Kerajinan memasak “hu tieu” (Foto: timeoutvietnam.com) |
Dalam pekarangan seluas kira-kira 300 m2, tempat-tempat membuat “hu tieu” di Desa kerajinan tradisional Cai Rang dirancang dengan atap dan ruang yang luas untuk menjemur “hu tieu” di bawah cahaya matahari alami. Dengan peralatan-peralatan yang lama, mereka di sini tetap menangani semua tahapan memasak “hu tieu” dengan tangan, mempertahankan ciri khas dari desa kerajinan tradisional untuk melahirkan “hu tieu” yang lunak, alot dan mempertahankan rasa sedap-nya.
Guna meningkakan daya saing, tapi tetap mempertahankan “brand”, setiap keluarga di sini memiliki kiat memasak “hu tieu” sendiri, sehingga menciptakan ciri khas masakan mereka. Saudari Tran Van Cuu, di Desa kerajinan membuat “hu tieu” Kota Can Tho, berbagi tentang cara membuat “hu tieu” tradisional:
“Hu tieu” lunak atau disebut “hu tieu pho” tidak usah dijemur, tapi hanya tahan dalam waktu sehari. Sedangkan “hu tieu” kering harus dijemur, lalu dipotong menjadi serat-serat kecil. Jenis “hu tieu” ini bisa tahan selama setengah bulan. Setiap hari, keluarga saya bisa menjual kira-kira 600-700 kg “hu tieu”.
Setelah tahapan permulaan, serat-serat “hu tieu” akan dijemur selama beberapa jam. Tahapan ini sangat penting dan membutuhkan ketrampilan serta keharmonian dari para tukang pembuat-nya. Serat-serat “hu tieu” itu ditaruh di alat jemuran dari bambu dan dijamin agar permukaan-nya halus dan tidak ada noda-noda.
Bapak Huynh Huu Nghiem, yang sudah punya pengalaman 45 tahun berkaitan dengan kerajinan ini, memberitahukan bahwa kerajinan membuat “hu tieu” sangat susah payah dan banyak bergantung pada cuaca, kalau tidak sabar dan rajin, maka tidak bisa menjalankan kerajinan ini. Dia juga memberitahukan bahwa “Hu tieu” yang paling enak harus dibuat dari sejenis beras di daerah setempat yang disebut “gao trang nung”. Akan tetapi sekarang jenis beras ini sedang menjadi langka dan tidak bisa lagi memenuhi kebutuhan untuk memasak “hu tieu”. Oleh karena itu, basis-basis produksi “hu tieu” di Kota Can Tho harus pergi ke Kabupaten Sa Dec, Provinsi Dong Thap untuk membeli jenis tepung beras yang cocok.
Tapi, untuk bisa mempertahankan ciri khas dari serat “hu tieu” dari kerajinan tradisional, selain bermacam jenis beras yang dipilih oleh tempat-tempat pembuatan “hu tieu”, mereka di sini juga memiliki cara tersendiri seperti memakai daun “giang”, sejenis pohon di hutan, untuk menangani tepung beras. Tentang tahapan membuat “hu tieu” yang paling penting, bapak Huynh Huu Nghiem memberitahukan:
“Pertama, harus memilih beras. Kedua ialah cara mencampur bahan-bahan agar persentase antara tepung beras dan tepung terigu harus sesuai. Saya sudah berkali-kali melaksanakan-nya dan setiap kali saya juga mencicipi-nya, ketika mendapat persentase yang ideal, maka saya akan menyimpan resep itu untuk memasak “hu tieu”.
Sekarang ini, banyak tempat membuat “hu tieu” dengan mesin dan kimia, tapi tempat milik bapak Huynh Huu Nghiem tetap mempertahankan cara pembuatan tradisional dan bahan-badan dari alam.
Sampai sekarang, menggiling tepung tidak lagi dilakukan dengan lesung batu seperti pada masa dulu, dan pemotongan lembar “hu tieu” juga dilakukan dengan mesin, tapi banyak jenis “hu tieu” tetap masih dilakukan dengan tangan guna mempertahankan kualitas serat “hu tieu” sesuai dengan resep tradisional. Kombinasi ini telah turut meningkatkan produktivitas, dan pendapatan juga meningkat dua kali lipat terbanding dengan masa dulu. Bapak Dao Hong Phuoc, di Desa kerajinan membuat “hu tieu” Kota Can Tho mengatakan:
“Negara meminjamkan modal kepada saya untuk membeli mesin. Sekarang ini, tempat saya bisa menghasilkan 500 kg hingga 1 ton serat “hu tieu” dengan kira-kira 4 pekerja pokok yang langsung memproduksi. Sedangkan orang-orang lain bekerja menurut jam kerja shift. Saya merasa sangat senang ketika melihat warga rajin bekerja, dari situ turut meningkatkan pendapatan mereka”.
“Hu tieu” merupakan satu masakan khas daerah Nam Bo Barat pada khususnya dan daerah Nam Bo pada umumnya. Meski ada banyak perubahan dari waktu ke waktu, tapi masakan ini tetap dipertahankan dan dilestarikan oleh para artisan desa kerajinan tradisional melalui badan-badan alami tersedia di daerah. Oleh karena itu, “hu tieu” di sini tetap menjaga selera tradisional.