Pandemi Covid-19 Menggoyangkan Dunia

BA THI
Chia sẻ
(VOVWORLD) - Dengan penyebaran cepat yang melampaui semua prakiraan, setelah setahun merebak, hingga kini pandemi Covid-19 telah muncul di lebih dari 230 negara dan teritori dengan sekitar 78 juta pasien, diantaranya 1,7 juta kasus kematian. Tidak hanya begitu saja, pandemi juga menimbulkan dampak serius terhadap mobilitas dan rantai pasokan global sehingga hampir semua perekonomian mengalami resesi.
Pandemi Covid-19 Menggoyangkan Dunia - ảnh 1Ilustrasi  (Foto: AP) 

Wabah Covid-19 mulai merebak di Kota Wuhan (Provinsi Hu Bei, Tiongkok) pada Desember 2019  dan hingga tanggal 11 Maret 2020 diumumkan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sebagai pandemi global. Dengan penyebaran yang mengerikan, pandemi ini telah menimbulkan dampak yang serius terhadap hampir semua segi kehidupan sosial negara-negara, memacetkan aktivitas pariwisata global, rantai pasokan terputus, banyak negara harus melakukan blokade perbatasan dan wilayah. Pandemi ini merupakan sebab langsung yang menimbulkan kemerosotan ekonomi global dengan taraf yang lebih serius dibandingkan dengan krisis keuangan tahap 2008-2009, bahkan dibandingkan dengan resesi ekonomi d tahun-tahun 30-an abad lalu dengan banyak implikasi lain yang kompleks.

 

Membuat Ekonomi Global Mengalami Resesi

Dengan pengaruhnya yang mengerikan, pandemi Covid-19 dianggap sebagai salah satu kejutan ekonomi terbesar di abad XXI. Menurut prakiraan Dana Moneter Internasional (IMF) pada Juni 2020, terhitung hingga akhir tahun 2020, GDP dunia bisa lebih rendah sekitar 8% dibandingkan dengan tahap sebelum pandemi muncul. Menurut itu, alih-alih naik 3%, GDP global akan merosot sekitar 5%, taraf kemerosotan tertinggi sejak Perang Dunia II. Terbanding dengan krisis kemerosotan global tahap 2008-2009 yang hanya membuat GDP global turun 0,1% saja, tetapi  karena dampak pandemi hingga kini sangat jauh lebih  tinggi.

Belum berhenti di situ, pandemi juga mendatangkan implikasi-implikasi yang serius yaitu pertumbuhan yang lambat dan utang yang tinggi di banyak negara di dunia. Menurut prakiraan terkini dari kalangan ekonom dari Institut Keuangan Internasional (IIF), persentase utang/GDP akan meningkat 365% pada bulan-bulan mendatang. Institut ini juga mengomentari bahwa ini akan merupakan “tsunami yang menyapu dunia”. Menurut institut ini, hingga akhir 2020, total utang global akan meningkat sampai taraf rekor yaitu 277 triliun USD.

Sebelumnya, dalam laporan yang dimuat di majalah Asosiasi Kedokteran Amerika Serikat pada Oktober 2020, dua ekonom dari Universitas Harvard (Amerika Serikat) yaitu David Cutler dan Lawrence Summer telah menyebutkan Covid-19 sebagai virus senilai 16 triliun USD. Angka ini merupakan kerugian ekonomi yang diperkirakan untuk Amerika Serikat sendiri, perekonomian terbesar di dunia, lebih tinggi dibandingan dengan GDP perekonomian yang besarnya nomor 2 di dunia yaitu Tiongkok (14,3 trilun USD) pada tahun 2019.

Dengan dampak pandemi, hampir semua perekonomian dunia mengalami resesi dan mencapai minus pertumbuhan pada 2020, satu rekor yang patut dilupakan bagi perekonomian global dalam abad XXI.

 

Implikasi-Implikasi lain yang Berbahaya

Dalam laporan evaluasi 2020, Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (Sekjen PBB), Antonio Guterres mengakui bahwa dunia bertambah sekitar 100 orang yang dikembalikan ke kelaparan, kemiskinan dan ini juga untuk pertama kalinya indeks kelaparan dan kemiskinan global meningkat sejak 1998. Kemerosotan ekonomi membuat krisis pangan terjadi di banyak kawasan bentrokan dan punya bahaya merebak menjadi musibah kemanusiaan yang semakin jalas. Sebelumnya, satu hasil penelitian PBB juga menunjukkan bahwa kemerosotan ekonomi akibat pandemi Covid-19 bisa mengakibatkan 130 juta orang mengalami mati kelaparan karena ia mematahkan rantai pasokan bahan makanan.

Tidak hanya begitu saja, pandemi Covid-19 juga menimbulkan kekacauan di banyak bidang seperti pariwisata, penerbangan, pendidikan, kesehatan atau hubungan internasional.

Tentang hubungan internasional, pandemi ini meningkatkan ketegangan antara beberapa negara, pertamanya antara Amerika Serikat dengan Tiongkok. Sangat banyak perang mulut telah terjadi antara pihak-pihak tekait dengan tuduhan tentang asal-usul pandemi. Menurut kalangan analis, pandemi ini  membuat hubungan Amerika Serikat-Tiongkok turun ke taraf paling rendah selama puluhan tahun ini.

Pandemi juga menimbulkan  pemutusan sistim pendidikan yang paling serius dalam sejarah ketika mempengaruhi 1,6 miliar  pelajar di lebih dari 100 negara dan teritori di seluruh dunia.

Tentang kesehatan, WHO mencemaskan bahwa prestasi-prestasi yang dicapai umat manusia ada bahaya terhapus ketika bidang kesehatan  dari 90% jumlah negara  terpengaruh. Satu laporan WHO yang diumumkan pada Agustus 2020 memperingatkan bahwa “prestasi-prestasi yang dicapai di bidang kesehatan selama dua dekade ini bisa terhapus dalam waktu seingkat mungkin”.

Akan tetapi, di segi lain, pandemi juga mendorong negara-negara memperkuat kerja sama untuk membatasi dampak pandemi maupun membuat dan mendistribusikan vaksin pencegah Covid-19. Sementara itu, pandemi juga membuat proses transformasi digital berlangsung secara kuat belum pernah ada di skala global, sekaligus mengubah kesadaran pokok dari warga dalam mencegah dan menanggulangi wabah maupun pemahaman semua pemerintah tentang sistem kesehatan preventif dan sebagainya .  

Komentar