(VOVworld) – Dengan sejarah-nya yang khas, George Town - ibukota negara bagian Penang – pulau yang terletak di sebelah Barat Laut selat Mallacca selalu merupakan tempat wisata yang atraktif bagi para wisatawan dengan warna-warni budaya yang disedap luar biasa di Malaysia yang mungil ini.
Kota George Town- Penang
(Foto: nhigiatravel.com)
Warna biru muda dari langit, warna biru tua -nya samudera dan warna hijau maya-maya dari hutan sawit di tengah-tengah sinar mata hari pada pagi hari. George Town kalau dilihat dari ketinggian, kelihatan kecil seperti permainan rakitan anak-anak di tengah-tengah lukisan Penang yang berwarna-warni. Yang menyambungkan daratan dengan kota George Town ialah jembatan yang paling panjang di Asia Tenggara kira-kira 13 Km. Dari jembatan itu, satu ruang yang tenang tenteram dari kota kuno timbul. Lahir pada abad ke-15, George Town berada dalam sistim jajahan Inggeris, ibukota negara bagian Penang diberi nama menurut nama Raja George III. Bersama-sama dengan orang Eropa, sejumlah besar orang Tionghoa, orang Malayu dan orang Hindu datang mencari nafkah di sini dan telah menciptakan satu interferensi kebudayaan Timur-Barat yang cukup interesan, khususnya budaya kuliner di George Town. Wan Fan seorang penduduk pribumi memberitahukan: “Hampir semua wisatawan datang ke sini karena masakan yang enak. Hanya berjalan di jalan-jalan kota George Town, bisa kelihatan ada kari India, nasi ayam orang Tionghoa atau Hok Kien Mee dari orang Malayu”.
Gereja St George
(Foto: thegioi.info)
Tidak sulit untuk bisa melihat kesukaan wisatawan terhadap masakan-masakan di daerah ini, khususnya masakan-masakan dari orang Tionghoa di restoran terkenal Tek Sen Restaurant di George Town .
“Aduh, pedas dan panas rasanya! Masakan ayam ini renyah, tapi lunak. Saus yang rasanya agak masam enak sekali. Sedangkan, ada lagi ini nasi goreng udang. Memang sungguh-sungguh enak. Saya suka George Town karena saya bisa makan Hamburger sekaligus bisa makan nasi”.
Setelah menyambangi warung-warung makan yang ramai, Anda tiba ke jalan lain, satu suasana yang tenang dan tenteram menyelubungi ruang berbau kemenyan dari pagoda-pagoda kuno yang dibangun pada 1800 seperti wiara Kuan Yin, Tua Peh Kong. Menjalani beberapa langkah lagi, Anda akan terasa sedang hidup dalam film-film dari abad lalu, dengan rickshaw yang berjalan lambat lewat barisan-barisan rumah kotak berbentuk korek api, atap genting berwarna merah. Di sana-sini, kedengaran musik dari gramafon.
Warna merah, kuning dan hijau dari karangan bunga terletak di depan Kuil Hindu. Di sekitarnya, kedengaran musik Bollywood yang ramai dari zona Little India dari orang Hindu, terasa luar biasa anehnya di tengah-tengah sinar mata hari. Kayu manis dan lada, yang baunya berat dicampur dengan suara serak dari orang menjajakan barang. Kehidupan komunitas orang Hindu migran telah menciptakan bau kebudayaan di George Town.
Mesjid Kapitan Keling
(Foto: vnexpress.net)
Meninggalkan Little India, Anda akan merasa heran akan Mesjid Islam yang khidmat dan megah dari orang Malayu yang terletak tidak jauh dari situ. Di dalam Mesjid, para laki-laki mengenakan pakaian putih dan sarong sedang bersembahyang. Di atas jalan-jalan di George Town, Anda biasanya menemui wanita Malayu yang menganut agama Islam mengenakan jilbab yang berwarna-warni dan mengenakan pakaian yang menutup seluruh tubuh mereka baik lengan maupun kaki. Aksentuasi busana mereka ialah peniti yang disematkan di selendangnya atau hiasan khas lainnya.
Di George Town, keharmonisan antar-kebudayaan telah termanifestasikan melalui cara hidup sehari-hari, khususnya dalam bahasa. Hal ini selalu menimbulkan hal di luar dugaan terhadap para wisatawan.
“Di kota ini, kami punya sekolahan milik orang Tionghoa, orang Hindu dan sekolahan milik Pemerintah Malaysia. Bahasa Malayu adalah bahasa umum. Tapi, Anda Sekalian akan merasa heran ketika hampir semua anak-anak di sini bisa fasih berbahasa Mandarin dan bahasa Hindi dan bahasa Inggeris”.
Pagode el Lok Si
(Foto: tourdulichmalaysia.net.vn)
Bahasa, kuliner, arsitektur, bau dupa dan rakyat di kota kuno ini memberikan hal-hal yang baru dan aneh kepada para wisatawan. Menguak tabir dan merasakan kota yang kecil dan mungil di pinggiran selat Mallacca ini, barangkali harus dengan panca indra. Bukanlah begitu Anda Sekalian./.