Warga etnis Khmer dengan jumlah penduduk sebanyak lebih dari 1,3 juta jiwa, hidup terkonsentrasi di beberapa provinsi di daerah dataran rendah sungai Mekong, seperti: An Giang, Kien Giang, Ca Mau, Bac Lieu, Tra Vinh, Soc Trang... Bagi masyarakat Khmer, pagoda adalah tempat yang berkaitan dengan seumur hidupnya, sejak lahir sampai meninggal dunia. Menurut A char Thach Le, Kepala Badan Pengelola Pagoda Khuone, Kelurahan 7, Kota Tra Vinh, Provinsi Tra Vinh, bagi masyarakat Khmer, pagoda adalah tempat suci, tempat pemujaan Buddha, tempat menaruh kepercayaan dan harapan tentang masa depan:
“Orang Khmer berapa pun usianya juga pergi ke pagoda. Bagi orang Khmer, ketika di keluarganya ada acara pemakaman atau pernikahan, mereka pergi ke pagoda untuk memuja Buddha dan mempersembahkan nasi kepada para biksu-biksuni untuk mendoakan kedamaian dan kebahagiaan bagi keluarganya.”
Tidak hanya sebagai pusat kepercayaan dan kegiatan keagamaan masyarakat Khmer saja, pagoda juga menjadi pusat budaya komunitas, tempat berlangsungnya festival-festival tradisional.
Masyarakat dan umat Buddha menghadiri peresmian Bagian utama Pagoda Kinh Xang, Kecamatan Phong Phu, Kabupaten Cau Ke, Provinsi Tra Vinh pada bulan Maret 2024. (Foto: VOV) |
Menurut Ibu Thach Thi Hien, di Desa Nhi, Kecamatan Tan Hung, Kabupaten Tieu Can, Provinsi Tra Vinh, warga etnis Khmer menyelenggarakan banyak festival besar sepanjang tahun seperti: Hari Raya Tahun Baru Tradisional Chol Chnam Thmay, Festival Sen Dolta, Festival Ooc Om Boc, dan lain-lain, dan semua festival ini diselenggarakan di pagoda. Melalui itu, mereka berkesempatan untuk bertemu, bertukar pengalaman di berbagai bidang. Ibu Thach Thi Hien berbagi:
“Pada semua festival, warga pergi ke pagoda untuk memuja Buddha dan memberikan persembahan kepada biksu-biksuni untuk mengumpulkan berkah. Ini juga merupakan kesempatan untuk bertemu dengan orang-orang yang sudah kenal dan berkenalan dengan teman-teman baru, mulai dari berdiskusi tentang agama Buddha hingga berbagi pengalaman dalam membesarkan anak atau memajukan bisnis, dan lain-lain. Kegiatan-kegiatan komunitas seperti ini sungguh-sungguh bermanfaat dalam banyak aspek. Melalui itu, masyarakat juga semakin bersatu dan lebih berkaitan satu sama lain.”
Pagoda Khmer juga dianggap sebagai museum yang menyimpan semua nilai materiel dan spiritual dari masyarakat Khmer. Lebih-lebih lagi, pagoda juga merupakan sekolah, tempat pendidikan moral, gaya hidup, dan huruf untuk anak-anak, guna turut melestarikan kebudayaan, bahasa, dan aksara etnisnya.
Bapak Thach Da (kedua dari kiri), A char di pagoda SoVanhNihKroth Chrey Phe, Kecamatan Tan Hung, Kabupaten Tieu Can, Provinsi Tra Vinh. (Foto: VOV) |
Sebagai tempat kegiatan keagamaan dan komunitas, pagoda Khmer juga merupakan tempat yang kondusif untuk menyosialisasikan dan menyebarkan haluan dan kebijakan dari Partai dan Negara kepada masyarakat. Pendeta Duong Van Na, Ketua Persatuan Biksu Patriotik di Kota Tra Vinh, Provinsi Tra Vinh, menegaskan:
“Dalam kegiatan keagamaan, selain mengajarkan ajaran moral Budha, para biksu juga mempropagandakan haluan dan kebijakan Negara, menasihati dan mengarahkan masyarakat dalam berbisnis, berkontribusi pada pembangunan kampung halaman dan tanah air. Mereka juga menyosialisasikan kebijakan baru kepada warga etnis minoritas, atau meningkatkan kesadaran masyarakat untuk menjauhi takhayul.”
Saat ini, di daerah dataran rendah sungai Mekong ada 446 pagoda Khmer. Setiap pagoda memiliki keindahan dan ruang yang berbeda, tetapi semuanya mengandung nilai-nilai spiritual, kepercayaan, dan kebudayaan yang khas dari etnis Khmer, menempati posisi yang mantap dalam pikiran dan kehidupan warga dari generasi ke generasi.