PM Pham Minh Chinh (tengah) menghadiri dan berbicara pada sesi diskusi pertama WEF Tianjin (Foto : VOV) |
Ini adalah sesi diskusi pertama Konferensi WEF Tianjin dengan partisipasi lebih dari 300 delegasi yang merupakan para pemimpin negara, organisasi internasional, dan perwakilan perusahaan dan perusahaan besar di dunia.
Ketika berbicara di konferensi, PM Pham Minh Chinh menunjukkan "angin sakal" sedang menghalang pertumbuhan ekonomi dunia dan Vietnam. Yaitu inflasi, akibat dari pandemi COVID-19, persaingan geostrategis, konflik Rusia-Ukraina, perubahan iklim, bencana alam, wabah penyakit yang rumit dan sulit diduga. Untuk mengatasi masalah ini, PM Pham Minh Chinh telah meyampaikan beberapa cara pendekatan dan orientasi penting:
“Kita harus bersatu secara global, menjunjung tinggi multilateralisme, menjunjung tinggi rakyat. Cepat memulihkan produksi dan bisnis, menciptakan lapangan kerja, melakukan promosi perdagangan dan investasi; melakukan transformasi digital, pertumbuhan hijau, ekonomi sirkular, menghilangkan rintangan, menghapuskan prevensi perdagangan, anti proteksionisme, terutama memberikan prioritas kepada negara miskin dan negara berkembang. Selain itu, harus ada kebijakan dan solusi yang tepat untuk mendorong penawaran dan permintaan seluruh dunia, dan segera menemukan solusi untuk menyelesaikan konflik.”
Berbagi dengan pendapat dan orientasi yang disampaikan PM Pham Minh Chinh, Presiden WEF Borge Brende mengatakan bahwa WEF mengundang Vietnam untuk menghadiri konferensi ini karena Vietnam adalah salah satu negara dengan pertumbuhan ekonomi yang tertinggi di kawasan, sedang berkembang secara sangat dinamis dan menghimpun banyak potensi untuk memberikan kontribusi yang main baik bagi pertumbuhan ekonomi di kawasan dan di dunia.
Setelah sesi diskusi tersebut, Perdana Menteri Pham Minh Chinh menghadiri pembukaan Konferensi Tahunan ke-14 Para Pelopor WEF (Forum Ekonomi Dunia Tianjin) di Tianjin, Tiongkok. Lebih dari 1.400 delegasi yang merupakan pemimpin tingkat perdana menteri dan menteri dari 21 negara, dan pemimpin dari 850 perusahaan, lembaga, dan organisasi global menghadiri konferensi tersebut. Vietnam adalah salah satu dari lima negara terpilih untuk diundang hadir di tingkat Perdana Menteri, bersama dengan Perdana Menteri Tiongkok, Selandia Baru, Mongolia, dan Barbados.