Dunia Hadapi Bahaya Bangkitnya Terorisme

Quang Dung
Chia sẻ
(VOVWORLD) - Serangkaian serangan terorisme baru-baru ini di Eropa dan Amerika Serikat (AS) sedang mengkhawatirkan para ahli akan bangkitnya terorisme di dunia, khususnya dalam konteks ketidakstabilan dan konflik di Timur Tengah, sehingga menciptakan banyak kekosongan kekuasaan bagi kekuatan-kekuatan ekstremis.

Pada tanggal 1 Januari, seorang tersangka mengendarai mobil dan menembaki kerumunan masa di Kota New Orleans, negara bagian Louisiana, AS, sehingga menewaskan 14 orang dan melukai 30 orang lainnya. Ini adalah peristiwa teroris terbaru yang meningkatkan kekhawatiran keamanan di banyak negara di dunia.

Dunia Hadapi Bahaya Bangkitnya Terorisme - ảnh 1Tempat kejadian kasus mobil menabrak kerumunan massa di New Orleans, Louisiana, AS pada 1 Januari 2025. (Foto: AP/VNA)

Ancaman dari para “Serigala Sendirian”

Serangan di New Orleans tidak hanya menimbulkan banyak korban jiwa pada saat Tahun Baru, tetapi juga menimbulkan kekhawatiran bagi kalangan otoritas keamanan ketika teroris tersebut membawa bendera kelompok teroris Negara Islam ISIS. Christopher Raia, wakil asisten Direktur FBI, mengakui bahwa subjek ini mungkin terinspirasi oleh ISIS. Menurut Colin Clarke, pakar di perusahaan konsultan keamanan global “Soufan Group”, hal ini juga menunjukkan bahwa bagaimana pun kemampuan operasional ISIS saat ini, pengaruh kelompok tersebut telah berdampak pada gelombang serangan “serigala sendirian”, yang berarti para anasir beroperasi sendiri dan tidak menjadi bagian dalam jaringan mana pun.

Sebelum serangan pada Hari Tahun Baru di New Orleans, pada tanggal 20 Desember tahun lalu, kecelakaan mobil terorisme serupa juga terjadi di pasar Natal Magdeburg di Jerman, sehingga menewaskan 5 orang dan melukai lebih dari 200 orang lain. Menurut pakar Daniel Byman, Direktur Program Terorisme dan Ancaman Tidak Rutin, dari Pusat Studi Internasional dan Strategis (CSIS), ini adalah metode yang digunakan oleh para anasir ISIS dalam serangan -serangan teror pada tahun-tahun sebelumnya di London (Inggris), Berlin (Jerman) dan yang paling serius di Nice, Perancis pada Juli 2016 yang menyebabkan 86 orang tewas. 

“Dalam 10 tahun terakhir, kita telah melihat ISIS menggunakan metode menabrak dengan mobil. Kita telah melihat hal ini di beberapa negara Eropa dan juga di New York, ketika subjek menggunakan mobil untuk menabrak pejalan kaki di jalan. Oleh karena itu, jelaslah bahwa ini merupakan bagian dari ISIS dan dalam tragedi di New Orleans, ini merupakan cara untuk membunuh banyak orang dalam waktu yang relatif singkat.”

Dunia Hadapi Bahaya Bangkitnya Terorisme - ảnh 2Polisi menutup tempat kejadian serangan di pasar Natal di Magdeburg, Jerman, 21 Desember 2024. (Foto: Xinhua/VNA)

Yang lebih mengkhawatirkan, menurut banyak pakar, ialah munculnya kembali serangan “serigala sendirian” di AS dan Eropa yang menyusul serangkaian serangan teroris besar pada tahun lalu di banyak negara lain yang dilakukan oleh ISIS dan cabang organisasi ini (ISIS-K), seperti: pemboman di kota Kerman di Iran pada bulan Januari dan serangan terorisme di Teater di Moskow, Rusia pada akhir Maret. Menurut pakar Hans-Jakob Schindler, Direktur Lembaga Swadaya Masyarakat Proyek Antiterorisme (CTP), ancaman-ancaman keamanan menjadi lebih besar dan lebih sulit untuk ditangani dalam konteks konflik dan ketidakstabilan yang meluas secara global, khususnya di Timur Tengah.

Tempat titik panas Suriah atau Sahel?

 Dalam perkembangan yang dianggap mencerminkan meningkatnya kekhawatiran AS terhadap bangkitnya kelompok teroris di Timur Tengah, khususnya ISIS, Pentagon pada tanggal 20 Desember memberitahukan bahwa pihaknya telah mengerahkan lebih banyak serdadu ke Suriah untuk menghadapi situasi keamanan yang berubah dengan cepat di negara ini, setelah faksi oposisi yang dipimpin oleh kelompok Islam Hayat Tahrir al-Sham (HTS) menggulingkan pemerintah pimpinan Presiden Suriah, Bashar al-Assad pada tanggal 8 Desember. Menurut Juru bicara Pentagon, Pat Ryder, saat ini AS mengerahkan sekitar 2.000 serdadu di Suriah, lebih tinggi dari jumlah yang diumumkan sebelumnya yaitu sekitar 900. Penasihat Keamanan Nasional AS, Jake Sullivan mengatakan:

“Kita harus mengakui bahwa saat runtuhnya Damaskus juga merupakan saat ISIS mulai mencari peluang untuk berkumpul kembali, menjadi kuat, memperluas kekuatannya, dan pada akhirnya menciptakan kembali jaringan yang mengancam AS dan warga AS di seluruh dunia. Oleh karena itu, Presiden Joe Biden telah meminta tentara AS supaya mengambil tindakan militer terhadap anggota ISIS dan fasilitas ISIS dan kami akan terus melakukannya.”

Dunia Hadapi Bahaya Bangkitnya Terorisme - ảnh 3Pusat komersial dan seni Balai Kota Crocus di peluaran Kota Moskow, Rusia terbakar setelah serangan terorisme pada 26 Maret 2024. (Foto: AFP/VNA)

Menurut kalangan pengamat, pertanyaannya sekarang adalah apakah pemerintah baru pimpinan Donald Trump akan terus menerapkan kebijakan ini. Pada masa jabatan pertamanya (2016-2020), Donald Trump pernah menyatakan menarik seluruh pasukan AS dari Suriah dan tidak membiarkan AS ditarik ke dalam konflik di Timur Tengah. Namun, konteks saat ini mungkin menyebabkan Presiden terpilih AS itu mengubah sudut pandangnya. Dalam wawancara baru-baru ini di Fox News, legislator Michael Waltz, yang diperkirakan akan menjabat sebagai Penasihat Keamanan Nasional di pemerintah baru, mengatakan bahwa Donald Trump mungkin tidak melaksanakan komitmennya untuk menarik pasukan AS dari Suriah karena mereka memahami bahwa ancaman ISIS masih ada.

Namun, jumlah pembangkang ISIS di Suriah saat ini diperkirakan kurang dari 3.000 orang dan banyak ahli percaya bahwa kelompok ini akan dikontrol oleh kekuatan-kekuatan lain di sini, mulai dari pemerintah baru Suriah, pasukan orang Kurdi hingga tentara Turki dan sekutunya. Oleh karena itu, menurut Brett Holmgren, kepala Pusat Antiterorisme Nasional AS, “tempat titik panas” terorisme yang baru kemungkinan besar adalah wilayah Sahel dan Afrika Barat, di mana tidak hanya ada ISIS saja, tetapi juga banyak kelompok pembangkang dan teroris lainnya juga telah meningkatkan aktivitasnya dalam beberapa tahun terakhir.

Komentar