Peluang untuk Memulihkan Kesepakatan Nuklir Iran

Ba Thi
Chia sẻ
(VOVWORLD) - Pada akhir pekan lalu, Direktur Jenderal (Dirjen) Badan Energi Atom Internasional (IAEA), Rafael Grossi melakukan kunjungan selama dua hari di Iran yang patut diperhatikan. Hasil yang menonjol dalam kunjungan tersebut ialah IAEA dan Teheran mencapai konsensus penting terkait dengan pengawasan internasional terhadap basis-basis nuklir Iran, membuka prospek untuk bisa mencapai lebih banyak kemajuan penting lainnya antara pihak-pihak terkait tentang pemulihan kesepakatan nuklir Iran yang ditandatangani pada tahun 2015 antara Iran dan enam negara adikuasa (kelompok P5+1) dengan nama Rencana Aksi Bersama Komprehensif (JCPOA). 

Kunjungan Dirjen IAEA, Rafael Grossi di Iran berlangsung dalam konteks hubungan antara Teheran dengan IAEA serta dengan Barat sedang cukup menegangkan setelah ada informasi bahwa Iran sedang memiliki uranium yang telah dikayakan hingga kemurnian 83,7%, taraf yang sangat dekat dengan kemampuan produksi senjata. Pada tgl 17 November 2022, Dewan Gubernur IAEA yang terdiri dari 35 negara anggota bahkan telah mengesahkan satu resolusi untuk meminta kepada Iran supaya bekerja sama secara mendesak dengan badan ini terkait dengan investigasi untuk menjelaskan tanda-tanda uranium yang ditemukan di tiga basis yang belum pernah diumumkan Teheran. Oleh karena itu, tercapainya konsensus antara IAEA dan Teheran tentang pengawasan terhadap basis-basis nuklir Iran dianggap sebagai kemajuan penting, membuka prospek untuk bisa mencapai lebih banyak kemajuan baru yang terkait dengan pemulihan JCPOA.

Peluang untuk Memulihkan Kesepakatan Nuklir Iran - ảnh 1Basis nuklir Natanz di Iran (Foto: AFP/VNA)

Kemajuan Penting

Dalam pengumuman pada tgl 5 Maret, sehari setelah kunjungan Dirjen Rafael Grossi di Iran, IAEA memberitahukan bahwa Iran telah berkomitmen akan membantu aktivitas-aktivitas inspeksi badan ini yang tertunda sejak lama tentang penemuan uranium di tempat-tempat yang belum diumumkan dan perakitan kembali alat-alat pengawasan yang dihapuskan sebelumnya. Menurut pengumuman itu, IAEA dan Iran telah mengeluarkan pernyataan bersama, di antaranya menunjukkan, Iran siap memberikan lebih banyak informasi dan kemampuan pendekatan untuk memecahkan masalah-masalah keselamatan yang masih ada.

Sebelumnya, berbicara di depan kalangan pers di bandara Wina (Austria) segera setelah kembali dari Teheran, Dirjen Rafael Grossi memberitahukan, Iran mungkin akan memberikan hak pendekatan informasi, tempat, dan manusia. Selain itu, Iran juga akan mengizinkan perakitan kembali alat-alat pengawasan tambahan. Juga menurut kepala IAEA, pembahasan di Teheran berlangsung dalam suasana profesional, jujur, dan kooperatif.

Sementara itu, Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Iran, Nasser Kanaani, pada tgl 6 Maret, menilai bahwa kunjungan Dirjen Rafael Grossi di Teheran telah membuka halaman baru dalam kerja sama antara dua pihak. Ia memberitahukan, kedua pihak telah mencapai “banyak kesepakatan baik” dalam kunjungan, dan menilai kunjungan itu sebagai sebagian dalam politik “diplomatik yang positif” antara Iran dan IAEA.

Pada pihak komunitas internasional, banyak negara dan entitas telah angkat suara untuk menyambut baik kesepakatan yang baru dicapai antara IAEA dan Iran, menekankan ini sebagai kemajuan penting untuk menuju ke pemecahan perselisihan-perselisihan yang masih ada terkait dengan proses nuklir Iran dan pemulihan JCPOA.

Peluang untuk Memulihkan Kesepakatan Nuklir Iran - ảnh 2Dirjen Rafael Grossi (tengah) dan Direktur AEOI, Mohammad Eslami (kedua dari kiri) di Teheran, 4 Maret. Foto: AP

Perlu Terus Mendorong Upaya-Upaya

Menurut banyak pakar dan peneliti internasional, kesepakatan yang baru dicapai antara IAEA dan Teheran tentang pengawasan terhadap basis-basis nuklir di Iran memiliki makna yang amat penting. Pertama-tama, hal itu menunjukkan perbaikan yang jelas dalam hubungan antara dua pihak, sehingga Barat tidak punya alasan untuk mendorong satu resolusi internasional baru yang meminta kepada Iran supaya bekerja sama, gerak-gerik yang selalu menghadapi celaan yang keras dari Teheran dan membuat situasi menjadi lebih menegangkan. Kedua, hal tersebut menunjukkan bahwa pembinaan kepercayaan antarpihak telah mulai terbentuk, menciptakan fondasi untuk memperluas dialog guna memecahkan banyak masalah lainnya yang terkait.

Namun, kalangan analis juga memperingatkan bahwa pemulihan JCPOA tetaplah satu penggalan jalan panjang dengan banyak rintangan dan tantangan yang perlu diatasi. Kenyataan menunjukkan, proses perundingan untuk memulihkan JCPOA yang berlangsung dari bulan April 2021 hingga bulan Agustus 2022 lalu di Wina (Austria) antara Iran dan kelompok P5+1 ( yang antara lain Amerika Serikat, Inggris, Prancis, Rusia, Tiongkok, plus Jerman) tetap belum bisa memberikan kesepakatan terakhir, meski ada saat-saat semua pihak terkait menilai bahwa “kesepakatan sudah berada dalam jangkauan tangan”. Oleh karena itu, semua pihak terkait perlu dengan serius menunjukkan iktikat baik dan bertindak secara konstruktif dalam upaya bersama menuju ke pemulihan kesepakatan JCPOA.

Komentar