PM Belanda, Mark Rutter Akhiri Kunjungan Resmi di Vietnam

Chia sẻ
(VOVWORLD) - Perdana Menteri (PM) Kerajaan Belanda, Mark Rutte dan Delegasi tingkat tinggi Kerajaan Belanda, pada Kamis malam (02 November), telah meninggalkan Hanoi, Ibukota Vietnam, mengakhiri dengan baik kunjungan resmi di Vietnam dari tgl 01 hingga tgl 02 November, atas undangan PM Vietnam, Pham Minh Chinh.

Dalam kunjungan resminya di Vietnam, PM Mark Rutte telah menghadiri upacara penyambutan resmi dan pembicaraan serta resepsi dengan PM Vietnam, Pham Minh Chinh.

PM Belanda, Mark Rutter Akhiri Kunjungan Resmi di Vietnam - ảnh 1PM Vietnam, Pham Minh Chinh (kanan) dan PM Belanda, Mark Rutte (Foto: Duong Giang/VNA)

Pada pembicaraan, kedua pemimpin sepakat terus menggencarkan kerangka Kemitraan strategis tentang adaptasi dengan perubahan iklim, pengelolaan sumber air, pertanian yang berkesinambungan, turut bersinergi untuk menghadapi tantangan-tantangan global, terutama kerja sama di bidang pengembangan ekonomi hijau, ekonomi sirkular, perkotaan yang beradaptasi dengan perubahan iklim, pendidikan sumber daya manusia yang berkualitas tinggi tentang perubahan iklim dan pengelolaan sumber air, irigasi, pencegahan, dan penanggulangan bencana alam. Setelah pembicaraan, kedua PM telah menyaksikan Upacara serah-terima empat naskah kerja sama antara berbagai kementerian, instansi, dan asosiasi dua negara di bidang eksplorasi dan eksploitasi mineral penting yang berkesinambungan, beacukai, investasi, dan perdagangan. 

Dalam kerangka kunjungan tersebut, PM Belanda, Mark Rutte juga menghadiri Forum Ekonomi Hijau tahun 2023 dengan tema: “Kerja Sama Eropa-Vietnam mendorong inisiatif-inisiatif hijau” yang diselenggarakan oleh Asosiasi Badan Usaha Eropa (EuroCham). PM Belanda juga mengunjungi Akademi Diplomatik, berpidato di Lokakarya meja bundar tentang “Hukum internasional dan Ketertiban di Laut”, mengunjungi dan melakukan ceramah dengan para guru dan pelajar SMA Spesialis Hanoi-Amsterdam – sekolah simbol yang penting dalam sejarah hubungan kerja sama antara Belanda dan Vietnam.

Komentar