Sebuah toko suvenir kecil yang bernama Little Angel di depan kuil Preah Ko di Desa Ovulok, Kecamatan Bakong, Kabupaten Prasat Bakong dipenuhi dengan karya-karya ukiran yang terbuat dari kulit sapi untuk melayani wisatawan. Pemilik toko suvenir itu adalah saudara Nhek Serey Ratana, seorang pengrajin yang telah berkaitan dengan kerajinan mengukir kulit selama hampir 30 tahun. Dia mengatakan, pembuatan satu produk mengalami banyak tahapan yang teliti, dari memilih kulit hingga membersihkan, mengawetkan, menggambar dan mengukir:
Kulit yang digunakan sebagai bahan untuk pengukiran adalah kulit sapi jantan muda yang mati karena sebab alamiah, bukan karena disembelih. Obat pengawet kulit adalah obat alami yang terbuat dari kulit pohon. Sebelumnya, kulit perlu dibersihkan, dihilangkan baunya dan dikeringkan selama 3 bulan.
Karya-karya ukiran kulit terinspirasi dari kisah-kisah rakyat dan gambar-gambar yang dekat dengan kebudayaan Khmer. Foto: VOV |
Saudara Nhek Serey Ratana menambahkan bahwa terhadap produk-produk ukiran kulit yang melayani seni Sbek Thom, karena diukir dengan gambar-gambar suci dalam mitos dan legenda, maka proses pengukiran juga dilakukan sesuai dengan ritual-ritual yang tertentu. Pengrajin akan melukis gambar-gambar tokoh pada kulit pada hari bulan purnama, jika gambar belum selesai pada malam itu maka dia harus menunggu hingga hari bulan purnama berikutnya. Setelah selesai melukis, potongan-potongan kulit yang ada gambarnya harus diletakkan di atas meja, jangan sampai menyentuh tanah.
Sanggar tempat untuk mengukir dan toko suvenir Little Angel milik saudara Nhek Serey Ratana dibentuk pada tahun 2001, tidak hanya merupakan satu basis bisnis saja, melainkan juga merupakan rumah hangat yang memberikan peluang kepada anak-anak miskin dan yatim piatu untuk tinggal, belajar kerajinan mengukir kulit dan terus bersekolah. Dia mengatakan, dia sendiri juga adalah seorang yatim piatu, harus memungut besi bekas untuk bertahan hidup dan tidak bisa bersekolah, sehingga dia ingin membantu anak-anak yang mengalami situasi serupa agar mendapat peluang belajar demi masa depan yang lebih baik.
Pada awalnya saya melihat beberapa orang anak yang duduk dan menonton saya mengukir sepanjang hari. Ketika saya tanya kenapa mereka tidak bersekolah, mereka menjawab bahwa mereka adalah anak yatim piatu sehingga tidak mampu bersekolah. Saya sendiri juga adalah seorang yatim piatu dan melihat mereka mengalami situasi yang sama dengan saya, jadi saya mulai mengajarkan mereka mengukir kulit dan kemudian menjualnya untuk mendapatkan uang sekolah. Pada awalnya saya menerima 5 orang anak, kemudian ada lebih banyak orang anak yang datang dan setelah beberapa tahun jumlahnya lebih dari 50 orang anak, sekarang menjadi lebih dari 200 orang anak.
Nhek Serey Ratana (baju putih) beserta para anggota Little Angel. Foto: VOV |
Saudara Nhek Serey Ratana membantu anak-anak yatim piatu, difabel atau anak-anak yang dilanda kesulitan belajar kerajinan dan tinggal secara gratis, hanya dengan syarat satu-satunya yaitu mereka harus terus bersekolah. Oeun Narong, seorang pelajar yang cacat pada kaki yang telah belajar kerajinan ukir di sini selama 8 tahun, mengatakan:
Pada awalnya saya tidak tahu apa-apa. Setelah datang di sini, guru mengajari saya banyak hal. Sekarang saya telah tahu cara menggambar, mengukir dan menjual produk untuk mendapatkan uang sekolah. Pekerjaan sehari-hari di sini tidak mempengaruhi pembelajaran. Setelah jam sekolah, saya baru bekerja.
Seni mengukir kulit merupakan warisan budaya etnis Khmer selama ribuan tahun ini, meski sudah ada banyak orang yang telah memilih meninggalkannya, tetapi juga terdapat banyak orang seperti saudara Nhek Serey Ratana, selalu melestarikan dan mewariskan kerajinan tradisional ini kepada generasi penerus. Banyak pemuda setelah mendapatkan pengetahuan dan ketrampilan telah sungguh-sungguh mewarisi warisan budaya, menjadi motivasi bagi generasi mendatang./.