Ini merupakan reaksi pertama dari RDRK pasca Konferensi Tingkat Tinggi Republik Korea-Amerika Serikat (AS) pada tanggal 21 Mei, ketika Presiden Republik Korea, Moon Jae-in dan Presiden AS, Joe Biden sepakat menggunakan diplomasi untuk mengatasi kemacetan dengan RDRK, bersamaan itu menghentikan semua pembatasan tentang jarak terbang dan bobot hulu ledak rudal Republik Korea. Namun, celaan RDRK nampaknya terkekang ketika dibuat dalam sebuah artikel oleh seorang kritikus masalah-masalah internasional yang dimuat oleh Kantor Berita Sentral Korea (KCNA) alih-alih pernyataan resmi pemerintah. Artikel tersebut mengutuk AS memberikan hak mengembangkan rudal tanpa batas kepada para sekutu sementara menganggap langkah-langkah yang dilaksanakan RDRK untuk melaksanakan bela diri sebagai pelanggaran terhadap resolusi-resolusi Perserikatan Bangsa-Bangsa.