Hubungan Tiongkok-AS terus menjadi tegang bersangkutan dengan masalah Laut Timur

Chia sẻ
(VOVworld) – Ketika berbicara di depan jumpa pers di Beijing, Ibukota Tiongkok, pada Senin sore (25 Mei), Jurubicara Kementerian Luar Negeri Tiongkok, Hua Chunying menganggap bahwa aktivitas pesawat terbang pengintai Amerika Serikat (AS) “sangat berbahaya, sehingga sangat mudah menimbulkan salah paham dan munculnya masalah-masalah di luar keinginan di udara”. 
(VOVworld) – Ketika berbicara di depan jumpa pers di Beijing, Ibukota Tiongkok, pada Senin sore (25 Mei), Jurubicara Kementerian Luar Negeri Tiongkok, Hua Chunying menganggap bahwa aktivitas pesawat terbang pengintai Amerika Serikat (AS) “sangat berbahaya, sehingga sangat mudah menimbulkan salah paham dan munculnya masalah-masalah di luar keinginan di udara”.

Hubungan Tiongkok-AS terus menjadi tegang bersangkutan dengan masalah Laut Timur - ảnh 1
Jurubicara Kementerian Luar Negeri Tiongkok, Hua Chunying
(Foto: vov.vn)

Ketika meminta kepada AS supaya segera menghentikan aktivitas-aktivitas mata-mata serupa, Hua Chunying beranggapan bahwa kebebasan penerbangan dan maritim di Laut Timur sekarang “tidak ada masalah” dan semua negara punya hak kebebasan penerbangan dan maritim di sini. Akan tetapi, fihak Tiongkok juga menegaskan bahwa kebebasan penerbangan dan maritim tidak berarti bahwa pesawat-pesawat dan kapal tempur asing bisa mengancam kepentingan satu negara lain.

Sebelumnya, pada 21 Mei lalu, Asisten Menteri Luar Negeri AS, Daniel Russel menegaskan bahwa aktivias-aktivitas pembangunan dengan skala besar oleh Tiongkok di Laut Timur baru-baru ini mengakibatkan ketegangan di kawasan dan bisa menimbulkan bentrokan. Setelah itu, pada 22 Mei, Wakil Presiden AS, Joe Biden juga mengecam Tiongkok yang sedang menantang prinsip internasional ketika melakukan aktivitas reklamasi dengan skala besar di Laut Timur. Dia juga memberitahukan akan mengirim banyak opsir Angkatan Laut ke kawasan Asia-Pasifik untuk mengekang tantangan-tantangan, bersamaan itu menegaskan bahwa AS akan menggelarkan 60% pasukan Angkatan Laut di kawasan Asia-Pasifik sebelum tahun 2020 guna menghadapi tantangan-tantangan yang sedang muncul./.

Komentar