Wartawan: Berapa lama yang dibutuhkan untuk menyelesaikan stel pakaian ini, pak?
Desainer: Ini seminggu, produksi bajunya, bukan bahannya ya. Kalau untuk bahannya sekitar tiga minggu karena dia harus mencelup warna.
Desainer Priyo dalam poster promosi AVIFW 2022 (Sumber: KBRI Hanoi) |
Dengan sosok yang jangkung kuat, gaya berpakaian yang sesungguhnya “artis” tulen, liberal namun tetap sedikit “vintage” (klasik) saat mengenakan baju kain ikat dengan warna netral, pak Priyo Oktaviano dengan hangat memperkenalkan kepada para wartawan berbagai desain dalam koleksi “Kenangan masa kecil”, tahapan-tahapan menenun, melahirkan ide, membuat desain, dan cerita-cerita tentang kejuruan.
Lahir pada tahun 1971 dan dibesarkan di kota Kediri, salah satu ayunan dari industri pertenunan tradisional di Provinsi Jawa Timur, Indonesia, Priyo Oktaviano sejak kecil telah mencintai kain tradisional di kampung halamannya.
Cintanya terhadap kain ikat tradisional serta pengetahuan dan pengalaman yang diperoleh selama lebih dari 6 tahun hidup, belajar, dan bekerja di ibu kota model Prancis telah membantu Priyo menggugah ilham berkreasi untuk melahirkan desain sendiri yang bergema lama.
Desainnya sangat beragam, meski dalam gaya modern tetapi dimanifestasikan secara sepenuhnya baru dan berbeda. Masih kain tenun tradisional, namun melalui tangan pak Priyo, terkadang menjadi desain yang sangat halus, mewah, dan lembut, terkadang menjadi kostum yang inovatif dan unik, bahkan memiliki ciri yang sangat "aneh". Hal itu dimanifestasikan secara jelas lewat kehadiran desainer Priyo Oktaviano untuk dua kali dalam Pekan Fesyen Internasional di Vietnam.
“Kalau yang tahun 2016 saya membawa my label pertama “Priyo Oktaviano” yang lebih kutut, koleksinya lebih dewasa dan anggun. Dan koleksi kali ini lebih street wear, lebih dinamik, lebih bebas, lebih untuk generasi muda karena sebagai generasi muda harus mengerti dan mengapresiasi apa itu budaya. Oh kain ikat itu tidak harus dipakai untuk orang-orang tua aja, anak-anak muda pun juga harus bisa memakai kain ikat sehingga mereka merasa bangga, memakai produk kain ikat oh tidak kuno. Pesan saya untuk anak muda mencintailah budaya dari tiap negara yang ada, misalnya orang Vietnam mencintailah budaya Vietnam, orang Indonesia mencintailah budaya Indonesia”.
Desainer Priyo memperkenalkan seni tradisional tenun bali dalam koleksi Kawai Bali (Sumber: Priyo Oktaviano) |
Dengan kepandaian dan pengalamannya saat bekerja di perusahaan busana terkenal Balenciaga "House of Balenciaga Paris", segera setelah kembali dari Prancis, ia diundang untuk berpartisipasi dalam program fesyen besar bersama dengan nama para desainer fesyen kenamaan di kalangan fesyen Indonesia.
Ini justru merupakan kebanggaan dan motivasi bagi dia untuk melanjutkan perjalanan karir di kampung halamannya. Nama Priyo Oktaviano berangsur-angsur menjadi terbiasa dan tak tergantikan dalam pekan-pekan fesyen di Indonesia.
Ia juga secara permanen hadir pada ajang fesyen internasional di New York (Amerika Serikat), Paris (Prancis), Tokyo, Osaka (Jepang), Shanghai (Tiongkok), Praha (Republik Ceko), dan sebagainya.
Bagi Priyo, pekerjaannya tidak hanya sederhana yaitu membuat desain kreatif, tetapi di atas segalanya ia ingin turut melestarikan keindahan kain tenun manual yang sangat halus di tanah airnya. Saat ini, ia juga menjadi salah satu anggota yang aktif dari organisasi yang berkomitmen untuk melestarikan dan mengembangkan warisan sulaman dan tenunan Indonesia (Cita Tenun Indonesia/CTI).
“Dengan Cita Tenun Indonesia, visi untuk membina para UMKM di daerah untuk memberikan inovasi dari segi design, dari segi tekstile, dari segi warna memberikan ide untuk diproduksi untuk market yang akan datang, yaitu tren sekarang warna apa kita harus membina dengan yang terbaik dan nanti untuk paduan tren kain-kain di Indonesia, tetapi tidak menghilangkan nilai-nilai tradisionalnya, dari segi motif, dari segi fisolofinya karena di Indonesisa setiap kain itu mempunyai lambang, motif, filosofi tersendiri karena tergantung dari daerah-daerah masing-masing”.
Dengan pengalaman selama lebih dari lima belas tahun, bagi dia, kesulitan-kesulitan itu terlihat jelas, dan itu juga menjadi motivasi bagi dia untuk terus berusaha dan menyempurnakan diri sendiri. Ia berbagi:
“Satu harus mencintai apa yang dipilih dan bekerja sebagai fashion designer (perancang busana). Menjadi fashion designer itu tidak mudah, banyak sekali tantangan tapi itu suatu peluang kita sebagai generasi muda untuk melestarikan kain-kain wastra Indonesia dan untuk memberikan inovasi yang terbaru sesuai dengan tren dan market permintaan pasar sekarang”.
Desainer Priyo dan model di AVIFW 2022 di Hanoi (Foto: bazaarvietnam.vn) |
Adalah seorang yang cukup gembirra dan leluasa, tetapi Priyo sangat serius dalam pekerjaannya, terkadang dianggap sebagai orang "rewel" karena selalu menginginkan perfeksionis, mengusahakan kesempurnaan dalam produk-produk kreatifnya. Lima tahun bekerja bersama dengan desainer Priyo, rekannya pak Willy Widjaja, berkata tentang dia:
“Kalau dari pak Priyo itu, semangatnya, kedisiplinan semuanya sesuai jadwal, jadi gak ada yang telat, harus siap semuanya. Kalau rencana ini gagal, sudah ada rencana lain. Senang bangat bisa bekerja sama pak Priyo. Kalau design-nya cukup keren buat market gen Z. Mereka cukup berani untuk pakai baju tradisional, dan sekarang mereka lebih mengapresiasi kain-kain Indonesia.”
Pada tgl 10 Desember mendatang, desainer Priyo Oktaviano akan terus menampilkan desain-desain barunya di ajang fesyen yang besar di Indonesia. Seperti yang ia ungkapkan, tetap akan merupakan kombinasi antara kain tradisional dengan bahan dan gaya modern, namun dengan cara ekspresi benar-benar baru untuk terus menaklukkan kalangan fans-nya. Karena baginya, seni adalah sebuah perjalanan dimana prestasi terbesar adalah kepuasan dan penerimaan masyarakat.