Bapak Tu Quang dan istri (Foto: VOV) |
Bapak Tu Quang dan istri meninggalkan kampung, pindah ke daerah Loc Ninh (yang sekarang adalah provinsi Binh Phuoc) untuk mencari nafkah. Dia bekerja sebagai buruh perkebunan karet, kemudian tanpa disadari terkena agen oranye/dioxin di daerah pegunungan di bagian Timur, Vietnam Selatan. Setiap hari, bapak Tu Quang bekerja sebagai buruhan atau berjual-beli produk pertanian di pasar, istrinya juga sibuk dengan berdagang barang bekas. Kehidupan keluarga pasangan suami-istri Tu Quang meski miskin, tapi hidup rukun. Sampai pada suatu hari, mereka menemukan bahwa keenam anaknya kalau sampai pada usia 5 tahun jatuh sakit terus-menerus. Khawatir dengan keadaan kesehatan anak-anaknya, sehingga kehidupan keluarganya mengalami kemerosotan. Bapak Tu Quang merasa lebih sedih lagi karena tidak tahu ada apa yang sedang terjadi pada tubuh anak-anaknya, bahkan dokter pun tidak bisa mengobatinya. Bapak Tu Quang mengatakan: “Waktu kecil, anak-anak saya semuanya tumbuh secara normal dan semuanya cantik-cantik. Tapi, sampai usia 5 tahun, mereka mulai sakit terus-menerus. Waktu itu, kalau tahu hal itu, hanya melahirkan satu saja sudah cukup. Waktu itu, kami miskin, hanya bekerja saja untuk mendapat uang makan dan belajar untuk anak-anak”.
Bapak Tu Quang berfikir bahwa tidak bisa hanya melihat anak-anaknya sakit saja, tapi harus memelihara mereka supaya berkembang kuat dan menjadi orang-orang yang berguna untuk masyarakat. Kesabaran, upaya keras dan kata-kata dorongan semangat dari dia telah membantu anak-anaknya berangsur-angsur menerima kenyataan dan menggeliat diri mengatasi nasib.
Seorang cucu bapak Tu Quang (Foto: VOV) |
Pada tahun 2007, dengan bantuan permulaan dari Dana bantuan untuk korban agen oranye/dioxin kota Can Tho, bapak Tu Quang menyemangati anak laki-laki yang kelima untuk ikut serta dalam kursus pendidikan reparasi ponsel, lalu membimbing anak perempuannya yang keenam juga belajar seperti kakaknya. Anak-anak bapak Tu Quang dengan vatalitas luar biasa terus melangkah maju untuk menciptakan kehidupan mereka sendiri.
Sekarang, keenam orang anak dari bapak Tu Quang telah menikah dan punya keluarga sendiri, tapi kesedihan agen oranye/dioxin masih mengikuti mereka karena penyakit ini bahkan sedang merusak tubuh dari para cucu bapak Tu Quang. Di keluarga dia sekarang ada 8 orang yang terkena agen oranye/dioxin, yang meliputi 6 orang anak dan 2 orang cucu.
Ibu Tran Thi Lien Kieu, Ketua Asosiasi Korban Agen Oranye/Dioxin kota Can Tho memberitahukan bahwa keluarga bapak Tu Quang merupakan salah satu di antara keluarga-keluarga korban agen oranye/dioxin di seluruh negeri yang menderita akibat paling berat, sekaligus merupakan anggota tipikal dalam usaha mengatasi kesulitan, merawat dengan baik para korban. Ibu Tran Thi Lien Kieu memberitahukan: “Di keluarga bapak Quang, ada tiga generasi yang terkena agen oranye/dioxin. Pada saat dia menghadapi paling banyak kesulitan, maka ada bantuan dari masyarakat dan berbagai asosiasi. Akan tapi, dia sendiri telah membuat perhitungan dan pengarahan untuk anak-anaknya, jadi semua anaknya sudah mendapat lapangan kerja, menggeliat dalam kehidupan, turut mengurangi beban masyarakat. Itulah teladan yang tipikal dengan semangat yang fenomenal”.
Pada kenyataannya ketika mendekati para kepala keluarga korban oranye/dioxin di Vietnam, semua orang merasa bahwa mereka merupakan para disabilitas dan menderita kerugian dalam kehidupan karena akibat perang. Kisah tentang keluarga bapak Tu Quang dalam mengatasi kesulitan untuk berbaur dengan sukses dalam komunitas telah menjadi teladan dan dikagumi masyarakat.