Thailand dengan masalah pengelolaan media sosial

NGUYEN YEN
Chia sẻ
(VOVWORLD) - Menurut hasil survei yang terbaru pada tahun 2016, di antara kira-kira 70 juta penduduk Thailand, ada 56% jumlah penduduknya menggunakan media sosial. Oleh karena itu, tidak bisa menegasi peranan media sosial bagi penduduk Thailand. Dengan demikian bagaimana pengelolaan Pemerintah Thailand untuk mengembangkan secara maksimal kepentingan kepada warga dan Pemerintah ketika media sosial sedang berkembang secara cepat di negeri “Pagoda Emas” ini? Demikian isi simposium ilmiah dengan tema “Kenyataan, masalahnya dan solusi pengelolaan informasi dan komunikasi di media sosial di Thailand dewasa ini” yang baru saja diadakan oleh Akademi Jurnalistik dan Komunikasi dan Kedutaan Besar Vietnam di Bangkok, ibu kota Thailand.
Thailand dengan masalah pengelolaan media sosial - ảnh 1Para peserta simposium  (Foto: vovworld.vn) 

Pada simposium ini, hampir 20 undangan yang adalah para pakar di bidang teknologi informasi, manajer media sosial, para wartawan dan sarjana Thaland telah melakukan perbahasan secara bergelora tentang peranan media sosial di Thailand. Walaupun ada banyak pendapat yang berbeda-beda, tapi para utusan mengakui pengaruh besar yang ditimbulkan oleh media sosial terhadap banyak bidang dalam kehidupan, di antaranya ada komunikasi. Kittisak Hankla, Kepala Radio dan Televisi Nasional Thailand memberitahukan: “Sekarang ini, dampak media sosial terhadap pers resmii (radio, televisi dan koran cetak) di Thailand sangat besar. Televisi Nasional Thailand juga sedang berusaha menyesuaikan diri agar informasinya  sampai ke obyeknya. Terbanding dengan dulu, ketika media sosial belum memainkan peranan apa-pun, maka informasi dari televisi punya pengaruh yang sangat besar dalam masyarakat. Akan tetapi, dewasa ini, media sosial menjadi lawan utama terhadap pers resmi, khususnya Televisi Thailand. Sekarang ini, pers resmi sedang berupaya keras menyesuaikan diri untuk melakukan persaingan tentang informasi terhadap media sosial. Oleh karena itu, kami akan melakukan kontrol secara sejajar. Setelah selesai mengeluarkan informasi di pers resmi, kami akan memuatnya di media sosial agar informasi sampai pada obyeknya”.

Sekarang ini, di antara total 38 juta pengguna media sosial di Thailand, ada kira-kira 32% pengguna Facebook, 29% pengguna jaringan Line dan 19% pengguna Instagram. Khususnya ialah kalangan muda adalah kelompok orang yang paling banyak menggunakan media sosial. Karena berhasil menyedari peranan dari media sosial terhadap massa rakyat, banyak partai politik dan badan usaha juga menggunakan media sosial untuk memperkuat pengaruhnya terhadap warga dan pelanggan. Arurson Akaraniti dari Direktorat Hubungan Masyarakat Thailand memberitahukan: “Media sosial semakin memainkan peranan yang penting. Karena dalam pemilihan yang paling belakangan ini di Thailand, partai yang merebut paling banyak suara juga menggunakan media sosial dalam kampanye pemilihan. Menggunakan Youtube dalam kampanye pemilihan memberikan banyak kepentingan karena ia cepat, biayanya rendah, tidak bergantung pada pers resmi. Berbagai perseorangan dan badan usaha Thailand sekarang ini juga sangat ingin menggunakan Facebook dan membuka fanpage dan lain-lain.

Menyedari akan pengaruh media sosial terhadap bermacam-macam obyek, tidak hanya berbagai organisasi dan badan usaha saja, tapi Pemerintah Thaland juga menggelarkan banyak program yang luas di berbagai tingkat untuk membantu warga mengerti dan menggunakan media sosial secara efektif. Anurson Akaraniti menambahkan: “Khususnya bagi proyek Internet dari Negara dan Pemerintah  memberikan pengajaran dan sosialisasi pengetahuan kepada kaum tani dan kebun usaha tani untuk menggunakan dan menciptakan Facebook dan fanpage. Melakukan sosialisasi ke setiap desa. Setiap desa punya satu proyek. Di sekolahan juga ada proyek Internet yang membimbing cara membuat Facebook”.

Akan tetapi, di samping kepentingan-kepentingan, media sosial juga menimbulkan pengaruh-pengaruh negatif kalau tidak dikelola secara baik. Pengguna media sosial bisa melontarkan informasi yang menimbulkan kerugian terhadap korban, menipu, menjual barang yang tidak sesuai seperti yang diiklankan dan lain-lain. Untuk memecahkan masalah ini, Pemerintah Thailand telah memberlakukan Undang-Undang ICT, di antaranya meliputi ketentuan-ketentuan yang bersangkutan dengan pengelolaan informasi di Internet. Sekarang ini, undang-undang tersebut sedang dibahas dan direvisi untuk kedua kalinya agar sesuai dengan perkembangan yang cepat dari media sosial. Di antaranya ada beberapa hal yang baru ialah penjualan barang di media sosial tanpa listing harga akan dijatuhi hukuman penjara, penjualan barang melalui media sosial akan dipungut pajak dan lain-lain. Thailand juga punya polisi siber untuk menerima informasi dan laporan dari warga yang bersangkutan dengan media sosial.

Vietnam sekarang ini juga mirip dengan Thailand, sedang harus menghadapi perkembangan yang cepat dari media sosial. Media sosial menimbulkan pengaruh terhadap semua segi dalam kehidupan sosial-ekonomi. Pemerintah Vietnam sedang sangat memperhatikan pengelolaan media sosial. Ketika ikut serta dalam simposium ini, wakil Vietnam, Profesor Muda, Doktor Do Thi Thu Hang menekankan peranan media sosial dan kesamaan dalam pengelolaan di dua negara: “Kami melihat bahwa Vietnam dan Thailand yang adalah dua negara di Asia Tenggara juga sedang melakukan langkah-langkah permulaan untuk mengelola aktivitas informasi dan komunikasi di media sosial dalam kecenderungan perkembangan masyarakat informasi. Masalah-masalah yang dihadapi oleh Vietnam dan Thailand dalam mengelola informasi di media sosial tampaknya ada kesamaan. Misalnya selalu harus menghadapi  masalah yang bersangkutan dengan kecurangan perdagangan, pengaruh-pengaruh tentang moral dan sosial ketika ikut serta dalam media sosial, masalah pengelolaan media sosial dan aktivitas pendidikan terhadap kalangan muda. Ketika membahas masalah-masalah itu, kami nampaknya telah menyatukan banyak kesamaan dan bersama-sama mencari langkah untuk turut membangun pola pengelolaan informasi dan komunikasi di media sosial sesuai dengan setiap negara”.

Simposium yang memakan waktu dua jam tersebut telah membantu para utusan mendapat cara memandang global tentang kenyataan perkembangan media sosial di Thailand. Bagi para utusan Vietnam, simposium ini membuka banyak solusi yang baik pada latar belakang Vietnam juga sedang mencari cara pengelolaan media sosial yang sedang berkembang cepat. 

Komentar

sapicomel

hello my name sapi iam new in hereneed sharing with all friend ^^I want to be friends with everyonehttps://poker88... Xem thêm