Pilpres Republik Korea yang menegangkan

Chia sẻ
(VOVWORLD) - Para pemilih Republik Korea, Selasa (9/5), memberikan suara untuk memilih Presiden baru untuk mengganti Presiden yang terpecat pada bulan Maret lalu, Park Guen-hye karena terlibat korupsi. 

Pilpres tahun ini berlangsung pada latar belakang ketegangan di semenanjung Korea belum menunjukkan indikasi turun suhu, hubungan antara Republik Korea dengan negara-negara Asia Timur Laut menjadi tegang di sekitar pembangunan Sistem pertahanan rudal, sehingga menempatkan Republik Korea dalam situasi menghadapi banyak tantangan.

 Pilpres Republik Korea yang menegangkan - ảnh 1 Capres Republik Korea Moon Jae-in (Foto: Reuters)

Tempat-tempat pemungutan suara dibuka pada pukul 6.00 pagi, waktu lokal dan berakhir pada pukul 8.00 malam, Selasa (9/5). Komite pemilihan nasional memberitahukan bahwa akan ada hasil sementara pada pukul 3.00 pagi, Rabu (10/5) dan pernyataan resmi tentang pemenangnya direncanakan akan diumumkan setelah pukul 8.00 pada hari yang sama.

Jajak-jajak pendapat terkini menunjukkan bahwa capres Moon Jae-in dari Partai Demokrat sedang memimpin dengan prosentase dukungan mencapai 35-40%, menyusul kemudian ialah dua lawannya Ahn Cheol-so dari Partai Rakyat dan Hong Joon-pyo dari Partai Liberal Republik Korea. Pada saat ketegangan di semenanjung Korea sedang bereskalasi, satu jajak pendapat baru yang dilakukan Perusahaan RealMeter menunjukkan bahwa banyak pemilih Republik Korea lebih mementingkan masalah-masalah dalam negeri seperti memberantas korupsi, melakukan reformasi politik, memperbaiki ekonomi dan kehidupan warga.

Sebelum pilpres ini, capres Moon Jae-in menenangkan para pemilih bahwa Republik Korea siap mengatasi serentetan tantangan – dari ekonomi yang berjalan lambat sampai program rudal dan nuklir dari Republik Demokrasi Rakyat Korea (RDRK) dengan reformasi-reformasi dan upaya menyatukan Tanah Air. Kalau terpilih menjadi Presiden, kalangan analis menganggap bahwa Moon Jae-in ada banyak kemungkinan cenderung pada kebijakan akrab RDRK.

Dalam satu perkembangan yang bersangkutan, sehari sebelum berlangsung pilpres tersebut, Senin (8/5), RDRK dengan tiba-tiba mengimbau untuk menghentikan situasi konfrontasi yang sudah berjalan selama bertahun-tahun ini antara dua negara. Gerak-gerik ini dianggap sebagai dukungan secara diam-diam dari Pyong Yang terhadap capres dari Partai Demokrat Republik Korea, Moon Jae-in.

 

Komentar