(VOVworld) – Keputusan Mahkamah Arbitrase Permanen Internasional (PCA) di Den Haag, Belanda terhadap kasus gugatan antara Filipina dan Tiongkok yang bersangkutan dengan sengketa-sengketa di Laut Timur terus merupakan tema yang mendapat perhatian dari opini umum internasional. Para pakar politik di dunia menilai tinggi makna dari keputusan ini dan menekankan bahwa keputusan tersebut akan membantu memecahkan secara jangka panjang sengketa di Laut Timur. Pakar Malcolm Cook dari Institut Penelitian Asia Tenggara, menilai bahwa keputusan PCA yang membantah klaim “sembilan garis putus-putus” dan menarik kesimpulan terhadap maujud-maujud di Laut Timur, tidak hanya bermakna bagi Filipina saja, tapi juga bermakna bagi Tiongkok dan seluruh kawasan. Setelah keputusan PCA, Tiongkok sedang harus menghadapi tantangan besar ialah bagaimana bisa mengubah cara pendekatan terhadap masalah Laut Timur.
PCA memperjelas banyak status pulau dan dangkalan di Laut Timur
(Foto: VNA)
Setuju dengan keputusan PCA ini, Doktor Le Hong Hiep dari Institut Penelitian Asia Tenggara, berpendapat bahwa bisa menganggapnya sebagai satu tonggak sejarah dalam proses sengketa Laut Timur selama ini, karena ini untuk pertama kalinya satu negara menggunakan instrumen-instrumen hukum untuk menantang klaim-klaim dari satu negara lain peserta sengketa ini. Khususnya keputusan PCA telah membantu mempersempit secara berarti skala sengketa di Laut Timur, khususnya sengketa yang bersangkutan dengan klaim Tiongkok di sekitar garis lidah sapi dan maujud-maujud di kepulauan Truong Sa (Spratly). Doktor Le Hong Hiep menegaskan bahwa keputusan PCA merupakan satu titik balik dalam sengketa di Laut Timur dan bisa turut memecahkan persoalan yang rumit ini secara jangka panjang.