Konfrontasi antara Rusia dan Amerika Serikat di Suriah

Anh Huyen
Chia sẻ
(VOVworld) - Selama beberapa hari ini, Amerika Serikat dan Barat terus-menerus menuduh Rusia yang sedang membangun satu pusat militer di Suriah. Sementara itu, Rusia juga untuk pertama kalinya mengakui belum pernah  menyembunyikan kehadiran militer-nya  di negara Timur Tengah ini. 

          (VOVworld) - Selama beberapa hari ini, Amerika Serikat dan Barat terus-menerus menuduh Rusia yang sedang membangun satu pusat militer di Suriah. Sementara itu, Rusia juga untuk pertama kalinya mengakui belum pernah  menyembunyikan kehadiran militer-nya  di negara Timur Tengah ini. 



Konfrontasi antara Rusia dan Amerika Serikat di Suriah - ảnh 1
Mengalami  pertempuran yang terus-menerus masa 4 tahun, sekarang Suriah
 menjadi konfrontasi baru antara Rusia dan Amerika Serikat .
(Foto: AP)


          Pada Selasa (15 September), Amerika Serikat terus-mengecam Rusia yang telah menggelarkan banyak tank ke satu bandara di Suriah untuk membantu Pemerintah negara ini menentang organisasi yang menamakan diri sebagai “Negara Islam” (IS). Sebelumnya, Pentagon membenarkan menurut analisa gambar-gambar satelit menunjukkan bahwa sudah ada sedikitnya 7 pesawat transportasi raksasa Condor dari Rusia telah lepas landas dari Rusia ke Suriah, melewati wilayah udara Iran dan Irak. Selain itu, ada kira-kira 6 tank jenis  T-90, 15 meriam howitzer,  35  kendaraan berlapis baja, 200 serdadu marinir yang  berada di satu bandara di dekat kota Latakia, benteng Presiden Suriah, Bashar al-Assad. Kalangan otoritas Amerika Serikat menganggap bahwa gerak-gerik Moskwa ini adalah satu bagian dari operasi militer yang bereskalasi untuk membentuk satu pangkalan militer strategis di Suriah.


   Keretakan  baru  dalam hubungan Amerika Serikat-Rusia.

          Meskipun Amerika Serikat terus-menerus mendesak negara-negara di dekat Suriah seperti Irak dan Iran melarang jangan membiarkan pesawat terbang Rusia melewati wilayah udara, namun tampaknya tuntutan-tuntutan Washington ini tidak digubris negara-negara lain. Misi penerbangan Rusia terkni yang mendarat secara aman di Suriah mengangkut 80 ton barang bantuan kemanusiaan yang perlu untuk membentuk satu kamp pengungsi di sini menunjukkan:  Tampaknya suara Amerika Serikat sedang jatuh ke dalam situasi kosong. Pada pihaknya, tanpa mempedulikan tuduhan-tuduhan yang bertubi-tubi dari pihak Washington, Moskwa menyatakan: Pemberian bantuan militer-nya kepada Pemerintah Damaskus merupakan aktivitas biasa, dilaksanakan di atas dasar kontrak yang telah ditandatangani antara dua negara ini selama bertahun-tahun ini. Sementara itu, Suriah sendiri juga membantah  tuduhan-tuduhan Amerika Serikat  terhadap Rusia  sebagai fabrikasi.

          Pada kenyataannya, kehadiran militer Rusia di Suriah sudah ada sejak lama. Sejak tahun 1971, Rusia menyewa satu pangkalan angkatan laut kecil di kota pelabuhan Tartus di Suriah dan sampai sekarang ini menjadi  pangkalan angkatan laut Rusia satu-satunya di Laut Tengah. Pada awal tahun ini, Amerika Serikat dan Barat merasa khawatir ketika Presiden Bashar al-Assad menyatakan: Rusia bisa membangun satu pangkalan militer yang lebih besar di Tartus.

          Rusia adalah negara yang paling dekat dengan Pemerintah pimpinan Presiden Bashar al-Assad pada periode yang penuh dengan gejolak di negara ini sepanjang empat setengah tahun ini ketika Pemerintah Suriah menghadapi gerakan pembangkang oposisi dan bahkan, termasuk pula organisasi-organisasi teroris. Oleh karena itu, pemberian bantuan kepada Suriah dalam perang anti kaum milisi IS yang sedang merajalela di negara ini melalui pemberian bantuan berupa kekuatan militer, peralatan senjata merupakan satu bagian dalam rencana kerjasama militer yang berjangka panjang antara Moskwa dan Damaskus. Namun, dalam pandangan Amerika Serikat, semua upaya keras untuk membantu Pemerintah pimpinan Presiden Bashar al-Assad bisa menimbulkan instabilitas dan jelaslah Rusia sedang mempersiapkan satu intervensi militer dengan jubah memukul mundur IS.


   Satu pasukan koalisi baru anti IS pimpinan Rusia akan segera terbentuk?

          Rusia dan Amerika Serikat selama ini tetap mengalami perselisihan yang mendalam tentang masalah Suriah. Pada saat  Rusia mendukung Pemerintah Suriah dan memberi suplai senjata kepada negara ini, Amerika Serikat ingin menyingkirkan Presiden Bashar al-Assad. Tapi 4 tahun sudah lewat, perang di Suriah  yang tetap tidak menunjukkan tanda-tanda berakhir,  menunjukkan ketidakmampuan dari negara-negara adi kuasa dalam menghentikan kekerasan di negara ini. Sampai sekarang, kebijakan Amerika Serikat dan Barat yang berniat menggulingkan Pemerintah pimpinan Bashar al-Assad sepenuhnya gagal, meskipun telah mengenakan sanksi-sanksi ekonomi, melakukan serangan udara dan  melakukan pelatihan terhadap pasukan pembangkang. Sejak mulai terjadi perang sipil pada tahun 2011, bentrokan - bentrokan di Suriah telah menewaskan sedikitnya 240 000 orang. Di samping itu, tekat Amerika Serikat dan Barat dalam menjatuhkan  secara tuntas Pemerintah pimpinan Presiden Bashar al-Assad telah menjadi salah satu diantara sebab-musabab yang menimbulkan krisis migran yang paling buruk pasca Perang Dunia II di Suriah. Jutaan orang Suriah harus meninggalkan rumah untuk mengungsi. Intervensi militer yang terlalu dalam pada situasi Timur Tengah telah menciptakan satu kawasan yang penuh dengan instabilitas di belakang punggung Eropa sendiri. Yang lebih berbahaya, sekarang orang sulit untuk membedakan mana pasukan pembangkang yang menentang Pemerintah dan mana pasukan  IS di Suriah.

          Baru-baru ini, di Forum Ekonomi Vladivostok, Moskwa, sudah ada rekomendasi pembentukan satu pasukan koalisi internasional yang baru anti IS, sebagai pengganti pasukan koalisi sekarang yang dikepalai oleh Amerika Serikat. Pasukan koalisi yang diusulkan oleh Rusia akan terdiri dari Turki, Arab Saudi, Jordania dan terutama ada partisipasi dari Pemerintah Damaskus. Pada latar belakang itu, pemberian bantuan Rusia tidak tanggung-tanggung kepada Pemerintah Suriah selama beberapa hari ini mungkin merupakan langkah awal yang perlu untuk membentuk satu pasukan koalisi anti IS secara efektif  di negara ini.

          Menurut penilaian kalangan analisis, kehadiran militer Rusia di Suriah akan tidak membantu mengalahkan  IS, tapi bisa membantu membela Pemerintah pimpinan  Bashar al-Assad, bersamaan itu membantu Moskwa menambah arena pengaruh di Timur Tengah. Sementara itu, Amerika Serikat semakin menunjukkan posisi yang lebih lemah dalam perlombaan untuk memanifestasikan posisi di kawasan ini. Pengakuan  terhadap partisipasi Rusia pada perang di Suriah tak ada bedanya dengan mengakui bahwa upaya keras Washington dalam menggulingkan Pemerintah pimpinan Bashar al-Assad telah gagal. Oleh karena itu, akan sulit ada kerjasama antara dua negara adi kuasa yang saling berkonfrontasi dalam  perang anti IS di Suriah  pada waktu mendatang.



Komentar