RCEP menjadi efektif sejak awal tahun 2022 dan para pihak peserta dengan segera melaksanakan komitmen-komitmennya, di antaranya ada komitmen-komitmen memangkas 64% jumlah arus tarif. Hingga akhir peta jalan, (setelah 20 tahun), Vietnam akan menghapuskan hampir 90% jumlah arus tarif terhadap negara-negara mitra, sementara itu negara-negara mitra akan menghapuskan lebih dari 90% jumlah arus tarif terhadap Vietnam, dan negara-negara ASEAN akan menghapuskan hampir semua jumlah arus tarif untuk Vietnam.
Ilustrasi (Foto: vnexpress) |
Menurut Ibu Nguyen Thi Quynh Nga – Wakil Kepala Direktorat Perdagangan Multilateral dari Kementerian Industri dan Perdagangan Vietnam, dengan menyederhanakan aturan asal-usul dalam Perjanjian RCEP, komoditas ekspor dari Vietnam bisa meningkatkan kemampuan memenuhi persyaratan untuk memperoleh prioritas tarif karena sumber pasokan bahan baku input pada pokoknya berada dalam pasar-pasar kawasan RCEP.
Sekarang ini, badan- badan usaha Vietnam bisa menggunakan bahan-bahan baku input dari semua negara dalam kawasan RCEP untuk memproduksi barang dan mengkespornya ke semua negara anggota RCEP, semuanya juga mendapat prioritas tarif apabila memenuhi keterangan asal-usul.
Perjanjian RCEP menciptakan lingkungan persaingan yang lebih sengit, oleh karena itu badan usaha Vietnam telah proaktif dan siap beradaptasi dengan lingkungan persaingan, proaktif melakukan langkah-langkah proteksi perdagangan yang dikenakan banyak negara terhadap barang ekspor dari negara-negara lainnya. Penandatanganan dan pelaksanaan RCEP merupakan peluang bagi badan-badan usaha Vietnam yang sedang mengusahakan kerja sama dan patungan dengan para mitra asing. Menteri Industri dan Perdagangan Nguyen Hong Dien, mengatakan:
Penerapan Perjanjian RCEP dengan satu aturan asal-usul bersama pada 15 negara diharapkan akan menciptakan peluang-peluang besar bagi komunitas badan usaha Vietnam untuk mengembangkan rantai-rantai pasokan baru. Bersamaan itu, membuka ruang produksi bersama, satu pasar ekspor yang stabil dan berjangka panjang bagi kawasan. Ini akan menjadi momentum sekaligus tantangan bagi badan-badan usaha Vietnam untuk mendiversifikasi dan mengoptimalkan sumber bahan baku input guna meningkatkan produktivitas, kualitas, dan daya saing dari produk.
Menteri Industri dan Perdagangan Nguyen Hong Dien (Foto: VNA) |
Dari sudut perdagangan, negara-negara RCEP merupakan sumber pasokan impor yang terbesar bagi Vietnam, khususnya bahan mentah dan mesin, peralatan yang melayani banyak cabang produksi, ekspor. Ini merupakan peluang bagi badan usaha yang memiliki sumber input dengan harga sedang, sumber teknologi yang berkualitas untuk memperbaiki kemampuan produksi dan persaingan.
Bersamaan itu, badan usaha bisa dengan lebih mudah memenuhi aturan-aturan asal-usul untuk memperoleh prioritas tarif ketika melakukan ekspor dalam RCEP.
Namun, sumber pasokan dari negara-negara RCEP juga bisa akan menimbulkan kesulitan bagi badan-badan usaha yang bersaing di pasar domestik Vietnam. Bapak Nguyen Anh Duong, Kepala Departemen Penelitian Umum, Institut Penelitian Pengelolaan Ekonomi Pusat (CIEM), mengatakan:
Badan usaha harus membuat satu strategi untuk meningkatkan kemampuan ekspor dan tidak hanya berfokus pada persaingan tentang harga saja, melainkan juga bersaing tentang kualitas. Badan usaha sendiri juga harus memanfaatkan peluang untuk mendapat transfer sains teknologi dari para mitra asing.
Laporan Pusat WTO dan Integrasi (Federasi Industri dan Perdagangan Vietnam) menunjukkan bahwa para mitra anggota RCEP merupakan investor asing terbesar di Vietnam. Di antara 10 negara dan teritori yang melakukan investasi asing langsung terbesar di Vietnam, ada 6 negara RCEP (termasuk Republik Korea, Jepang, Singapura, Tiongkok, Malaysia, dan Thailand). Ini bisa menjadi peluang bagi badan-badan usaha Vietnam yang sedang mengusahakan kerja sama dan usaha patungan dengan para mitra asing./.