Apa yang dinanti-nantikan oleh Davos 2019?

Anh Huyen
Chia sẻ
(VOVWORLD) - Konferensi Tahunan Forum Ekonomi Dunia (WEF 2019) sedang berlangsung di Davos, Swiss dari 22 -25/1. Dengan tema utama ialah "Globalisasi 4.0: Menerapkan satu struktur baru pada era Revolusi Industri generasi keempat",  Konferensi kali ini dinilai sebagai tempat berhimpun dari para tokoh utama di dunia. Tetapi, absennya dari banyak tokoh utama telah membuat Davos 2019 kurang atraktif dan bisa melenceng dari target globalisasi. 
Apa yang dinanti-nantikan oleh Davos 2019? - ảnh 1 PM Nguyen Xuan Phuc membacakan pidato (Foto : Thong Nhat/VNA)

WEF 2019 di Davos berlangsung pada latar banyak masalah di dunia sedang  menjadi lebih sulit diduga dan  tidak stabil lebih dari pada yang sudah-sudah

Menonjolnya masalah-masalah politik dan ekonomi

Sejak Davos 2018, hubungan dagang dan diolomatik global mengalami banyak masalah yang harus dibahas. Pada 1/2018, Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump untuk pertama kalinya mengumumkan pengenaan tarif terhadap barang impor dari Tiongkok dan sejak itu sampai sekarang ini, AS dan Tiongkok telah mengenakan tarap tarif berturut-turut ialah sebanyak 250 miliar USD dan 110 miliar USD terhadap komoditas  masing-masing pihak. Washington sedang menyaksikan situasi penutupan Pemerintah dengan waktu yang panjangnya mencapai rekor, karena jalan buntu dalam rencana bantuan untuk membangun tembok sepanjang perbatasan, Sedangkan, Brexit masih berada dalam situsi kacaubalau dan belum ada hasil yang jelas, walaupun hanya pada beberapa pekan mendatang, Inggris harus keluar dari Uni Eropa.

Sementara itu di Eropa, pada tahun lalu juga menyaksikan keunggulan populisme, partai-partai ekstrim kanan memegang kekuasaan di mana yang tipikel ialah di Italia. Populisme naik takhta juga berpengaruh terhadap Kanselir Jerman, Angela Merkel yang harus menyatakan akan menarik diri dari panggung politik Jerman dan Eropa, melepaskan peranan sebagai Ketua Partai Uni Demokratik Kristen (CDU). Sedangkan di Perancis, Presiden Perancis Emmanual Macron juga sedang harus  dengan susah payah mencari cara memecahkan demonstrasi-demonstrasi yang sedang berlangsung secara permanen  dan teramar menegangkan di jalan-jalan di Ibukota Paris.

Brexit tidka hanya berada di AS dan Inggris saja, melainkan juga di Brasil, Austria dan Hungaria ada banyak kandidat politik populis yang sedang dipilih dan pergantian agenda membuat proteksionisme menjadi lebih serius dan lebih banyak mengikuti nasionalisme. Hasil ini memperlemah hubungan-hubungan multilateral dan menurut kalangan analis internasional, situasi ini bisa terus berlangsung dalam tahun 2019.

Selain itu, kriminalitas keamanan siber, ancaman-ancaman tentang lingkungan dan perubahan geopolitik juga merupakan risiko-risiko  besar terhadap dunia sekarang ini. Namun, pada latar seperti itu, semua agenda di seluruh dunia menyaksikan lagi peningikatan perselisihan antar-negara dan memperlemah institusi-institusi multilateral. Dalam satu laporan yang akhir-akhir ini diumumkan, WEF telah menekankan bahwa risiko-risiko di seluruh dunia sedang meningkat, tapi semangat kolektif untuk memecahkan masalah-masalah itu tampaknya belum cukup.

Apakah Davos 2019 mendorong globalisasi?

Pada latar itu, WEF Davos tahun ini dengan partisipasi dari para pemimpin dan pejabat dari 100 pemerintah dengan para direktur eksekutif dari 1000 perusahaan global, ditunggu-tunggu akan berbahas tentang masalah-masalah menurut target yang ditetapkan forum yalah “Memperbaiki situasi dunia”.

Akan tetapi, dengan semua yang sedang berlangsung di forum tahun ini, orang tidak bisa terlampaui menunggu satu terobosan manapun. Harapan agar Davos 2019 bisa menciptakan terobosan dalam perang dagang AS-Tiongkok telah buỷa seperti asap ketika seluruh  delegasi Gedung Putih duduk saja di rumah. Presiden AS, Donald Trump membatalkan kunjungannya dan hanya mengirim ucapan selamat yang sebaik-baiknya kepada WEF. Sama dengan itu, PM Inggris, Theresa May juga membatalkan kunjungannya ke Davos setelah rencana Brexit tidak diratifikasi Parlemen.

Presiden Perancis, Emmanuel Macron dengan  susah payah menangani situasi demonstrasi dari kaum “rompi kuning” yang sudah terjadi berpekan-pekan ini. Bahkan, Presiden Tiongkok, Xi Jinping juga tidak menghadiri konferensi kali ini dan PM India, Narendra Modi juga sibuk dengan kampanye pemilu ke-2 maka tidak bisa hadir.

Dalam Laporan Tantangan global 2019 dari WEF yang diajukan di Forum kali ini juga memperingatkan bahaya konfrontasi politik yang meningkat antara negara-negara adikuasa akan mencegah badan usaha dan pemerintah menangani masalah-masalah seperti perubahan iklim atau serangan siber. Meskipun forum WEF merupakan kesempatan besar bagi para CEO, para gubernur dan pakar keuangan, para orang kaya dan para pemegang kekuasaan untuk berhimpun dan saling melakukan perundingan tentang masalah-masalah yang bersangkutan dengan ekonomi, politik dan sosial di seluruh dunia. Akan tetapi, dengan tidak hadirnya serangkaian pemimpin utama dari negara-negara adi kuasa merupakan indikasi yang memperlihatkan bahwa perang globalisasi sedang sangat sulit.

Komentar