Sidang darurat DK PBB pada 22 Maret 2024 (Foto: AFP/VNA) |
Rancangan yang direkomendasikan AS menunjukkan “urgensi” dari “satu gencatan senjata yang segera dan berkelanjutan untuk melindungi warga sipil di semua pihak”, menciptakan syarat untuk memberikan bantuan “esensial” dan mendukung perundingan-perundingan yang sedang berlangsung antara Israel dan Gerakan Islam Hamas yang menuju ke penghentian perang sepenuhnya dan dikaitkan dengan pembebasan semua sandera. Akan tetapi Duta Besar Rusia untuk PBB, Vassily Nebenzia menyatakan, rancangan resolusi tersebut belum meyakinkan ketika Washington hanya mengungkapkan “perlunya” satu gencatan senjata. Menurut dia, satu resolusi DK PBB harus “meminta gencatan senjata” di Gaza.
Dalam satu perkembangan lain, pada hari yang sama, Menteri Luar Negeri (Menlu) AS, Antony Blinken telah tiba di Tel Aviv, Israel. Dalam pembicaraan dengan Menlu AS, Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu sekali lagi menekankan tekad untuk menjalankan rencana serangan infanteri berskala besar terhadap Rafah. Khususnya dia menunjukkan, Israel akan melakukan operasi serangan terhadap Rafah tanpa memedulikan ada dukungan AS atau tidak. Sementara itu, Menlu AS, Blinken terus mengulangi peringatan bahwa pencanangan serangan infanteri terhadap Rafah akan merupakan satu kesalahan Israel dan hanya semakin diisolasi negara ini.