.

Pada Rabu (26/4), 6 truk spesialis yang mengangkut alat-alat utama dari soistem  THAAD seperti bantal-bantal peluncuran mobil  dan radar X-band telah masuk ke kabupaten Seongju, propinsi Gyeongsang Utara. Setelah itu, tentara AS mulai merakit sistem THAAD  untuk menghadapi secara lebih baik ancaman rudal dan nuklir dari Republik Demokrasi Rakyat Korea (RDRK).  Kementerian Pertahanan Republik Korea mulai membenarkan bahwa telah memulai penggelaran sistem THAAD secara komprehensif. Sementara itu, Pangkima Komando Pasifik Amerika Serikat, Laksamana Harry Harrris memberikan peringatan bahwa saat titik balik AS adalah ketika pemimpin RDRK, Kim Jong Un mempunyai kemampuan militer yang sepadan dengan ancaman terhadap AS selama ini.
AS dan Republik Korea mengangkut alat-alat sistem THAAD ke kawasan perakitan tanpa memperdulikan tentangan keras dari warga setempat dan kecaman dari beberapa capres Republik Korea. Juru bicara Park Kwang-on dari capres Moon Jae-in dari Partai Demokrat pengikut garis liberal menyatakan bahwa penggelaran sistem THAAD mengabaikan aspirasi dari warga dan berbagai prosedur yang perlu. Juru bicara Son Kum-ju dari capres Ahn Cheol-soo dari Partai Rakyat pengikut garis tengah-kiri meminta supaya pekerjaan ini perlu dilakukan sesuai dengan undang-undang seperti permufakatan antara dua fihak.

 
Meningkatkan latihan-latihan perang gabungan


 Situasi di semenanjung Korea menjadi lebih tegang ketika pada saat yang sama terjadi latihan perang meriam dari RDRK, AS juga melakukan dua latihan perang gabungan dengan Republik Korea dan Jepang. Republik Korea dan AS, Selasa (25/4), di Laut Kuning melakukan latihan perang gabungan menembak peluru sungguhan dengan partisipasi kapal perusak Wanggeon berbobot 4.400 ton dan kapal perusak yang membawa rudal penunjuk jalan USS E.Meyer generasi Arleigh Burke, Angkatan Laut AS. Dua fihak telah melakukan aktivitas taktis gabungan dan menembakkan peluru sungguhan. Republik Korea dan AS juga membuat rencana mengadakan latihan perang angkatan laut gabungan berskala besar pada akhir April di Laut Jepang dengan partisipasi kapal induk bertenaga nuklir USS Carl Vinson.
Sementara itu, pada Rabu (26/4), Angkatan Laut AS memberitahukan bahwa semua pesawat terbang dari kelompok kapal induk USS Carl Vinson sedang berjalan menuju ke semenanjung Korea akan melakukan latihan pergang gabungan dengan Pasukan Bela Diri di Udara Jepang (JASDF) di wilayah laut Jepang Selatan kalau cuacanya baik. Menurut pernyataan tentara AS, pelatihan perang ini terdiri dari latihan di udara dan berbagi PHB untuk memperbaiki pekerjaan informasi antara tentara dua fihak. Gerak gerik tersebut berlangsung setelah latihan perang selama 2 hari dengan dua kapal induk Jepang ketika kelompok kapal USS Carl Vinson lewat laut Filipina menuju ke semenanjung Korea. Angkatan Laut AS menyatakan bahwa dua latihan perang ini bertujuan membantu menghadapi ancaman-ancaman secara cepat.
 Menghadapi perkembangan-perkembangan tersebut, Kementerian Luar Negeri RDRK menuduh AS memojokkan semenanjung Korea ke tepi jurang perang nuklir. Pyong Yang memperingatkan bahwa kalau terjadi perang di semenanjung Korea, Washington akan harus menerima semua tanggung jawab. Pernyataan tersebut diajukan menjelang sidang istimewa Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang program-program nuklir dan rudal RDRK yang akan diadakan di New York pada Jumat 28/4. Meskipun ada peningkatan gerak-gerik militer tetapi pemerintah AS baru saja mengeluarkan pesan bahwa Presiden Donald Trump ingin menimbulkan tekanan terhadap Pyong Yang untuk melepaskan program nuklir dan rudal melalui usaha memperketat sanksi-sanksi. Washington akan terus menggunakan langkah-langkah diplomatik untuk mengembalikan Pyong Yang ke perundingan. Akan tetapi perkembangan selama beberapa hari ini di semenanjung Korea memperlihatkan bahwa tidak mudah untuk menurunkan suhu ketegangan di sini.

Komentar