Tempat kejadian ledakan bom di Bandara Hamid Karzai (Foto: CNN) |
Serangan tersebut terjadi hanya beberapa hari sebelum tenggat waktu penarikan sepenuhnya serdadu Amerika Serikat (AS) dari Afghanistan dan di tengah situasi ribuan orang Afghanistan terus datang dan berkumpul di sekitar Bandara Internasional Hamid Karzai untuk menunggu pengungsian ke luar negeri.
Tantangan Keamanan yang Serius
Dalam pernyataan yang dikeluarkan beberapa jam setelah serangan tersebut, Presiden AS, Joe Biden menunjukkan akan memberikan balasan setimpal terhadap pelaku kejahatan, bersamaan itu menegaskan akan terus melaksanakan rencana pengungsian dan penarikan serdadu AS sesuai tenggat waktu 31 Agustus. Tetapi kalangan analis menyatakan penyelesaian rencana penarikan serdadu ini tengah menghadapi banyak risiko dan tekanan yang serius.
Setelah serangan tersebut, cabang Organisasi ISIS di Afghanistan resmi menerima tanggung-jawab tentang serangan tersebut bersamaan itu menyatakan akan terus melakukan serangan-serangan serupa di waktu mendatang. Sementara itu, Jenderal Kenneth McKenzie, Panglima Komando Pusat AS memperingatkan bahwa bahaya terjadinya lagi serangan-serangan serupa di kawsan bandara Hamid Karzai sangat tinggi.
Pada pihaknya, Taliban belum mengeluarkan tanda-tanda pun yang menunjukkan bahwa kekuatan ini akan memberikan konsesi bagi rencana penarikan serdadu AS. Pada 24 Agustus, juru bicara Taliban, Zabihullah Mujahid menunjukkan bahwa kampanye pengungsian orang asing di bandara Hamid Karzai akan dianggap sebagai pelanggaran terhadap permufakatan kalau tetap berlangsung setelah tenggat waktu terakhir 31 Agustus. Sebelumnya, pada 23 Agustus, seorang juru bicara lain dari Taliban, Suhail Shaheen juga memperingatkan bahwa koalisi internasional harus membayar harga kalau melanggar permufakatan penarikan serdadu.
Pertempuran dan Bahaya Krisis Kemanusiaan
Pada latar belakang itu, gerakan melawan Taliban dengan porosnya kekuatan bersenjata oposisi di lembah Panjshir menyatakan akan bertempur sampai akhirnya. Saat ini, kekuatan tersebut memiliki jumlah serdadu sekitar beberapa ribu hingga sepuluh ribu orang yang pada pokoknya para serdadu pemerintah. Gerakan ini dibimbing oleh Ahmad Massoud, anak laki-laki dari seorang mantan pemimpin Koaliasi Utara melawan Taliban. Wakil Presiden Afghanistan, Amrullah Saleh, orang yang telah menyatakan sebagai presiden sementara setelah Presiden Ashraf Ghani meninggalkan tanah air pada 15 Agustus juga tengah hadir di lembah Panjshir. Panjshir adalah kawasan satu-satunya di Afghanistan yang belum bisa dikontrol oleh Taliban seperti di tahap mereka berkuasa dulu (1996-2001).
Para personel medis tengah mengangkut para korban ledakan (Foto: Aljazeera/VNA) |
Taliban pada 23 Agustus mengumumkan telah mengerahkan ratusan serdadu ke kawasan lembah Panjshir untuk menumpas kekuatan penentang. Meskipun hingga kini belum terdapat informasi pun tentang baku hantam antara Taliban dan kekuatan perlawanan di kawasan Panjshir, tetapi kemungkinan terjadinya baku hantam antara dua pihak sulit terhindar.
Pertempuran yang meledak akan memperhebat krisis kemanusiaan yang tengah dihadapi warga Afghanistan. Setelah bertahun-tahun mengalami perang saudara, ditambah lagi dampak pandemi Covid-19, perekonomian Afghanistan tampaknya habis tenaga, kekurangan pangan menjadi serius. Menurut Perserikatan Bangsa-Bangsa, sekitar 18 juta warga (separuh jumlah penduduk Afghanistan) sedang memerlukan bantuan kemanusiaan. Lebih-lebih lagi baku hantam yang berkepanjangan juga berisiko menarik dan mempengaruhi negara-negara di kawasan, pada pokoknya terkait masalah pengungsi.
Menghadapi kenyataan ini, banyak negara dan organisasi terus-menerus mengimbau solusi politik atas masalah Afghanistan. Sementara itu, Wakil Senior urusan Keamanan dan Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa, Joseph Borrell pada 24 Agustus menekankan perlu harus melakukan dialog dengan Taliban secepat mungkin untuk mencegah musiah kemanusiaan dan imigrasi di Afghanistan.