G7 Tegaskan Peranannya dalam Menangani Tantangan Bersama Global

Anh Huyen
Chia sẻ
(VOVWORLD) - Konferensi Menteri Luar Negeri (Menlu) Kelompok Tujuh (G7) baru berakhir pada tanggal 8 November, di Tokyo, Ibu kota Jepang. Konferensi tersebut mengesahkan Pernyataan yang isinya menyinggung banyak topik aktual dunia, menunjukkan “pendirian yang konsekuen”  G7 terhadap isu-isu seperti: konflik Rusia-Ukraina, konflik di Jalur Gaza serta perkembangan-perkembangan di kawasan Indo-Pasifik.
G7 Tegaskan Peranannya dalam Menangani Tantangan Bersama Global - ảnh 1Para utusan pada Konferensi Menlu G7, di Tokyo, Jepang, tanggal 8 November 2023 (Foto: AFP / VNA)

G7 (meliputi Inggris, Amerika Serikat, Jerman, Jepang, Prancis, Kanada dan Italia) memainkan peranan penting dalam menetapkan dan memperkokoh struktur dan manajemen global. G7 juga menjadi tempat perkumpulan suara, mencerminkan pandangan yang sama dan kepentingan negara-negara maju dalam menangani isu-isu bersama terkait dengan keamanan internasional dan mendorong diskusi-diskusi tentang usaha menyelesaikan tantangan global.

Mencapai pendirian bersama dalam konflik di Timur Tengah

Salah satu keberhasilan konferensi kali ini ialah para pihak menunjukkan “pendirian bersama” G7 tentang konflik di Timur Tengah. Ini merupakan pernyataan ke-2 terhadap masalah ini yang dikeluarkan G7 sejak konflik meledak antara Gerakan Islam Hamas dan Israel pada tanggal 7 Oktober. Pernyataan tersebut, di samping mengutuk serangan-serangan, juga mengimbau untuk segera melepaskan sandera. G7 menekankan perlu segera melakukan tindakan untuk menangani krisis kemanusiaan, mengimbau para pihak supaya membolehkan kegiatan bantuan kemanusiaan, melindungi warga sipil, dan mematuhi hukum internasional.

Para anggota G7 menekankan pentingnya pematuhan hukum tentang kemanusiaan internasional dalam konflik yang sedang berlangsung di Timur Tengah. Para Menlu G7 juga berkomitmen akan berkoordinasi erat dengan para pihak untuk menyiapkan solusi-solusi yang berjangka panjang, berkelanjutan bagi Jalur Gaza, menekankan pentingnya solusi dua negara, menjamin agar baik warga Palestina maupun warga Israel hidup dalam kedamaian, keamanan, dan mengakui satu sama lain. Ini merupakan cara satu-satunya untuk mencapai perdamaian yang stabil dan berjangka panjang.

Perihal para Menlu G7 mencapai kesepakatan tentang pendirian bersama dalam masalah konflik di Timur Tengah dianggap sebagai keberhasilan menonjol pada konferensi kali ini. Karena hingga saat ini, AS masih menolak imbauan gencatan senjata, tetapi hanya mendukung satu perintah “gencatan senjata kemanusiaan” karena beranggapan bahwa Israel memiliki hak membela diri. Namun, negara-negara anggota G7 lainnya mengeluarkan pendirian yang sama sekali berbeda. Sementara itu, Jepang, negara tuan rumah Konferensi G7, satu sekutu dekat AS, mengejar kebijakan diplomatik yang seimbang dengan negara-negara Timur Tengah. 

Sebelumnya, pada bulan Oktober tahun ini, dalam pemungutan suara pada Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa, di antara 7 negara anggota G7, hanya AS yang memberikan suara kontra dan Prancis memberikan suara dukungan yang mengimbau supaya segera melakukan gencatan senjata kemanusiaan, sementara itu Jepang, Inggris, Italia, Jerman, dan Kanada memberikan suara blanko. Hal ini menunjukkan bahwa, pendirian antarnegara G7 terhadap konflik di Jalur Gaza mengalami banyak perbedaan. Oleh karena itu, perihal para pihak mengeluarkan suara bersama yang jelas terhadap situasi sekarang di Jalur Gaza pada konferensi kali ini menunjukkan pendekatan satu sama lain G7 dalam menangani tantangan-tantangan. 

Menegaskan kerja sama dalam menangani tantangan-tantangan bersama

Selain konflik Hamas-Israel, para Menlu G7 juga menyepakati pentingnya usaha mempertahankan dan memperkokoh ketertiban internasional yang bebas dan terbuka di kawasan Asia-Pasifik, berdasarkan pada hukum, bersamaan dengan itu menekankan bahwa upaya-upaya sepihak untuk mengubah status quo akan tidak diterima di semua tempat di dunia.

G7 mendukung satu Perhimpunan Negara-Negara Asia Tenggara (ASEAN) yang sentral dan bersatu, mendorong kerja sama sesuai dengan Visi ASEAN tentang Indo-Pasifik. G7 sepakat pentingnya penggalangan hubungan yang stabil dan konstruktif dengan Tiongkok, menegaskan kembali peranan penting dari Konvensi PBB tentang Hukum Laut (UNCLOS) tahun 1982 dalam pembentukan kerangka hukum yang mendominasi semua aktivitas di kelautan dan samudra. 

G7 Tegaskan Peranannya dalam Menangani Tantangan Bersama Global - ảnh 2Para utusan memfoto bersama pada Konferensi Menlu G7 di Tokyo, Jepang, pada 8 November 2023 (Foto: Kyodo/VNA)

Bagi konflik Rusia-Ukraina, G7 menegaskan pendirikan bersama dalam pengenaan sanksi terhadap Rusia, bersamaan dengan itu dengan para mitra internasional untuk mendorong upaya-upaya memulihkan perdamaian di Ukraina. G7 menegaskan kembali tekad dalam memperkuat kerja sama dengan negara-negara Asia Tengah untuk menangani tantangan-tantangan di kawasan; mendorong  konektivitas komersial dan energi, konektivitas dan perhubungan yang berkelanjutan. Para Menlu G7 berkomitmen akan membina lebih lanjut solidaritas internasional di luar G7 untuk menangani tantangan-tantangan global yang lebih luas seperti: perubahan iklim, perlucutan senjata nuklir dan kesetaraan gender yang terdiri dari agenda tentang perempuan, perdamaian, dan keamanan. 

Semua hasil yang dicapai pada Konferensi Menlu G7 yang baru saja berlangsung di Jepang telah mendatangkan keberhasilan tertentu dalam mempersempit kesenjangan antarnegara anggotanya tentang solusi-solusi bagi isu-isu aktual di dunia. Setelah komitmen-komitmen, komunitas dunia berharap bahwa G7 akan melakukan tindakan konkret untuk merealisasikan semua komitmen ini, terutama negara-negara berkaitan langsung dengan konflik. Kerja sama para pihak terkait memainkan peranan yang tidak bisa kurang dalam upaya G7 untuk cepat menemukan satu solusi damai bagi konflik-konflik pada khusunya dan langkah menangani tantangan-tantangan global pada umumnya.

 

Komentar