Perlawatan dengan banyak tujuan

THU HOA
Chia sẻ
(VOVWORLD) - Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump sedang melakukan perlawatan yang pertama di luar negeri sejak dilantik dengan destinasi-destinasi berturut-turut ialah Arab Saudi, Israel, Vatikan, Belgia dan Italia dari tanggal 19-27 Mei 2017. 
Perlawatan dengan banyak tujuan - ảnh 1Presiden Donald Trump   (Foto: AFP-vovworld.vn) 

Walaupun belum menempuh separo jarak perlawatannya, tapi Presiden AS, Donald Trump telah mencapai banyak hasil tentang hubungan politik, keamanan dan ekonomi.

Perlawatan Presiden Donald Trump berlangsung hanya  100 hari setelah dilantik menjadi Presiden AS. Tujuan ini seperti yang dia katakan bahwa “mengunjungi para pemimpin di banyak negara di dunia bertujuan memperkuat persahabatan yang sudah ada, menggalang hubungan-hubungan kemitraan baru dan menyatukan satu dunia yang beradab dalam perang antiterorisme”.

 

Jadwal yang padat dengan agenda-agenda

Di Arab Saudi, Presiden AS berpidato di depan pimpinan asal 50 negara Islam, di antaranya, Washington mengemukakan ingin mempererat hubungan kerjasama dalam perang melawan organisasi yang menamakan diri sebagai “Negara Islam” (IS). Selanjutnya, di Jerussalem, Presiden Donald Trump dan Perdana (PM) Israel, Benjamin Netanyahu bersama-sama membahas langkah-langkah untuk memperkuat hubungan sekutu antara dua negara. Pemimpin Gedung Putih itu juga melakukan pertemuan dengan pemimpin Palestina, Mahmoud Abbas di kota Bethlehem untuk membahas pendorongan proses perdamaian Timur  Tengah. Di Vatikan, Presiden AS akan berorasi di depan massa rakyat dan Paus Franciskus. Sehubungan dengan perlawatan kali ini, Presiden Donald Trump akan juga menghadiri sidang NATO di kota Brussels (Belgia) pada Kamis (25 Mei) dan menghadiri Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Negara-Negara Industri Maju di dunia (G-7) di Pulau Sicilia (Italia) dari tanggal 26-27 Mei.

 

Bersatu dengan dunia Islam

Selama ini, belum pernah ada seorang Presiden AS yang memilih Arab Saudi sebagai destinasi pertama dalam perlawatannya ke luar negeri. Keputusan Presiden Donald Trump adalah pilihan yang mengherankan, khususnya setelah  dorongan-dorongan semangatnya kepada kebijakan “Negara AS  di atas segala-galanya” yang terus-menerus diulang-ulangi oleh Donald Trump dalam kampanye pemilihan maupun imbauannya  melarang masuknya migran orang Islam dan dekrit-dekrit yang membatasi wisatawan dari 6 negara yang mayoritas penduduknya adalah penganut Islam. Walaupun pada kampanye pemilihan Donald Trumps mengeluarkan pernyataan-pernyataan menentang dan menistakan agama Islam, begitu jua setelah menjadi presiden, Donald Trump telah menandatangani beberapa dekrit yang membatasi masuknya warga negara dari beberapa negara Islam ke dalam AS, tapi keputusan dia dalam memilih Arab Saudi sebagai tempat persinggahan pertama dalam perlawatan yang pertama di luar negeri telah mendapat sambutan dari Arab Saudi dan negara-negara Islam mazhab Sunni. Dalam pembicaraan dengan Raja Salman Bin Abdul Aziz, Presiden Donald Trump menegaskan kembali hubungan persahabatan yang sudah ada sejak lama, sepakat memperkuat hubungan-hubungan  dekat secara politik, ekonomi dan kebudayaan antara AS dengan Arab Saudi. Ketika menghadiri KTT AS-Islam Arab dan KTT antara AS dengan Dewan Kerjasama Teluk (GCC), Presiden Donald Trump menunjukkan bahwa Washington ingin mempererat hubungan kerjasama dalam perang anti IS. Bisa tampak bahwa pesan Presiden Donald Trump ialah AS sedang bahu-membahu dengan dunia Islam menghadapi masalah-masalah internasional dan regional.

 

Perdamaian bagi Timur Tengah

Dalam kunjungan di Israel dan Tepian Barat sungai Jordan selama dua hari, Presiden Donald Trump berturut-turut melakukan pembicaraan dengan Presiden negara tuan rumah, Reuven Rivlin dan PM Benjamin Netanyahu. “Pemimpin Gedung Putih” juga melakukan pertemuan dengan Presiden Palestina, Mahmoud Abbas di kota Bethlehem. Semua pembicaraan ini berfokus pada upaya mengadakan kembali perundingan-perundingan damai antara Israel dengan Palestina yang mengalami jalan buntu sejak April 2014 guna memberikan keamanan, perdamaian dan kestabilan kepada kawasan Timur Tengah. Presiden AS, Donald Trump menekankan kesempatan yang jarang ada untuk memberikan perdamaian, keamanan dan kestabilan kepada warga di kawasan ini dan kerjasama antara negara-negara yang bersangkutan untuk mencapai kesempatan-kesempatan itu. Presiden AS, Donald Trump meminta “mengambil langkah-langkah yang membangun kepercayaan” antara dua pihak dengan pembangunan dua zona industri di Jalameh (Tepian Barat di sebelah Utara) dan di Tarqumiyeh (Tepian Barat di sebelah Selatan), membuka pintu jembatan Allenbu yang menyambungkan Tepian Barat dengan Jordan siang malam. Nampaknya  Presiden Donald Trump ingin memecahkan masalah Israel-Palestina, mendorong dua pihak mengadakan kembali perundingan dan dialog tanpa prasyarat untuk mencapai perdamaian yang menyeluruh.

Baru lebih dari separo penggalan jalan dalam perlawatan ini, tapi bisa tampak secara jelas bahwa ini adalah cara bagi Presiden Donald Trump menegaskan kebijakan diplomatik “Negara AS adalah pertama-tama” seperti yang dia katakan di Twitter menjelang kunjungan ini bahwa: “Akan membela kepentingan AS secara kuat-Itulah hal yang ingin saya lakukan”.  

 

Komentar