PM Inggris, Theresa May (Foto: Xinhua/ VNA) |
Ketika berbicara di depan Majelis Rendah Inggris pada Senin (22/10), PM Theresa May memberitahukan bahwa 95% ketentuan dari permufakatan Brexit telah disepakati oleh dua fihak, bersamaan itu mengakui masalah garis perbatasan Irlandia sekarang merupakan rintangan yang paling besar. Kepala Pemerintah Inggris itu menunjukkan bahwa membela keutuhan wilayah Kerajaan Inggris merupakan hal yang sangat penting, oleh karena itu dia berkewajiban menemukan solusi untuk mempertahankan garis perbatasan Irlandia yang terbuka dan menjamin tidak ada pagar baru yang dibangun antara Irlandia Utara dengan bagian sisanya negara Inggris. PM Theresa May mengatakan proses perundingan ini tetap sedang berjalan ke arah yang benar dengan masalah-masalah seperti status wilayah seberang lautan Gibraltar dan pangkalan-pangkalan angkatan udara Inggris di Republik Siprus akan dipacahkan pada hari-hari mendatang. Dia jua menolak seruan-seruan menuntut pelaksanaan referendum sekali lagi tentang masalah Brexit, menekankan bahwa itu merupakan “kartu suara para politisi” jadi bukanlah “kartu suara penduduk”.
Tentang kemungkinan masa perubahan yang memakan waktu lama, PM Theresa May mengatakan bahwa ini merupakan hal yang “tidak diinginkan” karena Inggris mungkin akan harus menghabiskan dân miliaran dan sterling pound pada waktu ini, tetapi itu merupakan hal yang perlu agar Inggris dan Uni Eropa mempunyai tanbahan waktu untuk bersepakat tentang hubungankemitraan ekonomi pada masa depan. Menurut dia, periode ini akan harus berakhir sebelum bulan Mei tahun 2022.