Pilih padi untuk ditumbuh (Foto: VNA) |
Diselenggarakan pada bulan kesembilan kalender imlek setiap tahun, festival menumbuk Emping Ketan, juga dikenal sebagai "festival Tam Khau Mau", adalah ciri budaya tradisional yang unik dari warga etnis Tay di Provinsi Tuyen Quang. Dalam cuaca musim gugur yang agak dingin, festival ini tidak hanya membuka panen baru tetapi juga merupakan waktu bagi warga di sini untuk bertukar budaya dan meningkatkan solidaritas. Festival menumbuk Emping Ketan tidak hanya bermakna bagi para produsen pertanian saja, namun juga mempunyai makna spiritual. Dukun Then Ma Duc Muon, dari Desa Lang Chang, Kecamatan Trung Ha, Kabupaten Chiem Hoa, Provinsi Tuyen Quang, mengatakan:
“Setiap malam bulan purnama tiba, tanggal 15-16 bulan kesembilan kalender imlek, warga desa berkumpul untuk memaneni padi terlebih dahulu, dan padi tersebut harus masih hijau untuk dijadikan Emping Ketan guna dipersembahkan kepada yang Mahakuasa. Berdoa kepadanya supaya memberkati panen padi dan jagung yang baik, sehingga rakyat mendapat kehidupan yang baik, dan mendapatkan panen yang baik pada tahun depan. Warga etnis Tay harus merayakan festival ini agar merasa aman dalam mencari nafkah.”
Suara festival yang seru karena adanya perpaduan harmonis antara “Tam Khau Mau dan queng loong” (yaitu antara gerakan menumbuk biasa dan seni menumbuhkan alu pada lesung). Alu dan lesung pada awalnya merupakan alat kerja yang digunakan untuk menggiling bulir padi menjadi beras. Ketika budaya tata boga menjadi budaya spiritual, untuk memenuhi kebutuhan penikmatan dari masyarakat yang semakin meningkat, alu dan lesung menjadi musik dan alat peraga dalam festival. Alunya terbuat dari batang pohon oak yang pas pada pegangannya dan panjangnya sekitar 1,5 meter. Sedangkan lesung berbentuk seperti perahu kayu.
Beras untuk membuat Emping Ketan dipilih dengan sangat teliti, harus gabah ketan, bijinya bernas dan berwarna kuning muda yang seragam wijen dan warnanya kuning muda seragam. Menumbuk padi hijau dilakukan melalui enam kali dengan tata cara tertentu. Setiap kali mengikuti ritme, mengungkapkan banyak makna berbeda, baik spiritual maupun mengandung konsep tentang kelahiran dan pertumbuhan. Ibu Quan Thi Hien, warga etnis Tay di Kecamatan Trung Ha, Kabupaten Chiem Hoa, Provinsi Tuyen Quang mengatakan:
“Saya tumbuh mendewasa di tengah desa Tay, di tengah sawah, dan dibesarkan oleh padi dan bulir padi yang hijau... Oleh karena itu, saya tahu bahwa festival tersebut sangat unik dan memiliki ciri khas dari etnisnya di sini. Dengan mengikuti festival membantu kami melestarikan ciri-ciri budaya dan meneruskan nilai-nilai budaya yang ditinggalkan nenek moyang.”
Menumpuk pagi (Foto: VNA) |
Saat membuat Emping Ketan, warga membersihkan dan membiarkannya dingin sebelum ditumbuk. Kalau masih hangat harus ditumbuk pelan-pelan agar bulirnya tidak hancur. Untuk menjaga kelezatan rasa dan kelembutannya, Emping Ketan tersebut dibungkus secara hati-hati dengan lapisan daun pisang atau daun ganyong. Biji ketan hijau segar digunakan sebagai hidangan penutup dan disajikan dengan pisang matang. Biji Ketan segar juga dimasak dengan kuah kaldu bebek sehingga menghasilkan bubur kental. Biji Emping Ketan segar juga dipanggang atau dimasak menjadi Emping Ketan yang dibalut daun ganyong hijau biar wangi seharian. Masakan berbahan dasar butiran Emping Ketan ini sangat istimewa dan hanya dengan mencicipinya saja baru bisa menikmati kelezatan cita rasa dan keunikan budaya tata boga etnis Tay.
Saat festival Tam Khau Mau, anak cucu selalu menyimpan butiran Emping Ketan pertama, semangkuk bubur Emping Ketan atau bungkus Emping Ketan yang baru saja dimasak untuk dengan hormat disajikan kepada nenek moyang di altar. Ritual ini untuk mengungkapkan rasa syukur yang mendalam kepada langit dan bumi, leluhur serta keinginan untuk melestarikan tradisi budaya etnis yang telah turun temurun. Seo Van Su, Kecamatan Trung Ha, Kabupaten Chiem Hoa, mengatakan:
“Trung Ha adalah kecataman agraris. Oleh karena itu, penyelenggaraan Festival Menumbuk Emping Ketan merupakan salah satu keindahan budaya dari warga etnis Tay yang sudah ada sejak zaman dahulu. Untuk mengembangkan skala dan menciptakan produk wisata lokal yang khas, Kecamatan Trung Ha menyelenggarakan festival ini untuk mengembangkan dan melestarikan identitas budaya nasional dan menyosialisasian produk pertanian lokal.”
Festival menumbuk Emping Ketan dari warga etnis Tay di Provinsi Tuyen Quang baru saja ditambahkan ke daftar Warisan Budaya Takbenda Nasional oleh Kementerian Kebudayaan, Olahraga, dan Pariwisata, memberikan kebanggaan bagi warga setempat akan sebuah festival yang khas di daerah pegunungan Tay Bac./.