 Operasi “Jalan 9 - Laos Selatan” (Foto :VNA) |
Pada waktu itu, setelah Serangan Umum dan Pemberontakan Hari Raya Tet Mau Than tahun 1968 dari tentara dan rakyat Vietnam, pemerintah Imperialis Amerika Serikat (AS) mengajukan strategi "perang lokal Vietnam". Pada akhir tahun 1970, AS dan pemerintah boneka Saigon memutuskan untuk memusatkan kekuatan untuk membuka tiga operasi besar-besaran di area Jalan 9 - Laos Selatan, Kamboja Timur Laut dan area persimpangan perbatasan dengan Vietnam, untuk melumpuhkan perang perlawanan dari tentara dan rakyat tiga negara Vietnam, Laos dan Kamboja. Di antaranya, "Operasi Lam Son 719" menghantam area Jalan 9 - Laos Selatan dengan skala terbesar. Oleh karena itu, tentara Vietnam dan Laos telah membuka operasi “Jalan 9- Laos Selatan" untuk secara sinergis melawan serangan tersebut. Pahlawan Pasukan Bersenjata Nguyen Huy Hieu, mantan Deputi Menteri Pertahanan Vietnam mengatakan:
“Dalam perang ini, koordinasi dari tentara Pathet Lao dan Tentara Pembebasan Vietnam Selatan telah menciptakan sinergi pertempuran yang sangat penting. Dalam operasi Jalan 9 - Laos Selatan, negara sahabat telah menciptakan posisi batu loncatan, memberikan logistik, dan menjadi belakang untuk pasukan di jalan Truong Son serta pasukan utama dan lokal, milisi gerilya. Hal ini mempunyai makna sangat penting. ”
Operasi berlangsung di wilayah yang luas, dengan panjang 140 km menurut arah Timur - Barat, dari pintu Cua Viet, Dong Ha (Vietnam) hingga Muong Phin, Pha Lan (Laos); lebarnya 60 Km (menurut arah Utara - Selatan) dari Muong Truong ke Muong Noong. Dengan semangat berjuang secara gigih, tentara dan rakyat Vietnam - Laos telah mematahkan semua arah serangan. Pada tanggal 23 Maret 1971, operasi serangan balik di Jalan 9, Laos Selatan telah berakhir, mencapai kemenangan total, sepenuhnya mengalahkan operasi musuh "Lam Son 719" setelah lebih dari 50 hari dan malam. Kemenangan operasi ini memberikan dampak besar terhadap situasi medan perang di tiga negara Indochina, memberikan pukulan telak bagi strategi AS "perang lokal Vietnam", berkontribusi pada kemenangan besar musim semi tahun 1975 untuk menyatukan tanah air. Revolusi Laos juga dengan cepat merebut kembali pemerintahan ke tangan rakyat tanpa banyak kerugian.
Mengenang kampanye tersebut, Tuan Nguyen Minh Ky, mantan Ketua Komite Rakyat Provinsi Quang Tri, salah satu saksi sejarah perang tersebut berbagi secara emosional:
“Bersama sama baring di terowongan, bersama-sama berkorban karena bom dan peluru, maka sampai sekarang ada banyak kuburan yang tidak bisa kita bedakan antara orang Vietnam dan Laos. Oleh karena itu, sekarang tulang dan darah saling dibagi."
 Sekretaris Jenderal, Presiden Laos Thongloun Sisoulith (Foto :VOV) |
Untuk mengenang jasa para prajurit yang gugur, di tempat ini telah dibangun monumen tentara Vietnam dan Laos untuk mengingatkan generasi kemudian hari tentang jasa-jasa para orang yang telah gugur. Sehubungan dengan kunjungannya ke Vietnam pada tahun 2021, Sekretaris Jenderal, Presiden Laos Thongloun Sisoulith, turut berbagi rasa kehilangan dengan keluarga tentara relawan Vietnam yang telah gugur di Laos:
“Kesusahan, ketangguhan, dan pengorbanan para komandan dan prajurit kedua negara kita telah meninggalkan warisan berharga bagi kita yaitu negara Laos dan Vietnam yang merdeka, bebas, dan utuh berdaulat; rakyat mendapat kehidupan yang damai di tanah air tercinta, negara Laos dibebaskan, Vietnam Selatan dibebaskan, dan dua wilayah Utara dan Selatan disatukan menjadi satu keluarga.
Operasi “Jalan 9-Laos Selatan” telah memanifestasikan visi strategis, haluan yang tepat dan bijaksana dari Komite Sentral Partai Komunis Vietnam, menandai pertumbuhan luar biasa dari tentara Vietnam dalam operasi tempur bersama. Saat ini, operasi “Jalan 9-Laos Selatan” masih dianggap sebagai simbol yang hidup-hidup dari solidaritas istimewa antara tentara dan rakyat dua negeri Vietnam-Laos.