Para guru dan siswa memfoto bersama dengan warga (Foto: Minh Duc / vov5)
|
Program Homestay mulai dijalankan oleh Sekolah Persahabatan T78 pada tahun ajar 2014-2015, sampai sekarang sudah genap 5 tahun dilaksanakan. Selama lima tahun itu, sudah ada kira-kira 500 siswa Laos yang ikut serta dalam program ini, dengan skala yang semakin diperluas di Kecamatan Tho Loc. Dari satu desa dengan partisipasi dari 19 orang siswa dan 10 kepala keluarga pada tahun ajar 2014-2015, sampai tahun ajar 2018-2019, angka itu sudah bertambah menjadi 166 orang siswa yang tinggal di lebih dari 100 rumah kepala keluarga di 4 desa. Nguyen Hai Thanh, Wakil Kepala Direktorat Kerjasama Internasional, dari Kementerian Pendidikan dan Pelatihan Vietnam, memberitahukan:
“Ini merupakan satu pola bagus yang sedang diterapkan oleh banyak negara maju di dunia. Kami menilai tinggi cara yang dilaksanakan oleh sekolah ini. Ini sungguh-sungguh merupakan satu aktivitas yang berhasil-guna di banyak segi. Program ini tidak hanya membantu para siswa melatih taraf bahasa Vietnam mereka, menambahkan khasanah kosa kata, memperluas pengetahuan, melainkan juga memperkuat pemahaman mereka tentang kehidupan budaya dan adat istiadat orang Vietnam”.
Tinggal bersama dengan warga dan melakukan kontak dengan kenyataan setiap hari telah membantu para siswa Laos memperbaiki kemampuan mendengarkan-berbicara-membaca dan menulis. Suthat Taavon, seorang siswa Laos peserta program tahun ajar 2018-2019 mengatakan:
“Sebelum datang ke rumah warga, saya merasa sangat khawatir karena bahasa Vietnam saya belum bagus. Saya takut warga di sana tidak mengerti apa saya ucapkan? Apakah saya bisa tinggal bersama dengan mereka? Tapi, ketika tinggal bersama dengan mereka, saya mendapat bimbingan dan perawatan yang antusias dari mereka. Kata-kata bahasa Vietnam yang belum saya ketahui atau belum ngerti, maka semua orang dalam keluarga dengan antusias membantu dan menjelaskan-nya kepada saya. Setelah tinggal di rumah warga, sangat merasakan bahasa Vietnam saya menjadi lebih bagus”.
Ini kue “Troi ” yang dibuat pada Hari Qingming dari orang Vietnam pada tanggal 3 bulan tiga (kalander imlek). Bahan-nya: tepung ketan, gula tepu dan biji wijen
Cara membuat: tepung ketan dicampur dengan air, membuat-nya menjadi biji-biji kecil, dicampur dengan gula tepu di dalamnya, lalu memasak-nya sampai matang.
Meski sudah mengerti dengan jelas bahannya, cara membuat-nya, tapi ketika harus menyampaikan di depan banyak orang, Sutthi masih harus meminta bantuan dari para anggota keluarga bapak But untuk memperkenalkan kue “Troi” yang dibuat dia dalam bahasa Vietnam. Dan ini juga merupakan target program: Para siswa tidak hanya belajar bahasa Vietnam, melainkan juga belajar kebudayaan Vietnam. Bu guru mengajar bahasa Vietnam, Nguyen Thi Dinh, dari Sekolah Persahabatan T78 memberitahukan:
“Melalui meninjau, menilai dan langsung mengajar, saya melihat bahwa mereka mencapai banyak kemajuan, khususnya kemampuan berbicara, memahami kebudayaan tradisonal di daerah dan khususnya memberikan banyak perasaan kepada para kepala keluarga”.
Para siswa Laos berbaur secara menyeluruh dalam kehidupan, kerja dan produksi kepada warga serta melakukan pertukaran budaya satu sama lain, hal itu telah turut memperkokoh dan memupuk persahabatan istimewa Vietnam-Laos. Ampavanh Kouangmanivan, Konselor Budaya-Pendidikan Laos untuk Vietnam, menilai:
“Program Homestay dari Sekolah T78 merupakan satu program penting bagi para siswa Laos untuk menempuh kuliah dan melakukan penelitian di Vietnam, membantu usaha belajar bahasa Vietnam secara lebih baik. Belajar bahasa Vietnam di kelas saja tidak bisa sebaiknya dengan melatih di lapangan. Hal yang penting ialah membantu para siswa lebih mengetahui kehidupan warga Vietnam, bertukar dan belajar bersama dengan warga. Saya juga berharap supaya program ini akan disebarluaskan di beberapa sekolah lainnya dimana ada siswa Laos yang sedang belajar bahasa Vietnam, karena jumlah siswa Laos yang menempuh kuliah di Vietnam semakin meningkat”.
Pada waktu mendatang, Sekolah Persahabatan T78 juga sedang meminta kepada pemerintahan daerah supaya membolehkan meningkatkan jumlah siswa peserta program Homestay, serta memperpanjang waktu pelaksanaan program dari 2 sampai 3 bulan, alih-alih dalam waktu 20 hari seperti sekarang ini.