(VOVworld) – Ketika menjawab interviu Kanal Televisi Amerika Serikat CBS yang ditayangkan pada Senin pagi (9 September), Presiden Suriah, Bashar al-Assad telah membantah tuduhan menggunakan senjata kimia terhadap warga sipil di peluaran ibukota Damaskus. Presiden Bashar al-Assad menyatakan: “Tidak ada bukti yang menunjukkan bahwa saya menggunakan senjata kimia terhadap rakyat”. Di samping itu, pelaku interviu memberitahukan bahwa Presiden Bashar al-Assad menegaskan akan bersama dengan para sekutunya melakukan tindakan balasan jika terjadi serangan terhadap negaranya, akan tetapi sifat dari tindakan-tindakan balasan ini tidak disebutkan.
Presiden Suriah Bashar al-Assad
(Foto: vnexpress.net)
Untuk menghadapi kemungkinan Amerika Serikat bisa melakukan serangan terhadap Suriah, negara-negara di dunia terus memberikan banyak reaksi. Menteri Luar Negeri (Menlu) Iran, Seyed Mohammad Javad Zarif pada Minggu (8 September) menyatakan menentang semua tindakan militer terhadap Suriah dengan alasan manapun dan berpendapat bahwa semua mekanisme politik dan perundingan antara pihak-pihak yang bersangkutan adalah solusi bagi krisis di kawasan. Menlu Irak Hoshyar Zebari menekankan perlunya solusi politik bagi krisis di Suriah, bersamaan itu menyatakan bahwa Irak tidak akan mengijinkan pihak ketiga menggunakan wilayah negara ini sebagai batu pijakan untuk menyerang Suriah.
Sementara itu, ketika menerima Masahiko Komura, Utusan Khusus dari Perdana Menteri Jepang, Presiden Iran Hassan Rouhani menekankan bahwa semua masalah di kawasan perlu ditangani di atas dasar hukum internasional dan semua tindakan intervensi militer dari luar akan menimbulkan instabilitas di kawasan. Sedangkan Kanselir Jerman, Angela Merkel telah mengutuk pernyataan yang tidak konsekwen dari para anggota Uni Eropa tentang imbauan melakukan balasan terhadap serangan kimia di Suriah./.