Acara Menjemput Pengantin Perempuan dari Warga Etnis Minoritas Dao Khau di Provinsi Lai Chau

Chia sẻ
(VOVWORLD) - Menurut pengertian warga etnis minoritas Dao Khau di Kabupaten Sin Ho, Provinsi Lai Chau, semua hal yang terbaik dimulai saat matahari belum terbit. Oleh karena itu, acara menjemput pengantin perempuan diadakan  pada pagi hari kedua (hari upacara pernikahan resmi) dari jam 5 pagi sampai jam 8 pagi, bergantung masing-masing marga. Di pagi hari yang cuacanya jernih, dukuh Dao Khau akan menikmati simfoni yang khusus dari suara dan warna. Di tengah ruang pegunungan dan hutan yang hijau, arak-arakan menjemput pengantin perempuan diramaikan dengan busana yang berkilau-kilau.
Acara Menjemput Pengantin Perempuan dari Warga Etnis Minoritas Dao Khau di Provinsi Lai Chau - ảnh 1Pengantin perempuan siap melaksanakan upacara "mengusir hal-hal yang buruk"

Upacara pernikahan warga etnis minoritas Dao Khau diselenggarakan dalam tiga hari: pada hari pertama, persiapan dilakukan di rumah pengantin laki-laki dan upacara pernikahan diselenggagarakan di rumah pengantin perempuan; pada hari kedua berlangsung upacara resmi (yaitu acara menjemput pengantin perempuan); pada hari ketiga acara pernikahan berakhir. Malam sebelum acara menjemput pengantin perempuan, pesta pernikahan adalah jamuan minum arak di tengah malam (disebut “nhản tía mả chai”). Semua orang di dukuh berkumpul di rumah pengantin laki-laki, begadang sepanjang malam, mengobrol, minum, dan menyanyikan lagu-lagu dendang sayang. Ibu Tan My Dao, di Dukuh Ta Su Cho, Kecamatan Ta Phin, Kabupaten Sin Ho, mengatakan:

“Jamuan minum arak di tengah malam diadakan di rumah pengantin laki-laki pada malam pertama sebelum menjemput pengantin perempuan. Keluarga pengantin laki-laki menyembelih dua ekor ayam dan menyajikan hidangan makan pada tengah malam. Para peserta meliputi orang tua, baik laki-laki maupun perempuan, mak comblang, orang yang menulis surat perjanjian pernikahan, dan kerabat yang diketuai oleh seorang dukun (Pak Thanh Thuy). Maksud dan arti dari jamuan makan ini adalah untuk memeriksa kembali apakah keluarga pengantin laki-laki telah membawa cukup uang, perak, perhiasan, pakaian, dan benda-benda sajian ke keluarga fihak pengantin perempuan untuk mengumumkannya  kepada semua orang. Ketika semua orang berbahagia, kedua belah pihak mengakui  satu sama lain sebagai keluarga dekat. Saudara dan anak- cucu kedua belah pihak harus mengubah cara menyapa satu sama lain, kemudian kedua keluarga bertanggung jawab untuk mewariskannya kepada keturunan dan kerabat mereka”.

Pada pagi keesokan harinya, di tengah suara hiruk pikuk tim genderang dan terompet, keluarga pengantin laki-laki yang terdiri dari empat hingga lima sanak keluarganya yang pandai berbicara, bersama dengan seorang yang memegang tembakau Aztek dan pipa tembakau, dan dua gadis membawa nampan berisi cangkir teh, termos air mendidih dan teko teh; 3,4 orang membawa bangku, 2 anak kecil, laki-laki dan perempuan yang berusia sekitar 10 tahun yang bertugas membawa barang-barang milik pengantin perempuan yang meliputi koper barang-barang pribadi, selimut kecil yang dilipat kecil dan diikat dengan tali.

Sebelum rombongan meninggalkan rumah, dukun melakukan upacara untuk memberi tahu leluhur bahwa sudah waktunya untuk berangkat menjemput pengantin perempuan. Pada saat ini di atas altar ditambahkan benda-benda sajian yaitu seekor ayam yang baru disembelih, cangkir air baru, dupa baru yang dibakar, arak baru untuk berdoa kepada dewa dan leluhur agar memberkati proses menjemput pengantin perempuan berjalan lancar.

Arak-arakan menjemput pengantian perempuan berlutut di depan altar untuk berdoa kepada leluhur dan dewa agar semua orang memiliki kesehatan yang baik, tidak mengalami masalah di jalan. Arak-arakan itu berdiri dan membungkuk untuk menghormati leluhurnya. Suara genderang dan terompet mulai bergema. Yang dikepalai adalah peniup terompet untuk pergi keluar dari rumah dan menurut arah yang sudah ditetapkan sehari sebelumnya, lalu berhenti, mengirim seseorang ke rumah pengantin perempuan untuk mendesak keluarga pengantin perempuan itu melepas pengantin perempuan dengan suara genderang yang bergelora. Pihak keluarga perempuan mengantar pengantin perempuan ke lokasi di atas, berhenti, beristirahat, merokok, minum teh, menata ulang barisan. Pada saat ini musik mulai dimainkan.

Acara Menjemput Pengantin Perempuan dari Warga Etnis Minoritas Dao Khau di Provinsi Lai Chau - ảnh 2Pasangan pasutri muda mempersilahkan teh kepada kerabat (Foto: VOV)

Dalam perjalanan kembali setelah menjemput pengantin perempuan, musik harus dimainkan terus menerus, tidak terputus. Oleh karenaitu, jalan harus diatur pada hari sebelumnya agar tidak ada kendala di jalan. Saat tiba di rumah pengantin laki-laki, arak-arakan menjemput dan melepas pengantin perempuan berhenti di halaman. Pengantin perempuan berdiri sendiri di depan pintu besar rumah pengantin laki-laki, menghadap ke luar. Bapak “Thanh Thuy” berdoa kepada leluhur dan dewa untuk menghapuskan semua risiko untuk semua orang, terutama pengantin perempuan. Dukun Cheo Lao U, di Zona 3, Kotamadya Sin Ho, mengatakan:

“Setelah ritual di atas selesai, seorang wanita yang memenuhi syarat yalah pasutri bahagia, ada  anak laki-laki dan perempuan. Wanita ini datang  membentangkan tikar di lantai di bagian tengah rumah, lalu meletakkan selimut pengantin perempuan, mengajak pengantin perempuan masuk ke dalam rumah, berlutut di atas selimut, menghadap ke altar. Kemudian seorang lain dari pihak pengantin laki-laki ditugasi untuk membingkai sehelai kain merah di rangka pintu besar untuk menandai bahwa rumah tersebut sudah menyambut menantu baru. Pada saat ini, Bapak “Thanh Thuy” mengumumkan kepada leluhur bahwa pengantin perempuan sudah menjadi anggota keluarga. Mulai saat ini, keluarga memiliki satu anggota baru, leluhur bertanggung jawab untuk mengelola-nya”

Setelah prosedur penerimaan pengantin perempuan sebagai anggota keluarga selesai, seorang wanita yang ditugasi mengantar pengantin perempuan ke kamar pernikahan yang sudah disiapkan. Pada saat ini, pengantin laki-laki tidak diperbolehkan memasuki kamar itu. Pengantin perempuan dan dua pengiringnya tinggal di kamar tunggu sampai waktu yang baik baru bisa keluar untuk melakukan upacara "Bai Duong" (atau disebut sebagai pai tong, artinya memberi tahu kepada leluhur). Setelah prosedur menjemput pengantin perempuan selesai, di rumah, arak dituang pada semua mangkuk sampai penuh. Ini adalah upacara minum arak untuk bergabung dengan keluarga, berterima kasih kepada kerabat yang datang untuk membantu pernikahan. Di halaman, pasangan-pasangan muda berbaju indah terus asyik menyanyikan lagu dendang sayang dan memberikan ucapan selamat kepada dua pengantin itu.

Seiring dengan perjalanan waktu, semua ritual dalam upacara pernikahan masyarakat Dao Khau, termasuk acara menjemput pengantin perempuan, tetap dipertahankan oleh masyarakat dari generasi ke generasi, mewarnai kebudayaan yang penuh makna dari etnisnya. ./.

Komentar