(VOVworld) – Mantan Menteri Luar Negeri (Menlu) Amerika Serikat, Hillary Clinton dari Partai Demokrat dan miliader Donald Trump dari Partai Republik, Senin (13/6), telah mengeluarkan pandangan-pandangan yang bertentangan menyangkut dengan kasus pemberondongan senapan yang mengguncangkan Amerika Serikat. Ketika berbicara di Manchester, negara bagian New Hampshire, miliader Donald Trump menyatakan bahwa “jika terpilih, saya akan menghentikan penerimaan kaum migran dari berbagai kawasan yang punya sejarah terorisme yang melawan Amerika Serikat, Eropa atau negara-negara sekutu Amerika Serikat sampai saat kita tahu secara jelas cara menghentikan ancaman ini”. Walaupun pelaku pemberondongan senapan ini, Omar Mateen adalah seorang warga-negara Amerika Serikat yang lahir di kota New York, tapi Donald Trump menekankan bahwa orang tuanya adalah migran dari Afghanistan. Dalam pidatonya, Donald Trump juga mencela lawanannya dari pihak Partai Demokrat yaitu ibu Hillary Clinton yang mendukung penerimaan pengungsi Suriah, bersamaan itu menanyakan motivasi Presiden Barack Obama yang menolak penggunaan istilah “terorisme Islam ekstrimis” untuk mendeskripsikan serangan-serangan model ini.

Sementara itu, ketika berbicara di Cleverland, mantan Menlu Hillary Clinton menekankan pengubahan satu agama menjadi satu hal yang jelek dan mengeluarkan larangan-larangan terhadap kaum penganutnya hanya merugikan sejumlah besar kaum Muslim, orang-orang yang juga membenci terorisme, dan menguntungkan organisasi yang menamakan diri sebagai “Negara Islam” (IS). Ibu Hillary Clinton mengimbau penguatan upaya menghapuskan kampanye propaganda yang dilakukan IS di internet, bersamaan itu memperkuat serangan udara terhadap kelompok ini serta bekerjasama secara lebih erat lagi dengan para sekutu di kawasan.